Wednesday, October 23, 2013

Diperkosa Teman kontol

Hidup ini kadang sungguh tidak adil , mengapa aku diciptakan?, mengapa
aku dilahirkan kalau aku akhirnya mengingkari kodrat yang telah engkau
berikan padaku,
Aku tak tahu kapan semua ini terjadi padaku,aku sungguh ingin berubah
tapi semakin aku mencoba melawan ,rasa itu semakin besar padanya ,dan
mungkinkah aku menjadi seperti ini selamanya,atau aku bisa berubah dan
berkata ,semakin aku mencintaimu semakin aku harus melepasmu dari
kehidupanku
Dan dari sinillah kisah cintaku bersamanya bermulai:


Hari ini sekolahku pulang agak pagi karena bapak dan ibu guru melakukan
rapat di kantor dinas pendidikan ,aku merasa sangat senang sekali karena
hari ini aku pulang agak pagi ,namaku Rian umurku 18 tahun anak anak
smak di sekolah katolik ,tubuhku termasuk tubuh seorang cowok yang
atletis dengan badan sixspack diikuti kulit putih dan rambut pirangku
membuat para gadis menjadi tergila gila padaku ,namun apa dayaku aku
sama sekali tidak bisa menyukai mereka sama sekali ,bukan karena mereka
itu jelek melainkan karena aku sama sekali tidak tertarik sedikitpun
dengan kaum perempuan,aku sungguh tak mengerti mengapa semua ini terjadi
padaku ,sampai kelas 3 sma aku belum pernah mengalami apa yang dinamakan
pacaran ,bahkan teman temanku sering berkata padaku kalau aku itu tolol
,mengapa ? karena aku sudah ganteng,tinggi 170 lebih ,kaya dan pintar
sampai sekarang belum memiliki seorang cewek sekalipun,aku hanya focus
ke basket basket dan basket ,karena aku merupakan kapten dari team
basket yang ada disekolahku,namun semua itu sama sekali tak membuatku
minder ,aku terlanjur terlalu cuek dan tidak peduli sama sekali dengan
semua kata kata mereka,bagiku mereka semua terlalu iri dengan keadaanku
saat ini ,dan itulahyang terjadi.
Aku mempunyai 5 sahabat yang sangat pengertian dan perhatian padaku
,sehingga aku memberi nilai lebih kepada mereka dibandingkan dengan
teman temanku yang lain.Dia ialah Rio orang yang sama memiliki wajah
tampan namun masih dibawahku,Roby orang yang memberi motivasi
padaku,Wendi orang yang setia menemaniku disaat aku membutuhkanya ,dan
sueng dan Dian orang yang sangat gokil dengan kekayaan dan kepintaranya
"yan kita renang yuk aku udah lama banget pingin renang nih " kata Wendi
"ide yang bagus ,aku juga BT kalau pagi gini udah langsung kerumah"
"tapi lok kita berlima aja kagak seru ,aku,dian sueng ,dan robi bawa
pacar kami juga ya,loe gimana rio ,yan?"
"gue gak punya pacar euyyyyyyyy"kata rio
"gue juga gak punya pacar , udah lah terserah kalian,kalian bawa mobil
kalian masing masing yaw "
"mobil gue gy di bawa bokap ke kantor yan gue ma loe ya ,gue kan friend lo"
"dasar…… ya udah aku ganti baju dulu ke rumah n bawa persiapanya u
langsung ikut gue pa ntik q jemput yo?"kataku
"q ikut kamu aja yan dirumah sepi Cuma ada pembantu"
"yau dah, mari kita berangkat tunggu q disana ya temen temen"
Aku pun segera menuju parkiran sekolahku dan langsung ambil mobil
Rio ternyata sudah menunggu di gerbang sendirian ,dan setelah aku sampai
ke mobil langsung saja kami berangkat ke rumahku dulu….
15 menit kemudian kami nyampe rumahku disana pak tarno selaku satpan
rumahku langsung membukakan pintu dan menyuruhku masuk ,aku dan rio
langsung memasuki rumahku yang relative agak besar dibanding rumah
temanku yang lain.
Rio melihat sekeliling ,melihat foto fotoku ketika masih kecil,melihat
koleksi film ku ,dan tanpa sengaja rio menemukan koleksi bokep pribadi
milikku dan langsung memanggilku
"Ysatpan rumahku langsung membukakan pintu dan menyuruhku masuk ,aku dan
rio langsung memasuki rumahku yang relative agak besar disbanding rumah
temanku yang lain
Rio melihat sekeliling ,melihat foto fotoku ketika masih kecil,melihat
koleksi film ku ,dan tanpa sengaja rio menemukan koleksi bokep pribadi
milikku dan langsung memanggilku
"Yan rumah kamu sepi banget ,dan u punya koleksi bokep lagi enak nih lok
ma pacar u kelak mbokep disini "
"ya beginilah rumahku yo agak sepi ,semua kan kerja ,jadi aku sendirian
disini"kataku sambil menutup pintu kulkas karena q baru aja ngambil minum
"gue mau ke kamar u donk " kata rio sedikit memaksa
"gue kan mau ganti yo"
"sama cowoknya juga ,q juga mo pinjem baju kamu ya ,masak pakai seragam
gini bisa di omelin satpol PP nih"
"q gak biasa gantu ma cowok yo soalnya " kataku berusaha menolak
"alah udahlah jangan banyak bicara"
Kami pun segera masuk kamar ,dan aku tak tahu apa motif rio tiba tiba
aja dia mengunci pintu kamarku,aku sempat kaget namun dengan lekas aku
udah tenang kembali.
Aku pun dengan sedikit melu segera membuka kaos seragam putih abu abuku
dan celananya juga
Kini aku hanya mengenakan boxer biru yang agak ketat dan mungkin
kontolku bakal kelihatan menonjol jika kontolku ngaceng
Aku mlihat kearah Rio sesuatu yang berbeda terjadi padanya ,ia
memandangiku tajam ,pandanganya terasa lain bukan memandang layaknya
cowok biasa memandang temanya ganti , melainkan pandangan penuh nafsu
yang menggelora dari anak se usia sma sepertiku
"yan….."kata rio sambil berusaha menelan ludahnya dengan menatapku tajam
"kenapa, kenapa loe ngeliatin gue gitu "
"yan badan kamu sexy banget kalau tidak memakai seragam ,sungguh
terlihat kotak kotak dan menarik sekali yan,apalagi kalau kamu…….."kata
rio tak melanjutkan
Entah kenapa aku merasa takut dengan pandangan rio seperti itu apalagi
setelah ia bilang ia tertarik padaku itu sangat membuatku takut,
"loe kenapa sih yo ,suer loe buat aku takuut tau "
"yan aku mau Tanya boleh kagak "
"boleh kenapa ndak Tanya aja ,"kataku berusaha berpikiran positif
"loe pernah ngocok belum yan "
"apa ……!"aku sungguh kaget dengan pertanyaan rio
"coli ngocok yan onani pernah apa gak "
"loe ngapain Tanya begitu"
"yan sepertinya gue nafsu liat kamu telanjang yan kita ngocok bareng yuk
yan"
Aku sungguh bener bener seperti terkena petir tak menyangka dengan apa
yang aku dengar ternyata orang yang selama ini ku percaya adalah seorang
Gay.Astaga !!!
"yo gue kebawah dulu yaw gue mau ambil minum gue haus lagi nih"kataku
cepat dan ingin segera meninggalkan kamarku jauh jauh
Namun ia bukanya mengijinkan ku ia malah tiba tiba mendorongku ke
kasurnya ,karena badan ia lebih besar sedikit di banding q aku jadi
terjatuh "mati gue " pikirku secara tiba tiba
Gue pun langsung mendorong rio hingga jatuh ,aku pun segera memukul muka
rio dengan sekuat tenaga ,
Rio pun juga membalas pukulanku dengan mengayunkan bogemnya tepat di
perutku
Aku pun terjatuh karena tak kuat menahan rasa sakit
Rio mendekatiku perlahan
Perlahan ia menyingkirkan tanganku dari perutku yang aku pegang karena
sakit dan aku menatapnya tajam ,ia tersenyum dan perlahan menidurkanku
,entah apa yang terjadi aku merasa terkena hipnotis ,aku tak bisa
