Sunday, March 15, 2015

Kontol Gede Polisiku

Siapa yang tidak suka dengan sate? Sate katanya sih makanan asli dari
Indonesia tetapi asal kata sate itu sendiri bukan dari Indonesia. Sate
ternyata juga ma
kanan pembawa kanker lho, tetapi semua itu bisa di atasi jika pada saat
makan sate kita tidak lupa makan mentimun setelahnya yang berfungsi
sebagai anti kanker. Pokoknya mau ngomong apapun, sate tetap number one
for me. Oleh sebab itulah, malam ini aku sedang menuju tempat penjual
sate langgananku.
Langit bertabur bintang. Indahnya bulan yang sudah setengah penuh
mengawalku menempuh jarak beberapa kilometer menuju tukang sate
langgananku. Dengan mengendarai motor matic hitamku yang aku pacu di
kecepatan 40 km/jam. Sampailah aku disebuah gang besar, tempat penjual
sate langgananku membuka warung. Kepulan asap pembakaran sate sudah
mengetuk hidungku. Hmmppp… aromanya khas sekali. Deretan motor-motor
pelanggan sudah berjejer didepan warung itu. Tanpa membuang waktu lagi,
aku segera memarkirkan motor ditempat yang masih kosong dan langsung
menuju abang tukang sate yang sibuk membolak-baik sate-satenya.
"Bang, satenya sepuluh tusuk ya". Aku memesan.
"Pakai timun nggak, Bay?". Bang Ono sudah hafal dengan wajahku.
"Pake dong… Aku duduk disana ya bang". Aku menunjuk bangku kosong
dipojok dalam warungnya.
"Tunggu ya Bay. Minumnya apa nih?".
"Es teh aja bang". Aku pun menuju bangku yang aku tunjuk tadi.
Beberapa menit kemudian pesananku sudah terhidang dimeja. Wah… aroma
sate dan sambal kacangnya membuat aku benar-benar tidak dapat menahan
lebih lama lagi untuk tidak mencicipinya. Aku ambil satu tusuk sate itu
kemudian aku gigit. Sambil makan, aku juga mengutak-atik hape-ku dan
membalas sms dari bang Wando. entah sejak kapan, aku juga tidak sadar,
tahu-tahu disebelahku sudah berdiri seorang Polisi berbaju kaos khas
polisi yang sedang membawa sepiring sate dan minumannya.

"Permisi dek. Boleh saya duduk disini?", tanya polisi itu ramah.

"Oh… boleh pak. Silahkan", jawabku.

Aku memantau seluruh ruangan itu dan memang ternyata hanya bangku
disampingku ini yang kosong. Bangku-bangku lain sudah penuh ditempati
pelanggan. Wah, ramai banget malam ini warung sate bang Ono. Mungkin
karena cuacanya cerah kali ya?

Awalnya aku hanya diam saja menikmati sateku. Walau disampingku sudah
duduk seorang polisi ganteng, tetapi aku tidak berani macam-macam dulu.
Polisi ganteng itu semakin gagah dengan brewok tipis dirahang, dagu dan
mengelilingi mulutnya. Kayaknya baru beberapa hari setelah dicukur.
Wajahnya seperti model, hidungnya lumayan mancung dan senyumnya menawan.
Aku taksir tingginya sekitar 187 cm dengan berat yang ideal. Kulit
polisi itu agak coklat dan rambutnya yang pendek dibikin berjambul. Keren!

"Ramai sekali ya malam ini". Dia membuka pembicaraan.

"Iya pak. Tumben-tumbennya", jawabku agak tersipu.

"Kamu sering kesini juga ya?".

"Jarang sih pak, cuman kalau lagi pengen makan sate aja. Bapak sendiri?".

"Saya juga sama. Oh, iya kenalkan nama saya Adit Gunawan". Polisi itu
menjulurkan tangannya kepadaku.

Aku raih tangannya dan bersalaman. "Bayu Antoni pak".

Sabar Bay… Aku kayaknya gemetaran deh saat menjabat tangan polisi gagah
dan tinggi itu. Aku benar-benar dag-dig-dug! Wow! Huhhhh… Aku buru-buru
melepas jabatan tanganku agar dia tidak tahu betapa aku gugup
dipandanginya dengan senyuman manis tanpa memperlihatkan giginya itu.

