Sunday, September 13, 2015

CERITA NGENTOT SEDARAH

Semenjak kepergian suamiku empat tahun yang lalu, aku harus menanggun
beban keluarga seorang diri. Betapa repotnya mengurus dua orang anakku
yang masih kecil-kecil, sementara aku harus bekerja mencari nafkah.
Sedangkan keluarga dari mendiang suamiku acah tak acuh. Namun semua itu
aku jalani dengan tabah. Namun hal yang paling menyiksa saat usiaku baru
menginjak 30 tahun adalah kebutuhan batin yang sejak kepergian suami
tidak pernah terpenuhi. Hal itu aku rasakan ketika bangun tidur, setiap
pagi menjelang subuh gairah kewanitaanku selalu muncul. Aku sudah sekuat
tenaga untuk menahan diri selama tiga tahun. Namun pada pagi itu nafsu
sekku tambah bergejolak. Pentilku tegak, pengin dipilin jari-jari
lelaki, apalagi memekku gatel pengin ditusuk-tusuk kontol perkasa.
Aaah..., aku mendesah panjang berusaha menahan nasfu, namun sebaliknya
itilku malah tambah ngaceng. Pengin rasanya susu dan memekku dibelai
manja tangan lelaki perkasa. Pentilku yang dulu sering diemut oleh
mendiang suami, tambah tegang. Aaaah..., aku mendesah lagi manakala
jari-jariku mengusap-usap bagian memek sama itil.
Semakin kuat aku bertahan pada birahi yang setiap hari bergejolak,
birahiku semakin kuat, aku tidak tahan, aku ingin lelaki perkasa yang
mampu menuntaskan gejolak nasfu. Sementara itu anak lelakiku yang paling
sulung sudah tumbuh menjadi remaja gagap dan tampan seperti ayahnya.
Bila melihat postur tubuh anak sulungku, maka aku teringat pada
keperkasaan mendiang suami diatas ranjang. Yaah..., dulu setiap mejelang
subuh aku selalu merasakan keperkasaan kontolnya menusuk-nusuk memekku.
Bahkan ketika suami kerja malam hari, pada pagi sekitar jam 08.00 ketika
anak-anak sudah berangkat sekolah selalu mengulangi dan menuntas gairah
sekku.
Namun kali ini ketika anakku yang paling kecil sudah tertidur pulas, aku
mendesah-desah sendiri dikamar dekat anakku yang sulung. Sengaja aku
lakukan itu sambil telanjang bulat, sementara pintu kamarku aku biarkan
sedikit terbuka. Hal itu sering aku lakukan selama dua minggu, supaya
ada reaksi dari anakku yang sulung. Ternyata usahaku berhasil, ketika
malam minggu seperti biasa ketika sikecil sudah tidur pulas, aku segera
masuk kamar yang bersebelahan dengan anakku yang sudah tumbuh remaja.
Aku melirik kearah pintu yang sedikit terbuka, aku lihat anaku leleki
bungsukku sedang mengintip. Untuk memancing gairah anakku, sengaja aku
telanjalang bulat, dua kakiku aku buka lebar-lebar supaya memekku
terlihat. Remang-remang lampu kamar semakin nambah gairah nafsuku.
Aaah..., sambil mendesah panjang mataku melirik kearah ruang keluarga.
Dari sana anakku walaupun masih malu-malu memperhatikan tingkahku yang
sedang naik birahi. Kemudian aku gesar kearah pintu supaya anakku tambah
jelas melihat sekujur tubuhkku yang telanjang bulat. Usahaku berhasil,
anakku mulai mendekar kearah pintu. Aku sengaja memejamkan mataku
pura-pura tidur. Aku dengar langkah kaki mendekat dan masuk kekamarku.
Dari sudut mataku yang sedikit kubuka, aku melihat anakku sedang
memandang takjub pada bagian memekku yang polos tanpa sehelai jembutnpun
menempel. Lalu anakku mengalihkan pandangannya pada bagian susu dan
pentilkku yang sudah keras, tegak pengin diremas, dibelai, dikecong.
Kemudian mulai aku rasakan belaian tangan anakku pada bagian betis,
paha. Aku masih terus berpura-pura tidur sambil mendengkur. Belaiannya
terus merambat kebagian susu, pentilku mulai dipelintir. Aaah... aku
mendesah nikmata.
"Dang !! Kamu lagi ngapain." aku pura-pura kaget dan marah.
"Habis mama tiap malam selalu berisik. Aku kaget, pengin tahu. Apa mama
sedang sakit, kok telanjang begini." Anakku agak kikuk. Aku yang sudah
birahi tinggi tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.
"Iya..., mama lagi sakit " aku raih pegang tanganya yang masih membelai
susuku. "Tolong pijitin susu mama yang lagi sakit ya Dang ? "
"Ya mama." Kemudian Dadang mulai aktif memijit-mijit susuku.
"Dang..., pentilku gatel, tolong dipijit ya." Aku mendesah nikmat.
"Ma... Dadang boleh nggak ngisep pentil mama, kaya waktu masih banyi."