melawanya ,entah kenapa itu terjadi
Kini aku telah tidur di kasurku
Rio pun segera melepaskkan perlahan kaos yang aku pakai,dan menurunkan
boxer yang aku pakai ,aku pun hanya menurut,kini aku dalam keadaan
telanjang bulat ,tanpa sehelai kain pun ia tersenyum kepadaku dan
perlahan ia membuka seragam yang ia pakai dan Tshirt yang ia pakai dan
juga celananya
Kini ia juga dalam keadaan telanjang bulat dengan kontol yang hitam dan
agak besar mulai mengacung untuk segera dihisap oleh seseorang
Ia pun meniduriku ,aku merasa badanku setelah ditindihnya begitu hangat
aku pun lemas ,lalu dengan santai ia mendekatkan mukanya ke
mukaku,perlahan mulutnya menyerang bibirku,ia mencium mulutku dengan
ganas ,ia membuka mulutnya dan berusaha memasukkan lidahnya ke mulutku
,aku pun demikian ,inilah ciuman pertamaku dengan manusia selain orang
tuaku,sungguh hangat dan nyaman
Aku terus diserang dengan ciuman itu ia semakin melumat lidahku
dihisapnya air ludah dari lidahku ,tak mau ketinggalan aku juga melumat
bibirnya ,ia semakin nafsu kepadaku ia pun melepas ciumanya
Kini ia menciumi leherku ,rasanya nikmat sekali bagai menerima
kehangatan sendiri,leherku dicumnya dan di jilat sesekali sambil
memberikan sedikit hisapan di leherku ,aku pun menghela nafas kenikmatan
Ia semakin turun ke putingku lidahnya dengan sakti mempermainkan pucuk
putingku ,aku merasa geli geli kenilmatan ia turun lagi ke perutku namun
tanganya dengan cepat mempermainkan putingku,aku merasa sangat nikmat
sekali air ludahnya sudah membasahi putingku rasanya sungguh terbang
seperti mimpi
"Rio enak yo terus yo"
Kini kontolku mulai ngaceng dan mulai tegang ,ukuranya kurang lebih
sudah 15 cm an ,rio pun semakin berambisi ia menurunkan lagi ciumanya
yang kini tepat di bagian kontolku
Rio segera menjilat kontolku owhhhhhhhhhhh anjing rasanya nikmat sekali
,ia langsung memegang kontolku dan langsung menghisapnya ,mulutnya ia
buka dan kontolku pun dimasukkan ke mulutnya …. Owhhhhhhhhhh yeahhhh
iamenghisap maju mundur maju mundur
Aku terasa semakin kenikmatan…….owhhhhhhh yeahhhhhhhh terus isepin
yoooooo isep terussss,ia mempercepat menyedot kontolku kontolku di masuk
keluarkan dari mulutnya ,sesekali ia pun mempermainkan ujung kontolku
yang masih merah ,owhhhhhhhh yeahhhh
Clupppppppp….cluppppppppppp.cluoooooooooooop]
Yeahhhhhhhh enak yooooo aku pun semakin memanas, apa lagi ketika tangan
rio yang kiri mempermainkan putingkan dan yang kanan memegang kontolku
untuk di hisep di mulutnya ,kontolku pun mulai bergetar setelah 5
menitan owhhhhhh
Yeahhhhhhhh yo enak yooo kau temanku yang berharga
Tangan kirinya sesekali mencubit pentil atau putingku sehingga aku
sesekali merintih kesakitan dan kenikmatan ,owh yeaahhhhhh ria pun
setelah mengetahui kontolku semakin bergetar karena pejuhku mau keluar
,segera mempercepat hisapanya dan menyedotnya dengan nikmat dan owhhhh]
Yeahhhhhhhhh
Crottttttttttttttttttt]
Crot
Crottttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt
Pejuh itu keluar dari kontolku ,rio pun menghisapnya dan
menelanya,tubuhku menggeliat menerima luncuran pejuhku tadi ohhhhhhh
Enak yooooooo
Enak yyyyyyyyyyyyooooooooooooo
Aku pun sekarang berdiri demian pula rio,lalu aku perlahan menyuruh rio
untuk tidur,rio pun sekarang gentian aku tindih ,aku menempel di tubuh
riooooooooo ,rio pun menggesek gesek kan kontolnya ke kontolku yang
penuh akan pejuhhhhhh lalu aku mencium kembali mulut rio
Mulut rio yang masih ada sedikit pejuh dariku langsung saja aku jilat
sehingga pejuh itu masuk ke mulutku
Rasanya asin asin gimana begitu ……
Aku pun berdiri dan ,rio pun serasa dapat code ,ia kini tengkurap dan
pantatnya sedikit di naikkan ke atas aku pun menghusap kontolku
Dan dengan perlahan aku dengan tanganku memassukkan kontolku ke pantat Rio
Rio pun menjerit karena merasa kesakitan
Ohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh,awwwwwwwwwwwww,
Jeritanya pun semakin keras tat kala aku mulai memassukkan sedikit demi
sedikit kontolku ke pantatnya
Owhhhhhhhhhh sakit yan owhhhhhhh
Sku pun mrmsdukksn kontolku perlahan hingga akhirnya kontolku masuk
semuanya
Owhhhhhhhhhh blessssss
Aku lalu menyodokkan kontolku pelan pelan owh yeahhh
Mmmmmmmmm uhmmmmmm
Aku memaju mundurkan kontolku ke pantat Rio ,rio pun berusaha menikmati
"rio rasanya nikmat yo"
Oh yeahhhhhh
Kontolku pun aku sodokkan sekali lagi ,maju mundur tepat di pantat rio
hingga dalam,yeahhhhh uhmmmmmm ahh
Mmmmmmmmmmm aku menambah kecepatan menyodok kontolku ke pantatnya
Ia semakin merintih kesakitan
Owhhhh yeahhhhhhhh ohhhhhhh enak yan
Ia semakin memerah mukanya ,akupun semakin menggila
Ku sodokkan kontolku berkali kali
Ia hanya kesakitan owhhhhhhhh yeahhhhhhhh
Owhhhhhhhhh
Tubuhnya yang sexy begitu mempesona ,aku pun menganggapnya ia seorang cewek
Lalu aku berganti posisi kini aku berbaring dan dengan sigap rio paham
dan ia memaju dan turunkan pantatnya
Terlihat ia sangat menikmati kontolku ini
Aku pun menyodoknya lagi kini ia terlihat begitu mempesona ,aku pun
memegang kontolnya dan mengocoknya sambil ia menaik turunkan pantatnya
dari kontolku
Kontolnya terasa begitu hangat aku semakin cepat mengocoknya
Dan ia semakin cepat menaik turunkan pantatnya hingga kontolku mulai
akan keluar
Yooooooooooooo kontolku mau keluar yooooooo
Kamu keluarin aja yang owhhhhhhhhhhh
Yeahhhhhhhhhhhhhhhh owhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
Akhirnya aku tak kuasa lagi menahan pejuhku
Crottttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt
Crot
Crotttttttttttttttttttttttt
Owhhhhhhhhhhhh yeahhhhhhhhhhhhhhh mmmmmmmmmmmmmmmmm ohhhhhhh
Aku pun menyodokkan kontolku
Yeahhhhhhhhhh
Fuck yo fucking ass hole
Aku pun akhirnya ngencrettttttttt di pantat rio terasa begitu nikmat
,begitu sempit dan begitu asyikkkkkkk
Yeahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm ,tak beberapa gentian rio yang ngencret karena
kontolnya terus aku kocokkk
Yeahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh yan enak yan mmmmmmmmmmmmmm
Crot
Aku pun melepas kontolku dari pantat riooooooooo
Aku pun menggelepar di samping rio rio pun capek dan demikian pula aku
,aku memandang rio mia meandangiku juga
Aku tak menyangga kami melakukan semua ini
Aku mendekatkan mulutku ke rio
Rio punnnnn menciumku
"yan aku senang dan cinta padamu ,aku rela kau jadikan pelampiasan
nafsumu,maukah kau jadi pacarku yan"
"makasih banyaka yo ya pagi ini aku benar benar puas sekali ini kali
pertama aku ngentot ma kamu"
"I love u" rio pin segera memelukku sehingga kontolkami bergesekkan lagi
"I love u too" aku pun kembali mencium rio
Kami berdua akhirnya tidak jadi berenang
Aku terlanjur tidur bersama rio sampai sore
Sejak saat itu rio menjadi pelampiasaanku
Aku sangat mencintai rio