Kami mulai berbincang-bincang santai dan aku suka cara dia ngomong.
Sangat jantan dan terlihat macho. Apalagi brewok tipisnya yang bikin aku
nggak tahan.

"Pak kayaknya sudah jam sembilan nih. Aku mau pulang dulu ya, takutnya
kemalaman".

"Oh, iya. Kebetulan aku juga mau pulang. Bareng yuk!", ajaknya.

Pak Adit baik sekali. Dia juga membayarkan makananku. Kami pun pulang
bareng dengan mengendarai motor masing-masing.

"Rumah kamu dimana Bay?", tanya pak Adit.

"Di jalan ****** pak. Mau mampir?".

"Kapan-kapan aja. Padahal rumahku tidak jauh dari gang ini lho. Kamu mau
mampir?".

Nah, kesempatan emang nggak datang dua kali Bay. Maka aku mengiyakan
saja tawaran dari pak Adit. Itung-itung aku tahu rumahnya terlebih dahulu.

Kami akhirnya sampai dirumah pak Adit. Tapi kayaknya dia tinggal
sendiri. Apa jangan-jangan dia belum berkeluarga? Masa sih orang segagah
dan seganteng pak Adit masih sendiri.

"Lho, emangnya istri bapak kemana? Kok rumahnya dikunci dari luar?",
tanyaku melihat pak Adit membuka pintu rumahnya.

"Udah masuk aja. Aku bujangan kok".

WUHUYYYY!!!! HORE!!!! Ternyata pak Adit memang masih sendiri alias belum
berkeluarga. Padahal melihat usianya yang udah matang, kayaknya aneh deh
kalau beliau belum berkeluarga.

Aku pun masuk dan duduk diruang tamunya.

"Wah… rumah segede gini ditinggali sendirian aja. Apa nggak kesepian pak?".

"Kesepian juga sih, apalagi kalau malam. Nggak ada yang nemenin tidur".

"Bapak kok belum menikah? Padahal bapak ganteng dan macho banget". Aku
sengaja memuji dia.

"Masa sih? Belum dapat yang srek aja Bay. Kamu mau minum?".

"Nggak perlu pak".

"jangan panggil aku bapak dong. Walau usia udah kepala tiga tetapi aku
keliahatan keren kan? Panggil aku kakak aja".

"Iya deh…. Kakak polisi ganteng… hehehe…".

"Bisa aja kamu Bay. Kalau mau makan di warung bang Ono, bareng ya".

"Iya bang. Tenang aja…".

"Kamu suka banget sama sate ya, Bay?", tanya kak Adit.

"Suka dong. Tapi tadi kayaknya sate aku lupa di kasih timun deh sama
bang Ono. Jadi kurang mantap deh makan satenya".

"Hmpppp… Mau makan timun nih ceritanya?".

"Nggak. Kalau mau makan timun juga nggak ada kan disini?".

"Ada kok. Ayo ikut aku", ajak kak Adit sambil bangkit berdiri dari kursi.

Aku mengikuti langkahnya.

Setelah sampai di dapur…

"Mana timunnya kak? Becanda nih…".

"Siapa yang bercanda".

Set! Kak Adit mendekat kearahku dan menekan tubuhku ke arah meja masak.
Dia menempelkan tubuhnya ketubuhku dan menatap mataku. Wajah
berjambangnya menunduk karena kami memang memiliki selisih tinggi 27 cm.

"Bay. Kamu mau mentimun? Aku punya mentimun besar nih. Enak lagi. Mau
nggak?".

"Maksud kakak?".

"Aku horny lihat kamu Bay".

Dia mendekatkan bibirnya kearah bibirku dan kami pun berciuman mesra.
Walau aku masih dalam keadaan kaget, tetapi aku berusaha mencelemoti
lidahnya untuk mengimbangi ciuman kak Adit. Aku merasakan ada benda yang
lunak menyentuh bibirku. Tidak hanya menyentuh, benda itu juga sudah
melumat bibirku dengan halus. Aku langsung tahu, kak Adit tengah
menciumku dengan penuh cinta. Wajah kak Adit sangat dekat dengan wajahku
dan tangannya merangkul pinggangku.