"Sini, tiduran sambil ngisep pentil mama." Karena aku ijinkan, anakku
tidur miring dihadapanku. Wajah anakku tenggelam dalam dua gundukan susu
yang besar dan masih padat. Aku peluk mesra tubuh anakku yang makin
hangat. Sementara Dadang makin tambah kuat ngisep pentil susuku bagian
kiri, tangan kirinya meremas susu bagian kanan. Tanganku tidak tinggal
diam, membelai-belai bagian punggungnya. Sedikit demi sedikit, kancing
baju Dadang aku buka, aku raba dadanya sambil aku piling ujung petilnya.

"Aaaah..., mama geli mama, tapi agak enakkan." Dadang mendesah,
mendengus panjang. Aku tambah semangat menggugah birahi anakku.
Tanganku mulai turun sambil melepaskan semua kancing bajunya. Perutnya
aku usap-usap lembut. Dadang tambah menggeliat, inilah saatnya, tanganku
turun melepas celananya, menyusup pada bagian kontolnya yang sudah
tegang, pertanda kontol anakku lagi ngaceng.

"Dang susu diemut terus, aah... enak, terus...terus." Aku mendesah
nikmat sambil tangan kananku mengocok kontol Dadang yang tambah ngaceng.
Sementara jari-jari tangan Dadang yang sebelah kanan sudah masuk dalam
liang memekku yang makin basah. Aaah... itilku tambah cenut-cenut.
Kemudian kepala Dadang aku paksa turun kearah memekku.

"Dang... memekku dijilat dong." Pintaku dengan penuh nafsu. Dan
Dadangpun menuruti kemauanku, tanpa merasa jijik, mulutnya sudah melumat
memekku. Ah..., uuuaah...aku mendesah nikmat ketika ujung lidang Dadang
menjilat itilku yang sebesar biji kacang tanah.

"U...ukh...aaaah, itilku...iiiitiiiiiiilku mau pecah, terus Dang hisap
yang kuat." Mulut Dadang sangat kuat menghisap-hisap itilku, seluruh
tubuhku gemetar melepas gejolak nafsu. Akhirnya aku merasa lega, ketika
air pejuh muncrat membasahai bibiri dan wajah di Dadang.

"Dang...?" Kupanggil anakku mesara.

"Ada apa mama." Jawab Dadang sambil menyeka mulutnya yang belepotan air
pejuhkku.

"Kontolmu besar, panjang dan keras. Pasti sangat nikmat kalau
menusuk-nusuk memek mama." Aku menghiba minta anakku segera memasukkan
kontolnya dalam lubang memekku yang makin tambah gatel. Dadangpun
melenguh panjang, ketika dua telapak tanganku meremas-remas kontolnya
yang besar, ngaceng tegang perkasa kaya tugu.

"Dang..., kamu merangkak diatas tubuh mama, nanti masukkan kontol
panjangmu kedalam belahan memekku yang ada lobangny, yaa...." Aku
merubah posisi tubuhku teletang, sambil mengangkangkan dua pahaku
lebar-lebar. Tak lupa aku menunjukkan lobang memekku pada Dadang anakku.

"Ya... mama, apa lobang memek mama tidak sakit kalau ditusuk sama
kontolku." Dadang mengiyakan sambil menempat posisi tubuhnya bertumpu
pada dua tangannya tepat diatas tubuhku. Kontolnya yang besar dan
panjang sudah menyentuh belahan memekku, bahkan ujung celeknya yang
runcing nyentul pucuk itilku yang nonjol keluar.

"Aaaah... seetttt..., Dang nikamt banger." Segera dua tanganku merengkuh
pantat Dadang, seketika ablaslah kontolnya dalam lobang memekku.
Bleeess..., bles..., bleesek, kontol Dadang masuk pelan-pelan. Bibirku
meringis menahan nikmatnya sentuhan kontol Dadang pada dinding-dinding
lobang memekku yang masih gatel. Akupun mengimbanginya, pantatku yang
besar dan bulat aku angkat tinggi-tinggi, membiarkan batang kontol
anakku masuk semua tanpa sisa.