Friday, May 10, 2013

Polisi Duren Ber kontol Besar

Musim duren tahun ini membuat aku pusing. Gimana nggak pusing? Saking banyaknya yang jual duren di pinggir jalan, dari arah sekolah sampai gang dekat rumahku semuanya bau duren. Walau aku sebenernya suka duren tapi kalau kelamaan mencium udara yang terkontaminasi aroma duren juga nggak enak, tapi malah enek! Untung aku terbantu dengan masker yang sengaja aku bawa untuk mengurangi debu yang masuk ke hidung jadi sedikit berkurang beban hidung mancungku ini. Pokoknya kalau bule-bule lewat jalanan ini pasti mereka muntah deh.
Musim duren memang menjadi berkah tersendiri bagi penjual duren tetapi musim duren kali ini tidak hanya menguntungkan bagi mereka namun juga menjadi berkah tersendiri buatku.Kok bisa ya? Kasih tau nggak yahhhhh???? Hehehehe.. Karena pada cerita kali ini, semua ada hubungannya dengan buah duren dan “duren”,duda keren. Nah lho duda keren toh? Huh… Pantesan. Duren yang aku temui ini bukan sembarang duren. Dia adalah seorang duren dan juga seorang polisi dan yang paling anehnya lagi hubungan kami berawal dari buah duren. I Love Duren!
Aku ingat, hari itu jum’at sore. Aku yang dari tadi main PS sendirian di rumah tiba-tiba dipanggil ibu.
“Bayu… Cepet kemari…”, panggil ibuku dari arah dapur.
Padahal aku lagi asik main game tempur. “Bentar… lagi nanggung nih bu”, tolakku. Aku dengan cekatan menekan-nekan tombol di stik.
“Cepet Bay… Ini ada pesen dari tentemu!”, desak ibu.
Ih… Ibu nggak asik banget sih. Akupun bergegas mendatangi ibu dan langsung mematikan PS beserta TV.
“Ada apa sih Bu?”, tanyaku ketus.
“Tantemu mau dibeliin duren katanya. Tadi telepon ibu. Kamu carikan duren yang enak gih. Ambil uangnya di tas ibu didekat lemari”. Ibu tampak sedang sibuk menyiangi sayur.
Aku dengan agak cemberut bertanya, “Berapa buah bu?”.
“Bawa uang 50. Kalau ada yang 25, beli dua tapi kalau lebih dari dua lima beli satu aja. Kamu cariin yang manis lho Bay. Kamu tau kan gimana ciri-ciri duren yang manis?”.
“Iya, tenang aja”. Dengan masih agak malas aku menuju kamar ibu dan mengambil uang selembar 50 ribuan.
Tanteku itu memang nyebelin banget. Beliau sedang hamil muda dan ngidam. Kenapa nggak suruh suaminya aja yang beliin eh malah aku yang disuruh. Mentang-mentang aku deket sama pedagang duren, dia seenaknya nyuruh mama beliin dia duren. Otomatis kalau mama sibuk aku deh yang musti menuhin permintaannya. Kenapa nggak kesini aja sih, kan aku nggak repot kayak gini.
Aku menghidupkan motor matic-ku lalu bergegas menuju tempat orang jualan duren. Sengaja aku berkeliling kota sebentar supaya nggak cepet balik ke rumah, itung-itung cari angin segerlah.
“Duren-duren-duren… 20 ribu!”, teriak salah seorang pedagang buah dipinggir jalan berusaha menawarkan dagangannya.
Nah, murah tuh. Aku menepi dan turun dari motor.
“Duren dek?”, tanya pria itu.
“Berapaan bang?”.
“20 aja. Manis-manis lho ini. Kami jual murah hari ini soalnya kami mau segera pulang”.
“Boleh pilih nggak?”.
“Boleh. Tentu boleh. Silahkan adek mau yang mana? Semua 20 ribu saja”.
Aku mulai memilih-milih dengan teliti pada duren yang aku yakini bercita rasa manis dan legit. Aku cium-cium buah duren itu dan aku perhatikan setiap tangkainya. Tiba-tiba…
“Permisi mas. Berapaan durennya?”, tanya orang itu pada tukang buah.
“20 aja pak. Manis-manis itu”, jawab tukang buah.
Aku awalnya tidak memperhatikan calon pembeli disampingku ini karena aku masih sibuk dengan mencari-cari duren yang enak.
“Ini kayaknya manis dek”, tegurnya sambil memegang duren didepanku.
Aku menoleh kesumber suara itu. Bruak! Hampir saja aku jatuh kearah tumpukan duren, ternyata orang yang ada disampingku ini adalah seorang polisi berpangkat IPTU dan ku taksir umurnya sekitar 30 tahunan, Kulitnya coklat terbakar, tubuhnya tegap berisi dan senyumnya itu lo yang bikin aku mau ambruk, manis sekali karena dia memiliki bibir yang tipis. Tulisan Panji Arifin tertera jelas di dadanya.
“Memangnya kaya gimana duren yang manis pak?”, tanyaku pura-pura nggak tahu. Sebenarnya itu Cuma modus agar dia mau memilihkan aku duren. Hehehe ;>
“Pertama liat tangkainya, kalau rata berarti itu dipotong sebelum matang. Terus aromanya jelas tercium, bukan samar-samar…”.
Aku nggak memperhatikan ucapannya tapi aku lebih tertarik buat perhatiin cara dia menjelaskan.
“Bapak pilihin aku dong. Takutnya nanti aku salah pilih”, pintaku.
Dengan senang hati dia memilihkan tiga biji duren yang paling baik.
“Punya bapak kok dua saja?”, tanyaku ketika melihat dua buah duren yang dia sisihkan untuk dibelinya.
“Dua aja nggak abis…”.
Dia kembali tersenyum manis. Ini polisi kok cakep banget ya… Andaikan aku bisa kenal lebih jauh dengan dia.
Akhirnya aku memutuskan untuk pulang ketika duren yang ada didepanku sudah cukup meyakinkan. Aku sebenernya ingin menawar 3 buah duren itu dengan harga 50 ribu pada abang tukang buahnya. Kali aja aku berhasil.
“Berapa bang punyaku?”.
“60 dek”.
“3, 50 ya bang?”.
“Nggak bisa dek, itu sudah harga murah lho. Mana ada yang jual duren 20 ribu sekarang”, tolaknya.
“Duren yang inikan kecil bang, jadi 3 biji 50 ya?”, rayuku lagi.
“Maaf dek. 50 dapet dua aja”.
Ini abang pelit banget. Ya sudahlah…
“Adek mau beli 3 biji?”, tanya pak Arif padaku.
“Iya pak, maunya sih begitu tadi tapi nggak bisa ditawar-tawar lagi”.
“Bang, punya saya berapa?”, tanya pak Arif sambil mengangkat dua buah  duren yang sudah terikat tali ditangannya.
“40 pak”.
“Sekalian dengan punya adek ini ya”.
“Yang bener pak? Makasih ya pak”, ucapku senang.
“Iya sama-sama…”.
Aku buru-buru membawa tiga buah duren itu pergi dan manghidupkan motor setelah menyerahkan uangku pada abang penjual buah. Jujur perasaanku saat itu gugup, seneng dan gemetar. Aku takut kebablasan buat memeluk tubuh pak Arif kalau aku telalau lama dekat beliau. Tanpa aku sadar…
Tit-Tit-Tit… suara klakson motor mengagetkanku dari arah belakang. Aku yang sudah memasuki gang menuju rumahku akhirnya menghentikan laju kendaraan dan menoleh. Tampak dibelakangku seorang polisi yang aku yakini sebagai pak Arifin, polisi yang membantuku di tempat pedagang duren tadi, sedang menuju kearahku menggunakan motor gedenya.
“Tunggu dek. Hape-mu jatuh tadi didekat tumpukan duren. Untung saya sempat mengejar kamu”. Dia mengeluarkan hape saya dari kantung celananya dan menyerahkan barang itu padaku.
“Waduh jadi ngerepotin bapak. Makasih ya pak, aku nggak sadar tadi hapeku jatuh. Untung ada bapak...”. aku mengambil hapeku dari tangannya.