Untuk beberapa lama, kak Adit masih melumat bibirku. Kalau mau jujur aku
juga ikut menikmatinya. Bahkan beberapa saat secara refleks aku juga
membalas melumat bibir Adit. Sampai kemudian aku tersadar, lalu aku
dorong dada bidang kak Adit hingga dia terjengkang kebelakang. Sok jual
mahal dikit.. Hehehe… Itu adalah trik jituku.

"Kak seharusnya ini gak boleh terjadi", kataku dengan nada bergetar
menahan rasa malu dan sungkan yang menggumpal dihatiku.

" Maaf Bay, mungkin aku terlalu nekat. Seharusnya aku sadar ini tidak
wajar. Tapi inilah kenyataannya, aku suka sama kamu", ujarnya lirih
sambil duduk di kursi meja makan.

Aku melunak dan mendekatinya.

"Kakak nggak mempermainkan aku kan?", tanyaku.

"Tidak Bay. Apa aku terlihat bercanda?", tanya kak Adit dengan wajah serius.

Aku tertunduk.

Kak Adit kembali berdiri dan menggenggam tanganku lalu membawa aku
kekamarnya. Sesampainya di kamar dia lepaskan tanganku dan dia duduk
ditepi tempat tidur.

Kami terdiam sejenak.

Tiba-tiba kak Adit menarik tanganku sehingga aku terduduk dipangkuannya.
Tanpa berkata apa-apa dia langsung mencium bibirku lagi. Aku tidak
sempat menghindar, bahkan aku juga membiarkannya ketika bibir dan
kumisnya menempel kebibirku hingga beberapa saat. Dadaku semakin
berdegub kencang ketika kurasakan bibir halus kak Adit melumat mulutku.
Lidah kak Adit menelusup kecelah bibirku dan menggelitik hampir semua
rongga mulutku. Mendapat serangan itu darahku seperti berdesir,
sementara bulu tengkukku merinding.

Aku lepaskan bibirku dari bibir kak Adit dan aku dorong dadanya supaya
dia melepaskan pelukannya pada diriku.

" Kak, jangan Kak. Ini nggak pan-tas kita lakuakan! " kataku terbata-bata.

Kak Adit memang melepas ciumannya dibibirku, tetapi kedua tangannya yang
kekar dan kuat masih tetap memeluk pinggangku denagn erat. Aku juga
masih terduduk dipangkuannya.

" Memang benar. Tetapi aku suka kamu Bay. Kamu mau kan jadi pacarku?".
Ujar kak Adit yang terdengar seperti desahan.

Aku terdiam dan tampaknya kebisuanku ini memberikan jawaban bahwa aku
juga menginginkannya.

Setelah itu kak Adit kembali mendaratkan ciuman. Dia menjilati dan
menciumi seluruh wajahku, lalu merambat keleher dan telingaku. Aku
memang pasif dan diam, namun perlahan tapi pasti nafsu birahi semakin
kuat menguasaiku. Harus kuakui, kak Adit sangat pandai mengobarkan
birahiku. Jilatan demi jilatan lidahnya keleherku benar-benar telah
membuatku terbakar dalam kenikmatan.

Kak Adit sendiri tampaknya juga mulai terangsang. Aku dapat merasakn
nafasnya mulai terengah-engah. Sementara aku semakin tak kuat untuk
menahan erangan. Maka aku pun mendesis-desis untuk menahan kenikmatan
yang mulai membakar kesadaranku. Setelah itu tiba-tiba tangan kak Adit
yang kekar itu membuka kancing bajuku. Tampaklah tubuhku yang berwarna
putih bersih itu terbuka didepannya. Secara refleks aku masih coba
berontak, jual mahal.

" Cukup Kak! Jangan sampai kesitu.." Kataku sambil agak meronta dari
pelukannya.

" Takut dengan siapa Bay? Toh gak ada yang tahu, percaya sama kakak. Aku
akan memuaskan Bayu." Jawab kak Adit dengan nafas memburu.

Seperti tidak perduli dengan protesku, Polisi itu telah melepas bajuku.
Meskipun aku berusaha meronta, namun tidak berguna sama sekali. Sebab
tubuh tinggi kak Adit yang tegap dan kuat itu mendekapku dengan sangat erat.

Kini, dipelukan kak Adit, tubuh atasku terbuka tanpa tertutup sehelai
kainpun. Tanganku direntangkannya. Setelah itu kak Adit mengangkat dan
merebahkan tubuhku ditempat tidur. Tanpa membuang waktu, bibirnya
melumat salah satu putingku sementara salah satu tangannya juga langsung
memelintir putingku yang satunya. Bagaikan seekor singa buas dia
menjilati dan memilin-milin putingku.