"Ma..., memekmu cenut-cenut, ngempot kontolku. Aaaah... itilmu nikmat
banget sayang." Anakku sangat bahagia menikmati empotan memetku yang
masih cenut-cenut gatel. Aku biar Dadang menenggelamkan seluruh batang
kontolnya dalam lubang memekku. Sementara dua tanganku meraih ujung
pentil Dadang, jariku mengusap-usap, aku pelintir gemas. Bibir dadang
meringis, mendesis seest..., uuaah...uaaaah. Tampaknya Dadang masih
bodoh urusan senggama, kontolnya masih terus diam tertanam dalam lobang
memekku. Aku maklum, anakku baru pertama kali ngentot memek.

"Daang..., coba naik turunkan pantatmu, nanti kontolmu bisa keluar masuk
pada memek mama." Perintahku dituruti Dadang sambil akat turun pantatnya.

"Gini ya sayang..."

"Ya... yaa... teruuus, tusuk memekku, tusuk itilku, uuuh... enak banget
kontol besarmu, lobang celekmu nggigit pucuk itilku.
Uuuuh...aaa....aaa....seeeet." Aku meracau nikmat. Sementara Dadang
tambah semangat, tambah kuat nusuk-nusuk kontolnya yang besar memenuhi
lobang memekku yang basah tambah licin.

"Sayang..., liat dong, tuh memekmu robek, kontolku keluar masuk merojok
itilmu yang gatel. Liat...liat tuh." Dadang memintaku untuk melihat,
akupun mengangkat kepala dan bagian punggung. Aku liat kontol panjang,
aku liat memekku terbelah, itilku nonjo keluar. Aaaah, nikmat banget
celek anakku yang masih perjaka. Aku raih lehernya, aku cium bibirnya
ahhh tambah nikmat. Aku lihat kontol anakku dengan perksasa
menusuk-nusuk memekku yang sudah banjir, air pejuhkku menetes-netes
membahasi kain sprei kasur. Kemudian aku dekap erat tubuh anakku, aku
berbalik ngambil posisi diatas, duduk diantara dua paha Dadang,
sementara kontolnya yang besar dan panjang masih nancap pada lubung
turukku yang tambah ngaceng. Aku raih dua tangan si Dadang, aku letakkan
diatas dua susuku yang minta diremas, dua ujung jarinya memilin dua
pentilku yang tegang, keras dan tambah tegak.

"Aaauuhhh...., nikmat banget mamaku sayang. Dua susumu tambah kenceng,
tambah besar. Pentilmu ngaceng ya sayang..." Anak merancau, mendesih.

"Yaaa... aaakh, enak....remasanmu enak banget. Susuku..., pentilku
tambah ngaceng." Aku yang posisi diatas terus naik turunkan pantat,
rasanya kontok Dadang tambah ngganjel. Tusukkannya tambah kuat, aaaah...
uuu tubuhku terasa ditancap benda lunak, bulat dan panjang kuat sekali.

"Daaaang...... kontolmu....oh ....uuuuuh......seeeettttt enak banget."
Pantatku terus bergoyang menikmati tusukan-tusukan kontol yang sangat
aku rindukan.

"Saaaayang.... aku pengin kawin sama kamu, aku kangen banget sama
turukmu. Kawin sama aku yang maa...." Dadang terus meracau tak karuan.

"Yaaa.... sayang, kita kawin terus.... kawini aku Daaang. Aku sayang
kontolmu, aku pengin sempro tan air pejuhmu yang masih perjaka." Dadang
mengangkat punggungnya, dua tangannya memeluk pinggangku, ooooh.....
seeett muluknya nyosor susuku yang membusung besar. Ujung lidahnya
terasa hangat menjilat-jilat ujung pentilku. Jadinya aku dipangku si
Dadang tanpa melepaskan

tusukkan kontolnya dimemekku. Dua kakiku melingkar erat pinggang
anakku, aku tidak ingin melepaskan bersatunya knontol dan memek ini.
Sampai akhirnya si Dadang menelentangkan tubuhku lagi, dari atas Dadang
sangat giat naik turunkan tubuhnya. Sementara kontolnya yang tambah
ngaceng, makin keras nusuk-nusuk memekku dan itilku seperti mau meledak.