Langit memang punya rencana lain. Tibe-tiba saja hujan lebat turun dan kontan saja aku langsung mengajak pak Arif singgah dirumahku. Pak arif menyetujuinya dan setelah sampai didepan rumahku, dia aku persilahkan masuk.
“Duduk dulu pak. Saya mau menaruh duren dulu sebentar”.
“Makasih dek. Iya silahkan”, ucapnya. Baju coklat dan celana coklatnya agak basah karena terkena hujan lebat kemudian dia mulai duduk di kursi tamu.
Tak lama kemudian aku keluar dengan membawakan segelas air teh hangat untuk mengurangi efek dingin pada tubuh berisinya.
“Wah, pakai acara repot-repot segala…”.
“Nggak apa-apa pak. Bapak juga sudah menolong saya tadi. Silahkan diminum tehnya pak, mumpung masih anget”.
Aku duduk disamping pak Arif.
“Oh iya dek, dari tadi kita ngomong tapi bapak belum tau nama kamu”.
Aku menjulurkan tangan dan menjabat tangan pak Arif. “Saya Bayu, pak. Kalau bapak?”.
“Panggil saja saya pak Arif”.
Setelah itu kami ngobrol panjang lebar dan aku baru tahu kalau dia itu seorang duda yang ditinggal istrinya meninggal karena kecelakaan. Walaupun dia duda tetapi dia belum mempunyai anak. Pernikahannya selama enam tahun dengan mendiang istrinya belum juga membuahkan keturunan. Apa mungkin dia mandul? Atau istrinya yang mandul? Wah, pas banget nih aku kenalan dengan “duren”.
Istrinya sudah hampir setahun meninggal dan dia masih belum kepikiran untuk mencari pengganti sang istri karena dia masih merasa sangat kehilangan. Dia tinggal dirumahnya sendirian sehingga aku mengerti kenapa dia bilang makan duren dua biji saja dia tidak habis ternyata dia memang makan duren itu sendiri. Suatu saat aku mau nolongin pak Arif ngabisin durennya.
Dia memberi tahuku alamat rumahnya dan dia mempersilahkan kapan-kapan aku bisa mampir kesana. Kebetulan daerah tempat tinggal rumah pak Arifin, sering aku lewati kalau mau ke pasar bersama ibu.
Hujanpun reda dan beliau berpamitan untuk pulang. Sebenernya aku mau menahan beliau untuk tidur dirumahku tapi apa mungkin? Hahahaha.. Dasar Bayu!
Semenjak saat itu aku sering mencari alasan buat kerumah dia. Entah Cuma lewat atau kebetulan lagi suntuk dan pengen jalan-jalan kerumahnya. Aku ketempat mas Arif ketika sore hari atau saat beliau ada dirumah, malam harinya. Aku dan dia sudah seperti saudara dan dia tidak sungkan untuk membawa kau kekamar ketika aku main kerumahnya. Akupun tidak lagi manggil dia dengan sebutan pak Arif tetapi dengan panggilan manja, mas Arif.
Hubungan kami semakin dekat dan aku menikmati itu. Sampai suatu ketika, aku berkesempatan untuk memancing nafsu birahi mas Arif.
Aku saat itu memiliki alasan yang tepat buat nginap dirumahnya karena dirumahku lagi ada keluarga dan kamarku dipakai untuk tempat tidur sementara mereka. Dia tidak keberatan dan mempersilahkan aku menginap dirumahnya untuk beberapa hari. Kalau kesempatan nggak boleh disia-siakan.
Hari pertama biasa-biasa saja dan tidak ada kejadian apa-apa tetapi hari kedua, barulah terjadi hal yang selama ini aku impi-impikan.
Mas Arif mempercayakan satu buah kunci serep rumahnya padaku. Aku yang baru saja pulang dari ekskul disekolah langsung kerumah Mas Arif. Pintu rumahnya aku buka lalu kemudian aku kunci dari dalam dan aku cabut kuncinya. Kalau dia datang, dia tidak akan tahu jika aku sudah berada didalam. Jam sedang menunjukan pukul setengah enam sore, biasanya mas Arif sudah pulang dari kantornya. Aku mulai bergegas menjalankan rencanaku dan masuk kekamar mandi tanpa menguncinya. Aku lepas seluruh pakaian yang melekat ditubuhku dan mulai berendam di bak mandi. Aku sengaja menarik tirai penyekat bak mandi supaya pas nanti mas Arif masuk dia tidak menyadari kalau aku ada didalamnya.
Dua puluh menit kemudian, rencanaku berjalan mulus. Sesosok tubuh tinggi 176 cm dan berat 70 kg masuk kedalam kamar mandi dan menguncinya. Dia langsung melepas seluruh pakaian yang melekat ditubuh padatnya yang masih terlihat berotot dan langsung menyibak tiraiku.
“Eh ada mas Arif…”. Aku seolah-olah malu dan menutupi kontolku dengan telapak tangan.
“Bayu?! Aku kira kamu belum pulang karena pintu terkunci tadi”.
Nih polisi sengaja apa ya? Dia masih tegap berdiri dengan kontolnya yang masih lemes tergantung dihadapan mataku. Apa dia tidak risih?
“Tadi aku sengaja mas. Soalnya takut ada yang masuk pas aku lagi mandi”. Untung motorku aku taruh disamping rumah, jadi dia nggak ngeliat motorku.
“kalau gitu kamu mandi saja duluan. Mas keluar aja”.
Buru-buru aku mencegahnya. “Nggak perlu mas. Mas mandi aja di shower. Atau aku saja yang di shower dan mas disini. Gimana?”.
Dia berfikir sejenak lalu beranjak menghidupkan shower. Uh, kayaknya rencanaku berjalan mulus kali ini. Sebenarnya kontolku mulai ngaceng jadi aku tak berani menunjukan kontolku di depan mas Arif. Takut dia curiga! Aku kan belum tahu kalau dia suka ama aku atau tidak. Sebagai jaga-jaga saja sih sebenernya.
Entah kenapa tiba-tiba aku menangkap kalau kontol mas Arif juga mulai ngaceng. Mungkin kah dia lagi horny?
“Dek, tolong usapin punggung mas dong”, pintanya.
“Hah? Apa mas?”, aku tersadar dari lamunanku.
“Gosokin punggung mas. Mas nggak nyampe nih”.
Duh, gawat nih. Kontolku udah ngaceng berat lagi. Tapi kalau aku nolak nggak enak juga. Bisa jadi ini adalah kesempatan terakhir didalam hidupku. Aku pun bangkit dan sepertinya mas Arif memperhatikan kontolku yang sudah ngaceng.
“Punya Bayu ngaceng tuh. Pengen pipis ya?”.
“Ermmmppp iya kayaknya mas”, kelitku.
Aku mulai mengambil penggosok tubuh dan menyabuni punggung mas Arif. Setelah selesai menyabuni punggungnya, aku diminta untuk menyabuni dadanya sekalian. Mas Arif membalikan badan dan menghadap kearahku. Dug! Ya ampun… Kontolnya gede amat…. Ngaceng lagi. Pantesan dia memunggungi aku dari tadi. Kontolnya yang panjang  mulai menyentuh pusarku sehingga menimbulkan gesekan-gesekan yang semakin membuat kami ngaceng.  Sengaja atau tidak sebenarnya aku menikmati gesekan kontol besar dan perkasa milik mas Arif.
Aku tahu bahwa dia sudah lama tidak menyalurkan hasratnya pada lubang. Tapi apakah dia bener-bener suka cowok? Mungkinkah dia sedang mabuk atau kerasukan setan “Gay”? Arkhhh! Bodo! Aku kemudian menatap mata mas Arif, berusaha mencari arti dari perbuatannya ini dan ketika tatapan mata kami bertemu.
Cup!!! Dia menunduk dan menciumi bibirku dengan lembut. Aku seperti mendapat duren runtuh rasanya. Aku benar-benar tidak menyangka bakalan segampang ini menakhlukan sang duren polisi.