Kini aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain megap-megap dan
mengerang karena kenikmatan yang mencengkeramku. Aku menggeliat-geliat
seperti cacing kepanasan karena rasa geli dan nikmat ketika bibir dan
lidah kak Adit menjilat dan melumat putingku.

" Kamu manis sekali kalau kayak gini.. A.. aku makin nggak ta.. tahan..
,sayang.. ". Kata-kata kak Adit terputus-putus karena nafsu birahi yang
kian memuncak.

Kemudian kak Adit juga menciumi perut dan pusarku. Dengan lidahnya, dia
pandai sekali mengelitik puting hingga perutku. Sekali lagi aku hanya
mendesis-desis mendapat rangsangan yang menggelora itu. Kemudian tanpa
kuduga, dengan cepat kak Adit melepas celana dan celana dalamku dalam
sekali tarikan. Lagi-lagi aku berusaha melawan, tetapi dengan tubuh
besar 187 cm-nya dan tenaga kuat yang dimiliki polisi gagah itu, dengan
mudah dia menaklukkan perlawananku.

Sekarang tubuhku yang kecil dan putih itu benar-benar telanjang bulat
dihadapan kak Adit. Kak Adit berhasil memaksaku. Sementara aku seperti
pasrah tanpa daya diatas kasur tersebut.

"Kak.. aku belum kasih kabar ke orang tuaku kalau aku pulang larut
malam. Sudah ya kak… " Pintaku sambil meringkuk diatas tempat tidur.

" Bay.. apa.. kamu.. nggak kasihan padaku sayang? Aku sudah terlanjur
terbakar.. Aku nggak kuat lagi sayang. Please aku.. mohon " Kata kak
Adit masih dengan terbata-bata dan wajah yang memelas.

Entah karena tidak tega atau karena aku sendiri juga telah terlanjur
terbakar birahi memandangi wajahnya yang maskulin abis, aku diam saja
ketika kak Adit kembali menggarap tubuhku. Bibir dan salah satu
tangannya menggarap kedua putingku, sementara tangan yang satunya lagi
mengusap-usap paha dan selangkangan kakiku. Mataku benar-benar
merem-melek merasakan kenikamatan itu. Sementara nafasku juga semakin
terengah-engah.

Tiba-tiba kak Adit beranjak dan dengan cepat melepas semua pakaian yang
menempel ditubuhnya. Kini dia sama denganku, telanjang bulat. Ya ampun,
aku tidak dapat percaya, kini aku telanjang dalam satu kamar dengan
laki-laki yang mirip aktor film itu, ohhhhhh... Aku melihat tubuh Adit
yang memang benar-benar atletis, besar dan kekar walau perutnya tidak
six packs tetapi rata dan tidak buncit. Dia lebih tinggi dan lebih besar
dibandingkan dengan pacar-pacar polisiku yang lain.

Tetapi yang membuat dadaku berdegub lebih keras adalah benda
diselangkangan kak Adit. Benda yang besarnya hampir sama denagn lenganku
itu berwarna coklat muda dan kini tegak mengacung. Panjangnya aku taksir
tidak kurang dari 22 cm, sementara diameternya sekitar 5 cm. Sungguh aku
tidak percaya bisa merasakan kontol kak Adit yang besar dan sepanjang
ini. Perasaanku bercampur baur antara ngeri, gemes dan penasaran.

Kini tubuh telanjang kak Adit mendekapku. Darahku seperti terkesiap
ketika merasakan dada bidangnya menempel erat dadaku. Ada sensasi hebat
yang melandaku, ketika dada yang kekar itu merapat dengan tubuhku. Ohh,
baru kali ini kurasakan dekapan yang begitu mendebarkan. Dia masih
meciumi sekujur tubuhku, sementara tangannya juga tidak kenal lelah
memilin-milin putingku yang semakin keras. Sekali lagi, sebelumnya tidak
pernah kurasakan sensasi dan rangsangan sedahsyat ini.