"Uuuuuh...... aaaaaah....." Aku menjerit keras manakala itilku seperti
mau lepas, sampai akhirnya cret....., creeeeeeeeeet.... cret... cret
basahlah memekku, basahlah kontol anakku karena air pejuhku muncrat
sangat kenceng.

"Kamu... kencing sayang, kok basah banget kontolku."

"Yaa sayang... akh....akh.....setttt... uaaaah. Aku kalau lagi kawinin
kontolmu, dari dalam memekku keluar air pejuh,
iitiii........itttilllkuuuuuuuuuuu mau lepas sayang. Itu bukan air
kencing sayang, tapi air nikmatnya orang lagi kawin." Sementara kontol
Dadang terus menggenjot memekku yang makin tambah panas. Aku yang sudah
klimak, masih terus menikmati tusukan-tusukan kontol Dadang yang seperti
memenuhi dinding-dinding lobang kawinku. Sampai akhir tubuh Dadang
jatuh, memeluk tubuhku. Segera akau raih bibirnya dengan bibirku, kami
saling melumat, kami saling mendesah, lalu kemudian memekku terasa
hangat, seperti ada air mengalir memenuhi rahimku yang sangat kehausan.
Cret.....cret....cret.... sluuuuuuuuuuuuur, keluarlah air pejuh kontol
Dadang mengisi, mengalir derah dalam lobang-lobang rahimku yang dalam.
Kami berpelukan erat, tubuh kami menempel ketat seakan tidak mau lepas.
Hatiku sangat bahagia ketika air asmara menyirami, memenuhi seluruh
rongga-rongga memekku, lubang rahimku terasanya kenyang oleh air pejuh
kontol perjaka.

"Terimakasih sayang. Kontolmu.... air pejuh perjakamu jadi milikku.
Ya..... aaakh....hekh...... semprot......semprot memekku.......sirami
rahimku." Mataku terpejam kuat saat air pejuh itu mengalir deras.

"Ya....yaaa....... uhk...... akh. Terimalah air pejuhku." Jawab Dadang
sambil menempel, memeluk erat tubuhku. Akhirnya kami berdua tiduran,
sementara mulut Dadang tak henti-hentinya menyusu. Akhirnya kami tidur
pulas, setelah dua jam menikmati perkawinan yang sangat nikmat dan
membahagiakan.

Ketika anakku yang paling kecil menangis aku bangun duluan. Semestara
Dadang yang tidur disebelahku masih tidur mendengkur. Aku lihat batang
kontolnya sadah lembek, masih dipenuhi sisa-sisa pejuh kami yang sudah
mengering. Aku bangun, pindah kamar menghampiri anaku dikamar sebelah
yang sedang menangis.

Pagi hari sekitar jam 07.00, Dadang masih tidur sangat pulas, tenaganya
terkuras habis menggenjot tubuhku. Sedangkan anakku yang kecil sudah
berangkat sekolah. Aku bergegas mandi, kusiram sekujur tubuhku dengar
air sejuk, rasanya segar sekali, aku sabuni seluruh permukaan tubuhkku
yang masih bahenol. Kuraba permukaan memekku yang masih bengkak akibat
sodokan kontol besar. Kuraba lagi permukaan susuku yang tampak bekas
tanda-tanda merah bekas gigitan si Dadang. Selesai mandi aku menyiapkan
segelas air susu buat Dadang. Aku kaget ketika dua telapak tangan
meremas bongkahan pantatku.

"Sayang....., pagi ini kamu cantik sekali. Tubuhmu harum lagi." Sapa
anakku sambil melingkarkan dua tangannya dipinggang.

"Ya jelas.... dong, aku cantik kan buat kamu." Jawabku mesra sambil
membalikkan bada. "Tuh.... sana mandi dulu sayang, biar badanmu tambah
segar."

"Okay sayang, tapi pengin dimandiin sama kekasihku yang cantik ini."
Jawab Dadang sambil meremas susuku yang belum tertutup kutang. Akupun
menuruti permintaan Dadang yang segera menuju kamar mandi. Akhirnya aku
mandi lagi bersama Dadang, kami saling menyiram, saling menyabuni.
Karena rabaan-rabaan itu, nafsu kami bangkit lagi. Kembali terjadi
hubungan kelamin kedua kalinya selama tiga jam. Hubungan kelamin antara
aku dan anakku terus berjalan sampai Dadangku beristri.

No comments:

Post a Comment