Aku membalas ciumannya sambil tanganku mulai berani mengocok kontol ma Arif. Wuih… Hangat dan gede sekali digenggaman tanaganku… Bibirnya yang tipis memilin bibirku yang merah sensual. Matalu terpejam dan lidahku mengganas untuk bertarung dengan lidah mas Arif. Rasa lembut dan penuh kepasrahan merasuki tubuhku. Aku benar-benar menikmati ciuman Mas Arif. Inilah yang aku suka dari pria yang telah berpengalaman, mereka sangat lihai memperlakukan pasangannya.
Aku mendorong dada bidang mas Arif. “Mas, kita mandi dulu ya. Adek mau kita ngelakuin ini dengan keadaah siap”. Aku ini bodoh atau dungu sih? Kok bisa-bisanya aku menunda hal yang sudah aku inginkan sejak dulu.
“Yah adek…. Mas udah tegang banget nih. Adek harus tanggung jawab ya? Mas udah lama nggak keluar…”, rengeknya sambil berusaha menciumi bibirku kembali.
Aku mengecup bibir mas Arif dan kemudian mandi sampai bersih bersamanya.
Setelah kejadian dikamar mandi, kami sungguh berbeda. Mas Arif mulai lepas dan memperlakukan kau seperti kekasihnya. Di meja makan aku yang duduk di pangkuannya merasakan tonjolan diselangkangan mas Arif menusuk-nusuk pantatku. Kami makan sambil bersuap-suapan dan sesekali berciuman. Mas Arif bener-bener bisa banget bikin aku terklepek-klepek.
Selesai makan dan gosok gigi kami langsung masuk kamar. Motor kami sudah dimasukan dan pintu rumah telah terkunci sempurna padahal jam masih menunjukan pukul delapan.
"Bagaimana dek, mau langsung?" tawar mas Arif.
Pake acara ditanya segala. Aku pikir aku nggak perlu menjawabnya dan lebih baik langsung mendekati mas Arif, kemudian aku mulai mengelus-elus tonjolan di celana bagian depannya
 "Dek… Mas mau dienakin ama kamu. Tapi mas nggak mau ngapa-ngapain kontol kamu. Nggak papa kan?" tanya mas Arif sang TOP sejati
 Aku menjawab hanya dengan anggukan kepala sedangkan tanganku terus mengusap-usap tonjolan kontolnya yang besar itu. Kemudian aku buka baju kaosnya dengan mesra. Aku sangat suka sekali melihat badannya yang tegap dan berisi apalagi saat dia mengangkat tangannya saat aku membuka bajuya, kedua tangannya itu terlihat kekar dan keras sekali dan ketiaknya penuh dengan rimbunnya bulu, jujur aku nggak terlalu suka bulu ketiak yang lebat dan biasanya membuatku agak sebal, tapi wajah ganteng dan dada kekarnya membuat semua itu nggak penting buatku. Dadanya terbentuk meski bukan sepeti binaragawan. Dadanya bidang dan bersih dari rambut dengan kedua pentil yang kecil tapi menonjol dan sekeliling pentilnya tumbuh rambut-rambut. Lalu aku melihat ke pusarnya dan disana banyak di tumbuhi rambut yang aku yakin tumbuh menyemak di pangkal kontolnya.
Aku langsung memegang kedua pentilnya dan pelan-pelan memilin-milinnya, lalu tiba-tiba aku mendengar dia mendengus agak keras.
“Argggghhh Dekkkkk!”. Tampaknya dia sangat suka kalau kedua pentilnya dimainkan dan itu membuatku semakin semangat. Dia kusuruh duduk dipinggir tempat tidur dan aku mulai menjalankan aksiku. Aku menghisap-hisap pentilnya seperti bayi yang sedang menyusu, dan pentilnya semakin menonjol serta kian keras. Dia mulai meracau pelan saat aku menyesapi pentilnya dan semakin keras gumamnya saat ujung pentilnya aku jilati juga dengan ujung lidahku sementara tanganku mengusap-usap dada kekarnya yang sudah terbentuk karena latihan itu.
 Pentil kerasnya kugigit-gigit pelan sambil aku tarik-tarik kemudian aku hisap dengan kuat. Rasa nikmat dan sensasinya luar biasa! Dia terus mendesah dan bergumam keenakan. Lalu tanganku mulai bergerak ke bawah dan mengusap bulu-bulu yang tumbuh disekitar perutnya dan pelan-pelan membuka ikat pinggakancing celananya sambil mulutku terus mengeyot pentilnya. Nampaknya sensasi kenyotanku di pentil dan gerakan tanganku yang membuka celana panjangnya pelan-pelan sampai dia hanya memakai celana dalam saja membuat dia semakin bergairah. Beberapa kali dia dengan sengaja menumbur-numburkan kontolnya yang masih di dalam kolor ke badanku.
Aku berdiri dan melepas semua pakaianku sampai telanjang bulat. Kontolku sudah ngaceng berat dan dia tersenyum melihat keadaanku itu. Cowok sakit mana yang nggak tertarik melihat tubuhku yang sensual ini…
"Gede juga kontol adek." pujinya kemudian.
"Tapi kontol mas lebih besar dari punya adek" kataku.
"Adek suka kan kontol mas yang gede ini?”.
Aku perhatikan dia yang sekarang tidur terlentang dengan celana dalam hitamnya sebentar. Badannya benar-benar luar biasa, sepertinya dia diberi waktu lebih banyak saat dibuat dulu sehingga dia lebih mempesona dari laki-laki kebanyakan.
Kakinya berbulu lebat dan pahanya meski tidak terlalu besar tapi kekar sekali dengan aksen bulu-bulu yang membuat bagian bawah perutnya ini menjadi seksi sekali. Aku berjongkok di lantai, lalu membuka kedua kakinya pelan-pelan hingga terbuka lebar. Seksi sekali melihat pemandangan itu dari sudutku berada. Aku merapatkan kedua kakinya sementara wajahku berada ditengah-tengah kedua pahanya dan menjilat-jilat mulai dari dengkul kirinya dan bergerak pelan ke selangkangannya. Lalu lidahku memutar-mutar di paha bagian dalamnya dan tangan kiriku mengusap-usap paha atasnya yang berbulu itu.
Sampailah ujung lidahku tepat di celana dalamnya bagian bawah. Aroma laki-laki segera tercium olehku. Aku cium-cium pelernya yang masih terbungkus dengan bibirku, aku menggerak-gerakkan bibirku nggak keruan di pelernya. Aku tarik keatas pinggiran celana dalamnya dan menarik satu biji pelernya keluar. Biji pelernya besar dan berbulu lebat, pasti banyak pejuh yang tersimpan disana. Aku membayangkan semprotan pejuhnya pasti banyak kalau pelernya seperti ini, pasti enak dan banyak sekali kalau aku telan pejuh Mas Arif.
Mas arif masih tidur terlentang saat aku mulai mengemoti biji pelernya yang aku keluarkan satu itu. Aku kemot pelan sekali dan bagian bawahnya aku jilati. Kadang aku kesulitan juga karena bulu yang tumbuh di biji pelernya suka rontok dan mengganggu lidahku. Setelah puas aku masukkan lagi biji pelernya itu dan aku melihat dia sedang menggigit ujung bantal, aku yakin dia pasti ngerasa enak sekali.
Dia menatapku saat kedua tanganku memegang pinggiran karet celana dalamnya dan pelan-pelan mulai kuturunkan. Bulu jembutnya tidak terlalu banyak sepertinya dia mencukur jembut itu beberapa hari yang lalu. Tapi kontolnya membuatku sangat kegirangan. Kepala kontolnya yang berwarna merah keunguan sudah menyembul dengan gagahnya dilengkapi ujung lubang kencingnya yang sudah basah!
Aku paling suka kontol seperti milik mas Arif ini dan aku menjadi begitu bergairah.
"Gila gede banget mas," kataku.
"Kenapa, takut ya dek?" tanyanya.
"Aku suka banget mas. Jadi nggak sabar deh". Dan tanpa membuang-buang waktu segera aku menjamah kontolnya yang sudah super ngaceng itu. Kontolnya besar dan panjang banget dengan kepala kontol yang lebih gede dari batangnya sehingga menambah seksi tubuh IPTU Arifin.