Kakiku diangkatnya agar mempermudah kontolnya masuk. Aku tersentak
ketika kurasakan ada benda yang masuk dan menggelitik lubang anusku.
Ternyata kak Adit nekat memasukkan jari tangannya kedalam duburku. Dia
memutar-mutar telunjuknya didalam lubang anusku, sehingga aku
benar-benar hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan yang menderaku.
Mendapat serangan yang luar biasa nikmat itu, secara refleks aku
memutar-muatarkan pantatku. Toh, aku masih berusaha menolaknya.

"Kak, jangan sampai dimasukkan jarinya, cukup diluaran saja! " Pintaku.

Tetapi lagi-lagi kak Adit tidak menggubrisku. Selanjutnya dia
menelusupkan kepalanya di anusku, lalu bibir dan lidahnya melumat habis
duburku. Aku tergetar hebat mendapatkan rangsangan ini. Tidak kuat lagi
menahan kenikmatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut berjambul
kak Adit yang masih terengah-engah di duburku. Kini aku telah
benar-benar tenggelam dalam birahi.

Ketika kenikmatan birahi benar-benar menguasaiku, dengan tiba-tiba, kak
Adit melepaskanku dan berdiri di tepi tempat tidur. Dia mengocok-ngok
batang penisnya yang berukuran luar biasa tersebut.

" Udah hampir setengah jam, dari tadi aku terus yang aktif, capek nih.
Sekaran gantian Bayu dong yang aktif.. ", pinta kak Adit dengan senyum
manja.

"Bayu nggak bisa kak, lagian Bayu masih takut dengan mentimun kakak yang
gede banget itu", jawabku dengan malu-malu.

"Oke kalau gitu pegang aja iniku. Please, kumohon sayang..", ujarnya
sambil menyodorkan batang penis besar itu kehadapanku.

Dengan malu-malu kupegang batang yang besar dan berotot itu. Lagi-lagi
berdebar-debar dan darahku berdesir ketika tanganku mulai memegang penis
kak Adit. Sejenak aku sempat membayangkan bagaimana nikmatnya jika penis
yang besar dan keras itu dimasukkan kelubang dubur laki-laki, apalagi
jika laki-laki beruntung itu aku.

" Besaran mana sama milik BF kamu…??", goda kak Adit.

Aku tidak menjawab walau dalam hati aku mengakui, penis kak Adit jauh
lebih panjang dan lebih besar dibandingkan milik Bf-bf ku.

" Diapakan nih kak? Sumpah Bayu nggak tahu menahu masalah kayak
beginian", kataku berbohong sambil memegang penis kak Adit.

" Oke, biar gampang, dikocok aja sayang. Bisakan? " Jawabnya dengan lembut.

Dengan dada berdegub kencang, kukocok perlahan-lahan penis yang besar
milik kak Adit. Ada sensasi tersendiri ketika aku mulai mengocok kontol
kak Adit yang sangat besar tersebut. Gila, tanganku hampir tidak cukup
memegangnya. Aku berharap dengan kukocok penisnya, sperma Polisi tampan
ini cepat muncrat, sehingga dia tidak berbuat lebih jauh kepada diriku.
Kak Adit yang kini telentang disampingku memejamkan matanya ketika
tanganku mulai naik turun mengocok batang kontolnya.

Napasnya mendengus-dengus, tanda kalau nafsunya sudah meningkat lagi.
Aku sendiri juga terangsang melihat tubuh tinggi besar dihadapanku
seperti tidak berdaya dikuasai rasa nikmat. Tiba-tiba dia memutar
tubuhnya, sehingga kepalanya kini tepat berada di selangkanganku dan
mulai mencari anusku sebaliknya kepalaku juga tepat menghadap
selangkangannya. Adit kembali melumat lubang anusku. Lidahnya
menjilat-jilat tanpa henti diduburku. Sementara aku masih terus mengocok
batang penis kak Adit dengan tanganku.

Kini kami berdua berkelejotan, sementara nafas kami juga saling memburu.
Setelah itu kak Adit beranjak dan dengan cepat dia menindihku. Dari kaca
lemari yang terletak disebelah samping tempat tidur, aku bisa melihat
tubuh kecilku seperti tenggelam dikasur busa ketika tubuh kak Adit yang
tinggi besar mulai menindihku. Dadaku deg-degan melihat adegan kami
melalui kaca lemari itu. Gila batinku, kini aku yang telanjang digumuli
oleh lelaki yang juga sedang telanjang.

Kak Adit kembali melumat bibirku. kali ini teramat lembut. Gilanya lagi,
aku tanpa malu lagi membalas ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk
menggelitik rongga mulutnya. Kak Adit terpejam merasakan seranganku,
sementara tangan kekarnya masih erat memelukku, seperti tidak akan
dilepas lagi.

Bermenit-menit kami terus berpagutan saling memompa birahi
masing-masing. Peluh kami mengucur deras dan berbaur ditubuhku dan tubuh
kak Adit. Dalam posisi itu tiba-tiba kurasakan ada benda yang kenyal
mengganjal diatas perutku. Ohh, aku semakin terangsang luar biasa ketika
kusadari benda yang mengganjal itu adalah batang kemaluan kak Adit.
Tiba-tiba kurasakan batang zakar itu mengganjal tepat dibibir anusku.
Rupanya kak Adit nekat berusaha memasukkan batang penisnya keduburku.
Tentu saja aku tersentak.

"Kak.. jangan dimasukkan..! " Kataku sambil tersengal-sengal menahan nikmat.

Aku tidak tahu apakah permintaan aku itu tulus, sebab disisi hatiku yang
lain sejujurnya aku juga ingin merasakan betapa nikmatnya ketika batang
kemaluan yang besar itu masuk kelubang anusku.

" Oke.. kalau nggak boleh diamasukkan, kakak gesek-gesekkan dibibirnya
saja ya? " Jawab kak Adit juga dengan nafas yang terengah-engah.

Kemudian kak Adit kembali memasang ujung penisnya tepat dicelah anusku.
Sungguh aku deg-degan luar biasa ketika merasakan kepala batang kontol
itu menyentuh bibir anusku. Namun karena batang kontol kak Adit memang
berukuran super besar, dia sangat sulit memasukkannnya kedalam anusku.

Setelah sedikit dipaksa, akhirnya ujung kemaluan kak Adit berhasil
menerobos duburku. Ya ampun, aku menggeliat hebat ketika ujung penis
yang besar itu mulai menerobos masuk. Walaupun mulanya sedikit perih,
tetapi selanjutnya rasa nikmatnya sungguh tada tiara. Seperti janji kak
Adit, penisnya berukuran jumbo itu hanya digesek-gesekan dibibir anusku
saja. Meskipun hanya begitu, kenikmatan yang kurasa betul-betul
membuatku hampir teriak histeris. Sungguh batang zakar kak Adit itu luar
biasa nikmatnya.

Kak Adit terus menerus mamaju-mundurkan batang penis sebatas dibibir
anusku. Keringat kami berdua semakin deras mengalir, semenatara mulut
kami masih terus berpagutan.

" Ayoohh.. ngoommoong saayang, giimaanna raasaanyaa..?? ahhhhhh… " Kata
kak Adit tersengal-sengal.

" Oohh.. teeruuss.. Kakkk.. teeruss..!", ujarku sama-sama tersengal.

Entah bagaimana awal mulanya, tiba-tiba kurasakan batang kemaluan yang
besar itu telah amblas semua kedalam duburku. Bless, perlahan tapi pasti
batang kemaluan yang besar itu melesak kedalam lubang pembuanganku.
Anusku terasa penuh sesak oleh batang penis kak Adit yang sangat-sangat
besar itu.

"Lohh..? Kakkk..! Dimaassuukiin seemmuanya yah..? " Tanyaku.

" Taanguung, saayang. Aku nggak tahhan..! " Ujarnya dengan terus memompa
duburku secara perlahan.

Entahlah, kali ini aku tidak protes. Ketika batang penis itu amblas
semua didalam anusku, aku hanya dapat terengah-engah dan merasakan
kenikmatan yang kini semakin tak tertahankan. Begitu besarnya penis si
Polisi brewok itu, sehingga lubang anusku terasa sangat sempit.
Sementara karena tubuhnya yang berat, batang penis kak Adit semakin
tertekan kedalam anusku dan melesak hingga kedasar usus besarku. Sangat
terasa sekali bagaimana rasanya batang kontol menggesek-gesek dinding
anusku.

Tanpa sadar aku pun mengimbangi genjotan kak Adit dengan menggoyang
pantatku. Kini tubuh rampingku seperti timbul tenggelam diatas kasur
busa ditindih oleh tubuh besar, tinggi dan kekarnya kak Adit. Semakin
lama, genjotan kak Adit semakin cepat dan keras, sehingga badanku
tersentak-sentak dengan hebat. Plak.. , plok.. ,plak.. , plak.. ,
begitulah bunyi batang kontol kak Adit yang terus memompa duburku.