Aku gigit-gigit pelan ujung kontolnya lalu turun lagi kearah batang bawah kontolnya dan dia rupanya sangat suka juga dibegitukan. Dia menggigit lagi ujung bantalnya. Lalu giliran batang kontolnya menjadi sasaranku berikut. Aku pegang batang kontolnya dan aku tempelkan diperutnya, lalu lidahku menjalari di seluruh batang kontol bagian bawah sampai aku berhenti di lubang kencingnya dan lidahku kuputar-putar disekitar pinggiran kepala kontol bagian bawahnya itu.
Dia menyentak-nyentaknya kedua kakinya saat aku melakukan jilatan di pinggir kepala kontolnya itu dan sentakannya semakin keras saat ujung lidahku bermain-main menggeliti lobang kencingnya yang terus menerus ngeluarin cairan bening. Wajahnya terlihat merah dan terlihat berkerut seperti menahan sesuatu yang luar biasa. Dia bangun dan gerakan tangannya menyuruhku berhenti. Badannya kini terlihat memerah dibagian atas dan dia tersengal-sengal mengatur nafas sambil sesekali menggelengkan kepalanya.
"Kenapa mas. Mas nggak suka ya?".
Dia menatapku, "Mas hampir keluar tadi. Adek lihai bangetsih, semua yang mas pengen tadi kamu lakuin" ujarnya.
Aku tersenyum senang.
"Mas entot kamu sekarang aja ya?"
"Tapi kontol mas kan belum adek isep”.
 "Nggak perlu dek, mas udah nggak kuat. Nanti mas keburu muncrat, mas mau ngerasain ngentot cowok nih."
Aku setuju dan tadinya dia mau cari-cari sesuatu buat ngebasahin batang kontolnya.
"Nggak usah mas, sini adek jilat aja. Aku suka dientot kering aja, soalnya gesekan batang kontolnya berasa banget."
"Nanti adek sakit lagi", kata mas Arif.
"Nggak ko mas. Mas tenang aja. Aku suka kok, malahan enak banget." ujarku menyakinkannya.
Dia mengangkat kedua bahunya tanda terserah padaku.
"Mau posisi bagaimana mas?" tanyaku.
"Enaknya adek gimana?" dia balik bertanya.
"Mas pernah ngentot posisi mas di bawah nggak?"
Dia menggeleng.
"Ya udah kita coba gaya itu aja. Ya mas… Biar mas tahu gaya ini enak banget", rayuku.
 Dia merebahkan kepalanya di kasur dan aku mengangkangi kontolnya. Aku turun pelan-pelan dan saat ujung kepala kontolnya yang aku pegangin itu menyentuh lobang anusku aku berhenti sebentar untuk menarik nafas, ini sesuatu yang paling aku tunggu. Dia menatap ke arah kontolnya dan aku pelan-pelan memasukkan kepala kontolnya sedikit demi sedikit. Aku meringis dan menggigit bibir bawahku saat kepala kontolnya yang besar itu mulai masuk setengahnya. Lobangku mulai terbuka sangat lebar, karena kepala kontolnya salah satu yang paling besar yang pernah masuk ke lobang anusku.
Aku meringis dan mengeluarkan suara tanda aku sedikit kesakitan karena memang kontolnya masuk dalam keadaan kering tanpa pelumas. dan PLOPP...!!! masuklah semua kepala kontolnya dan aku mendesah lega. Saat aku membuka mata dia sedang menatapku dengan muka yang mengernyit seperti merasakan sesuatu yang aneh.
"Sakit yadek?" tanyanya.
"Nggakk.. hhh ... enakkkk. Mashhhh Uhhhhh" Aku mulai menaik turunkan pantatku dan dia terlihat mulai menikmatinya, terbukti dia mulai semakin banyak menggeram. Bahkan setelah beberapa lama ketika aku menaikkan pantatku dia menghujamkan batang kontolnya ke atas pertanda dia ingin terus mengocok lobang pantatku.
“Ah ah ah ah ahhhhh uhhhh enak dekkhhh uhhhh pantat muh uenak bangettttt!”.
 Aku istirahat sejenak di atas perutnya dan menggeol-geolkan pantatku untuk memutar-mutar batang kontolnya dan dia menggeram keras lalu dengan sekuat tenaga menghujam-hujamkan kontolnya sampai aku hampir jatuh. Melihat dia semakin ganas, aku memutuskan berganti gaya yang biasa. Posisi aku dibawah dengan memberikan bantal tipis dipantat biar lobang pantatku agak naik dan memberikannya kesempatan mengentot lobangku sekuat yang dia bisa.
Kedua kakiku kutekuk dan dia membimbing batang kontolnya masuk kembali ke lobang pantatku lalu menekannya kuat. Aku mengeluarkan suara seperti hendak buang hajat saat dia memasukkan batang kontolnya, rasanya sakit sekali karena dia memasukkannya dengan paksa dan sekuat tenaga. Dia sepertinya kesetanan dan menjadi buas sekali. Tanpa memberiku kesempatan untuk mengatur nafas, dia mulai memompa lobang pantatku sekuat tenaga. Mukanya mengernyit menahan enak dengan suara geraman dia pompa lobang pantatku dengan batang kontolnya dalam tempo yang sangat cepat.
Posisi seperti ini membuatku sangat nyaman, batang kontolnya yang panjang membuat ujung kontolnya dengan mudah menyentuh sesuatu di dalam lobang pantatku yang membuatku merasa begitu keenakan. Wajahnya memerah serta keringat menetes banyak sekali dan dia menggeram keras sambil terus mengentotin pantatku tanpa henti. Sensasinya luar biasa dan dia sudah begitu kesetanan dengan liarnya ngentotku sampai tempat tidurnya berderit-derit.
Nggak banyak gaya yang bisa aku buat karena dia sudah begitu liar, tapi itu nggak penting karena aku sudah merasa enak. Semakin lama erangannya semakin keras dan mulutnya terbuka lebar serta tusukan kontolnya semakin kuat, pantatku dipukul-pukul oleh pelernya. Aku sudah nggak tahan lagi, apalagi saat melihat ekspresi muka gantengnya yang keras itu saat mengentotku liar dan menahan enak membuatku ... CROTT ... CROTTTTT... CROOTTTT... Pejuhku tumpah ruah keseluruh badanku dan ke kasur, banyak sekali. Ini pasti pejuh terbanyak yang pernah aku semprotkan.
"Keluarin dimuka adek aja mas." kataku saat melihat dia semakin terengah-engah.
Dia menarik batang kontolnya dan mengarahkan dimukaku. "ARGHHHHHH ... Shhhtttt ahhhh Arggghhh!" geramnya sambil memukul-mukulkan batang kontolnya di wajahku, sakit tapi enak sekali. Lalu ... kembali CROTTTTTTTT ...CROTTT...CROTTT....CROTTTTTTTT Semburan panas keluar dari lobang kencingnya membasahi seluruh wajahku. Dia teriak keenakan meski suaranya ditahan biar tidak didengar orang. Seperti juga aku, pejuhnya bahkan beberapa kali lebih banyak menyemprot dari pada pejuhku.
Dia selesai menyemprotkan pejuhnya dan mengatur nafas. Aku memegang batang kontolnya dan menjilati sisa pejuh yang masih mengalir dari lobangnya. Kadang aku poleskan ke seluruh pipi dan bibirku jika masih ada sisa pejuhnya yang meleleh. Dia kemudian bangun dan duduk selonjor di kursi plastik, dan kedua kakinya terbentanglebar di atas kasur membuat pemandangan yang indah buatku.
"Gimana mas enak kan?" tanyaku.
"Enak banget dek. Makasih ya sayang" Dia terdiam kecapean begitu juga denganku.
"Nanti kita ngentot lagi yah, malam ini mas mau puasin sama adek" katanya.
Aku tersenyum dan mengangguk senang. Akhirnya malam ini aku akan dientot abis-abisan oleh mas Arif…