" Teerruss kak.. Aakuu.. auhhh… enakkkkk". Erangku berulang-ulang.

Sungguh ini permainan seks yang paling nikmat yang pernah kurasakan
dalam sepuluh hari ini. Aku sudah tidak berpikir lagi tentang bf-bf ku.
Kak Adit benar-benar telah menenggelamkan aku dalam gelombang kenikmatan.

Tidak berapa lama kemudian, aku merasakan nikmat yang luar biasa
disekujur tubuhku. Badanku mengelepar-gelepar dibawah genjetan tubuh kak
Adit. Seketika itu seperti tidak sadar, kuciumi lebih berani bibir kak
Adit dan kupeluk erat-erat.

"Kak.. aakkuu.. haampiir.. keluarrr..! " desahku ketika hampir mencapai
puncak kenikamatan. Aku mencapai orgasme tanpa menyentuh kontolku.

Tahu aku hampir orgasme, kak Adit semakin kencang menghunjam-hunjamkan
batang kejantanannya keselangkanganku. Saat itu tubuhku semakin
meronta-ronta dibawah dekapan kak Adit yang kuat. Akibatnya, tidak lama
kemudian aku benar-benar mencapai klimaks.

" Kalau kamu puas.. saayaang... aakuu.. juga… ikuut.. puuaas.!"Desah kak
Adit.

" ooh.. aauuhh.. aakkuu.. keluar kakkkk..! " Jawabku.

Seketika dengan refleks tangan kananku menjambak rambut kak Adit,
sedangkan tangan kiriku memeluknya erat-erat. Pantatku kunaikkan keatas
agar batang kemaluan kak Adit dapat menancap sedalam-dalamnya. Spermaku
muncrat ke perut kak Adit, perutku dan sebagian kearah dadaku.

Setelah kenikmatan puncak itu, tubuhku melemas dengan sendirinya. Adit
juga menghentikan genjotannya.

" Aku belum keluar sayang.. Tahan sebentar ya.. Aku terusin dulu..! "
Ujarnya lembut sambil mengecup pipiku.

Gila aku bisa orgasme walaupun tanpa disentuh kontolku. Tentu saja ini
semua karena kak Adit yang perkasa. Selain itu batang kejantanannya
memang sangat luar biasa besar dan nikmat luar biasa untuk dubur
laki-laki sepertiku.

Meskipun kurasakan sedikit ngilu, kubiarkan kak Adit memompa terus
lubang duburku. Karena lelah, aku pasif saja saat kak Adit terus
menggumuliku. Tanpa perlawanan, kini badanku yang kecil benar-benar
tenggelam ditindih tubuh atletis kak Adit. Clep.. clep.. clep.. clep.
Kulirik kebawah untuk melihat gerakan kontol kak Adit yang menghajar
lubang anusku. Gila, anusku dimasuki penis sebesar itu. Dan yang lebih
gila lagi, batang zakar besar seperti itu nikmatnya tiada terkira.

Kak Adit semakin lama semakin kencang memompa penisnya. Sementara
mulutnya tidak henti-hentinya menciumi pipi, bibir dan putingku.
Mendapat rangsangan tanpa henti seperti itu tiba-tiba nafsuku bangkit
kembali. Kurasakan kenikmatan mulai merambat lagi. Anusku dengan kencang
dipompa kak Adit. Maka aku balik membalas ciumannya, semantara pantatku
kembali berputar-putar mengimbangi penis kak Adit yang masih perkasa
menusuk-nusuk lubang anusku.

"Bayu suka? " Tanya kak Adit.

" E ehh.." Hanya itu jawabku.

Kini kami kembali mengelapar-gelepar bersama.

Tiba-tiba kak Adit bergulung, sehingga posisinya kini berbalik, aku
diatas, kak Adit dibawah.

" Ayoohh gaantiian! Bayu seekaarang di ataass..", pinta kak Adit.

Dengan posisi tubuh diatas kak Adit, pantatku aku putar-putar,
maju-mundur, kiri-kanan, untuk mengocok batang penis kak Adit yang masih
mengacung dilubang anusku. Dengan masih malu-malu aku juga ganti
menjilati leher dan puting kak Adit. Kak Adit yang telentang dibawahku
hanya dapat merem-melek karena kenikmatan yang kuberikan.