Monday, January 28, 2013

Kisah Nyata: Ternyata Ayahku seorang Gay dan aku juga

Waktu kecil sungguh adalah masa yang sangat

membahagiakan bagiku. Limpahan kasih sayang kurasakan dari orangtuaku. Pun

secara materi, kami juga tidak kekurangan, hingga seringkali aku dihadiahi

mainan2 yang membuatku merasa anak paling beruntung di dunia ini. Kasih sayang

yang kuterima bertambah komplit, karena aku merupakan cucu pertama, maka ke dua

kakek nenekupun sangat memanjakanku.

 

Kebagian yang kuterima lambat laun kurasa berkurang.

Saat usiaku sikitar 10 tahun, ibuku makin jarang di rumah karena kesibukanya.

Tetapi ayahku, yang membuka toko dirumah, selalu mencoba menghiburku. Ya, ayah

bagiku adalah sosok paling sempurna di mataku, beliau selalu ada jika aku

butuhkan, aku seperti tak berdaya jika tak ada ayah. Walau menurut orang lain,

ayah terlalu santun dan lembut untuk ukuran seorang lelaki, tapi bagiku beliau

adalah segalanya. Ketidak hadiran ibu yang makin sering, dengan alasan

pekerjaan, tak berpengaruh banyak bagiku, walau aku merasa sedikit terabaiakan.

 

 

 

Belakangan, seringnya ibuku sibuk, kerap membuat orang tuaku bertengkar. Walau

ayah selalu membawa ibu ke kamar jika mereka beradu mulut, tapi aku mengetahui

bahwa mereka ada masalah. Kadang aku merasa kasihan terhadap ayah, beliau

selalu mengalah, jika ibu ada di rumah, ibuku bak seorang ratu yang terus

dilayani oleh ayahku. Bahkan untuk mengambil air minumpun, kadang ibu menyuruh

ayah. Sesekali aku suka merasa jengkel terhadap ibu. Tapi kepadaku, ibu juga

selalu lembut dan tidak pernah marah meski ibu sedang kesal terhadap ayah.

 

 

Akhirnya, di usiaku yang 12 tahun lebih, mereka memutuskan untuk berpisah, aku

ingat betul waktu itu ibu baru pulang, karena memang sudah sekitar 3 bulan ibu

memutuskan diam di rumah orang tuanya dulu. Sore itu mereka memanggilku, mereka

tidak mengatakan cerai, tetapi akan tinggal terpisah. Mereka mengijinkan aku

untuk tinggal dimanapun kalau aku suka. Tak lebih dari seminggu, ayah

meninggalkan rumah, pindah kerumah kontrakan, untuk sementara. Disana ayah

kembali membuka toko. Sedang rumah yang kami tinggali, mereka akan jual. Ibu

kemudian pindah kerumah nenek. saat itu, aku bingung, tapi karena sekolahku

lebih dekat ke rumah nenek, aku jadi ikut ibuku untuk sementara.

 

 

Saat itu, merupakan mimpi buruk bagiku, hal yang tak pernah aku bayangkan sama

sekali, ketika aku bertanya kepada ibuku, kenapa mereka tinggal terpisah, ibu

hanya bilang suatu saat aku pasti mengerti, karena mereka sudah tidak ada

kecocokan. Ayahku sendiri selalu mengajaku bicara. Menyakan perasaanku ketika

itu. Beliau berusaha supaya aku tidak merasa menjadi korban.

 

 

"mungkin ayah menyesali senua yang terjadi, tapi satu hal yang tak pernah

ayah sesali dalam hidup ayah, yaitu, ayah mempunyai kamu, kamulah harta ayah

yang paling berharga”. Begitu kata ayah ketika dia pertama kalinya membawaku ke

rumah barunya. Saat itu ayah terus memeluku, dan kulihat matanya merah. Mata

ayah memang sudah seminggu ini sembab. Jika ditanya, ayah hanya merasa bersalah

terhadapku. Kata-kata ayah itu selalu aku ingat dan membuatku kuat.

 

 

Aku tahu bahwa mereka dijodohkan oleh orang tua. Tapi kulihat mereka cocok dan

bahagia. Walau ibuku lebih dominan. Waktu itu aku bertanya dalam hati, apa

benar rumor tetangga yang mengatakan ibuku mempunyai kekasih lain. Pertanyaan

itu terus berkecamuk di kepala.

 

 

Hari pertama tinggal dirumah nenek, sungguh membuatku tersiksa, pagi hari, ibu

membangunkanku, biasanya ayah yang melakukanya. Dengan langkah terseret aku

berjalan menuju kamar mandi. Biasanya jika aku malas, ayah yang mengendongku,

bahkan memandikanku. Ya, ayah tak jarang memandikanku, meski usiaku bukan anak

balita lagi. Ayah memang selalu melakukanya jika aku malas mandi. Jika

bujukanya tidak mempan, beliau akan mengendongku, dan mau tak mau aku mandi.

 

 

Hari itu, aku langsung ke rumah ayah, dan mengadu tentang kejengkelanku.

 

 

“ya sudah, tak baik kalau selalu mengeluh, disini dulu aja, nanti sore ayah

antar pulang.” katanya. Hari sabtu pertama perceraian mereka, aku langsung

menginap dirumah ayah. Ayah bersikap seolah tak terjadi apapun. Sore hari aku

bahkan dimandikanya.

 

 

"kamu kan sudah besar, harus belajar mandiri” kata ayah waktu itu.

 

 

Dan selang beberapa bulan, saat kurasakan burungku mulai gatal dan kemudian aku

mengalami mimpi basah, aku tak ragu membicarakanya kepada ayah, karena kami

sudah berjanji untuk saling terbuka dan tak boleh ada rahasia. Ayah bicara

lembut sambil membelai rambutku.

 

 

“nah, bearti kamu sudah besar, sudah baligh, jadi harus hati-hati dalam

bergaul.” katanya.

 

 

Meski begitu, sifatku tetap saja manja. Selain itu banyak Sifatku yang kata

sebagian orang banyak sekali mirip ayahku.

 

 

Akhirnya kira-kira setahun setelah mereka berpisah, tak sengaja aku melihat ibu

berjalan dengan seorang pria yang usianya mungkin sama dengan ibu. Saat itu aku

melihat mereka didalam mobil. Amarahku langsung mendidih, inikah jawaban atas

semua pertanyaan ku, ternyata benar, selama ini ibu merasa kurang mendapat

materi dari ayah, itu yang kufikirkan saat itu. Waktu itu, aku langsung ke

rumah ayah, dan berdian diri di kamar.

 

 

“ada apa, dari tadi gak makan?" kata ayah.

 

 

Ayah sampai menelpon ibu dan bilang aku akan menginap setelah aku bilang ke

ayah tak mau pulang. Ayah terus membelaiaku, akhirnya aku bercerita tentang apa

yang ayah lihat.

 

 

“Yud, ayah dan ibu sebenarnya sudah bercerai, jadi ibu berhak mendapat yang

lebih baik, bukan salah ibu, itu sudah diatur Tuhan” itu kata-kata ayah, selain

kata-kata lainya yang diucapakan ayah, guna memberi pengertian terhadapku.

Akhirnya, akupun sedikit luluh, saat ayah menyuapiku didalam kamar.

 

 

“ayah juga harus cari istri, buat urus ayah” kataku.

 

 

“kalau ayah masih lebih suka sendiri, lagian nanti takut gak cocok sama kamu,

mending kosentrasi cari uang buat sekolah kamu nanti". Begitu kata ayah

waktu itu.

 

 

”apa ayah gak kesapian?" tanyaku.

 

 

“kan ada kamu” kata ayah.

 

 

“hayo mandi, ayah juga mau mandi, dah mau maghrib” kata ayah.

 

 

Sore itu, dengan rasa sayang dan iba terhadap ayah, aku mengosok punggung ayah,

hal yang bukan pertama kalinya aku lakukan, tapi saat itu, aku benar-benar

merasa sangat sedih.

 

 

“kok ngelamun, cepat gosokinya, ayah keburu dingin, nanti kamu juga masuk

angin” kata ayah.

 

 

Perlahan, aku mencoba untuk tidak selalu mengingat perpisahan orang tuaku, ayah

menyuruhku untuk giat belajar, daripada mengingat kejadian buruk dalam hidup.

Ayah malah menyuruhku untuk meminta pendapat orang lain, sebagai bahan

pertimbangan jika aku ada masalah. Dan biasanya aku bertukar pendapat dengan

sahabatku, Danang, yang setahun lebih tua dariku. Kebetulan orang tua Danang juga

bercerai, bahkan semenjak Danang kelas 3 SD. Ayahnya yang keturunan arab, sudah

meninggalkan ibunya demi wanita lain.