" Tuuh.. biisaa kaan! Kaatanya taa.. dii.. nggak.. bisa.. , " Kata kak
Adit sambil membalas menciumku dan meremas-remas pantatku.

Aku semakin kuat menghunjam-hunjamkan duburku kebatang penis kak Adit.
Tubuhku yang kecil makin erat mendekap kak Adit. Aku juga semakin liar
membalas ciumannya.

Tiba-tiba kak Adit langsung bergulung membalikku, sehingga aku kembali
dibawah. Dengan nafas yang terengah-engah, kak Adit yang telah berada
diatas tubuhku semakin cepat memompa duburku. Tak ayal lagi, rasa nikmat
tiada tara terasa disekujur tubuhku. Dia kupeluk sekuat tenaga,
sementara nafasku semakin tak menentu.

" Teruss.. , teruss.. ,kakkkkk ahhhh! " Desahku yang dalam tindihan
tubuh kak Adit.

Belum reda kenikmatan yang kurasakan, tiba-tiba kak Adit
mendengus-dengus semakin cepat. Tangan kekarnya mendekapku erat-erat
seperti ingin meremukkan tulang-tulangku. Dia benar-benar membuatku tak
bisa bergerak, dan napasnya terus memburu. Genjotannya di anusku semakin
cepat dan keras. Kemudian tubuhnya bergetar hebat.

" Bayyy.. , akuu.. , maauu.. , keluuarr sayang..! " Erangnya tidak
tertahankan lagi.

Melihat kak Adit yang hampir keluar, pantatku kuputar-putar semakin
cepat. Aku juga semakin erat memeluknya. Crot.. crot.. crot..! Sperma
kak Adit terasa sangat deras muncrat dilubang anusku. Kak Adit memajukan
pantatnya sekuat tenaga, sehingga batang kejantanannya benar-benar
menancap sedalam-dalamnya di lubang anusku. Aku merasa lubang duburku
terasa sangat hangat oleh cairan sperma yang mengucur dari kemaluan kak
Adit.

Gila, sperma kak Adit luar biasa banyaknya, sehingga seluruh lubangku
terasa basah kuyup. Bahkan karena sangking banyaknya, sperma kak Adit
belepotan hingga ke bibir anus dan pantatku. Berangsur-angsur gelora
kenikmatan itu mulai menurun.

Untuk beberapa saat kak Adit masih menindihku, keringat kami pun masih
bercucuran. setelah itu dia berguling kesampingku. Aku termenung menatap
langit-langit kamar. Begitu pun dengan kak Adit.

" Maafkan aku Bay. Aku telah khilaf dan memaksamu melakukan perbuatan
ini " Ujar kak Adit dengan lirih.

Aku tidak menjawab, kami berdua kembali termenung dalam alam pikiran
masing-masing. Bermenit-menit kemudian tak ada sepatah kata pun yang
keluar dari mulut kami berdua.

Aku mengirim sms ke ibuku dan memberitahunya kalau aku menginap ditempat
temanku. Kami pun tertidur kelelahan dan kak Adit memeluk tubuhku erat.

Seminggu sejak kejadian itu aku masih belum bisa melupakan kak Adit.
Rasa rindu pada kak Adit muncul begitu saja. Dadaku sering
berdebar-debar kalau mengingat kenikamatan luar biasa yang telah
diberikan polisi Adit. Aku selalu terbayang keperkasaan kak Adit diatas
ranjang, yang itu semua tidak dimiliki oleh para bf-ku. Sementara aku
yang rajin merawat tubuh malah makin ingin merasakan kenikmatan yang lebih.

Maka sejak itu aku sering jalan-jalan dengan kak Adit yang gagah itu.
Bahkan hampir rutin sebulan 2 sampai 4 kali aku melepas hasrat pada kak
Adit yang selalu melayaniku. Dan di setiap kencan selalu saja ada
hal-hal baru yang membuatku semakin terikat oleh keperkasaannya. Saat
menulis cerita ini pun beberapa kali harus terhenti karena Briptu Adit
dan aku sudah sangat terangsang dan langsung mendesah keenakan. Uhhh….

Oh iya.. wajah kak adit itu sangat mirip dengan pemain film km 97