 

 

”kamu masih lebih beruntung, keluarga kamu semuanya menyanyangi kamu" kata

Danang, yang mulai akrab denganku sejak aku ikut pramuka, walau akhirnya aku

tidak melanjutkanya.

 

 

Dan akhirnya kira-kira tahun kedua perceraian ayah, terjadi hal yang diluar

nalarku, hal yang akhirnya mengubah jalan dan pandangan aku akan hidup ini.

 

 

Pagi itu, ayah menelponku dan mengingatkanku untuk sekolah, dia malah

menanyakanku apa akan datang kerumah, aku bilang tidak. Tapi pagi itu jam

pertama dan keduaku gurunya tidak ada, entah fikiran apa yang terbersit, aku

akhirnya pulang tanpa ijin. Asalnya aku mau pulang kerumah, tapi kira-kira jam

8 lebih, aku akhirnya memutuskan kerumah ayah. Saat sampai, kulihat toko ayah

masih tutup, padahal waktu sudah jam 9 lebih. Aku akhirnya membuka pagar, dan

kulihat di belakang toko, tersembunyi ada becak. Aku sempat heran, mungkin ayah

dibelakang, fikirku, saat itu kulihat keanehan lain, tirai jendela tertutup

setengah. Akhirnya dengan melewati celah sempit samping rumah, aku berjalan

pelan, hendak aku panggil dari dekat kamar ayah, fikirku saat itu.

 

 

Tapi saat mendekati kamarnya, aku samar mendengar orang cekikikan, akhirnya

pelan aku dekati jendela kamar ayah, yang letaknya memang paling belakang.

 

 

“kamu kangen ya?" kata ayah.

 

 

“iya mas” kata orang menjawab, yang bikin aku kaget, yang menjawab suaranya

seorang pria, sedang ayah suaranya sedikit dimanja-manjakan. Rasa penasaran

menyelimutiku, pelan-pelan, aku mendekati jendela, dan mengintip di balik celah

tirai. Sungguh, pemandangan yang sangat tak biasa aku saksikan, saat itu

seorang pria yang kebetulan aku kenal, sedang berdiri bertelanjang dada, dan

mengenakan celana training. Yang menjijikan, ayah tengah asyik mengulum putting

susu pria yang aku kenal sebagi tukang becak yang kadang mengantar ayah

belanja. Sebut saja Slamet, pria berusia sekitar 27 tahun itu, aku bahkan mengenalnya,

karena pernah beberapa kali bertemu, bahkan aku tahu kira-kira 8 bulan lalu,

ayah meminjamkan uang untuk pernikahanya.

 

 

Ayah seperti bukan yang aku kenal, dia seperti seorang yang kelaparan dan terus

menjilati tubuh kelam mas Slamet, tubuh yang urat-uratnya seperti mau keluar itu,

bagai mainan bagi ayah. Bahkan tak lama kemudian, ayah menurunkan celana mas

Slamet, dan tanpa ragu langsung mengulum kontol mas Slamet, kulihat mas Slamet hanya

memejamkan matanya.

 

 

“enak mana sama istrimu” kata ayah manja.

 

 

“enak hisapan mas” kata Slamet, seperti seorang penjilat yang berusaha

menyenangkan ayah.

 

 

Tak lama ayah membuka sekuruh pakainya, saat itu mas Slamet juga menurunkan

celanaya. Dan untuk pertam kalinya, aku melihat kontol ayah yang tegang.

Padahal selama ini, meski kadang mandi bersama, tak pernah sekalipun aku

melihat kemaluan ayah berdiri seperti itu. Mas Slamet langsung berbaring dan ayah

kembali mengulum kontol mas Slamet, aku sebenarnya ingin pergi, tapi entah,

kakiku kurasakan berat sekali. Sesaat kemudian, ayah naik diatas tubuh mas

Slamet, perlahan dia mengoleskan sesuatu di kontol mas Slamet, kembali aku

terbelalak, dari belakang dapat kulihat ayah berusaha memasukan kontol mas

Slamet, dan tak berapa lama, kontol itu dengan mudah masuk ke pantat ayah.

Kulihat ayah mengerakan pinggul, persis wanita yang ada di film, yang aku

tonton secara sembunyi-sembunyi bersama Danang.

 

 

Melihat itu, aku seperti bukan melihat ayah, tapi melihat orang asing, tak

lama, ayah bergeser kesamping dan nungging, mas Slamet seperti sudah tahu,

langsung menancapkan kontolnya dan mengenjot ayah sambil memegang erat pinggang

ayah. Satu tanganya kulihat mengocok kontol ayah, adegan itu terus kusaksikan,

sampai akhirnya ayahku mengambil baju miliknya dan menutup kemaluanya, dari

mulutnya keluar kata-kata.

 

 

“ahh, enak, enak”. Sesaat kemudian, mas Slamet pun mendesah hebat, hingga

tubuhnya tersungkur di punggung ayah. Aku cepat-cepat pergi, dengan beribu

fikiran di benakku.

 

 

Sejak kejadian itu, hampir seminngu aku tak ke rumah ayah, dan itu tentu saja

membuat ayahku terus menelponku. Akhirnya aku fikir, nanti ayah curiga. Jadi

aku kemudian datang.

 

 

Ayah langsung percaya saat kubilang "gak enak badan, jadi gak

kemana-kamana takut sakit”. Tapi sesekali dia menanyaiku tentang aku yang

sesekali terlihat melamun. Aku bahkan sedikit menolak waktu diajak mandi

bareng.

 

 

“aku kan dah besar, mau belajar mandiri” kataku. Ayah sangat senang mendengar

itu, walau tiap malam dia tetap berusaha mengeloni aku. Akhirnya sejak kejadian

pertama itu, aku beberapa kali berusaha datang pagi jika ada waktu bebas, tapi

tak pernah kupergoki ayahku lagi, sampai akhirnya, kira-kira 3 bulan kemudian,

aku kembali mengintip dia bersama lelaki muda lain yang aku tak kenal, tak

sampai 3 minggu, giliran mas Slamet kembali yang aku lihat mengagauli ayahku.

 

 

Dan kemudian, suatu hari, aku sengaja memancing ayah berbicara. Malam itu, aku

sudah dikamar ayahku menyaksikan tv.

 

 

“yah, boleh tanya gak? apa ayah waktu nikah sama ibu masih perjaka?"

kataku.

 

 

“iya" mang kenapa.

 

 

“gak, temanku cerita, dia sudah gak perjaka” kataku.

 

 

“oh ya, tapi kamu masih kan?" kata ayah.

 

 

“iya”.

 

 

“tapi yah, gimana kalau aku gak kuat nahan, dan kebabaslan” tanyaku.

 

 

“ya, mudah-mudahan jangan, nanti berabe kalau wanitanya hamil, mang dah punya

pacar ya?" kata ayah.

 

 

“ada sih ya yang aku taksir, cantik” kataku berbohong.

 

 

“iya, tapi hati2-hati ya, jangan berdua-dua aja” kata ayah.

 

 

“tapi gimana ya yah, kan kadang nafsu seringnya gak bisa dikendaliin?"

tanyaku.

 

 

“ya iyah, susah juga” kata ayah.

 

 

“temenku banyaknya bilang onani aja" kataku.

 

 

“oh, mungkin lebih baik dari pada main perempuan?" kata ayah.

 

 

"bahaya gak sih yah kalau kebanyakan onani” kataku.

 

 

“kan dulu ayah bilang, biasanya perasaan bersalah aja yang timbul, mang kenapa

sih nanya-nanya gitu, kamu dah mulai onani ya?" kata ayah.

 

 

“gak kok yah” jawabku.

 

 

Aku tahu ayah pasti tidak percaya, dia kulihat hanya senyum. Pernah suatu kali

ayah bertanya kenapa aku lama di kamar mandi, aku berbohong kencing. Tapi ayah

senyum saat memakaikan celana dalam dan melihat kontolku merah.

 

 

“kalau nyabunin burung, jangan kenceng, nanti perih, pelan-pelan aja” kata ayah

waktu itu, aku hanya senyum.

 

 

“soalnya aku suka diledek terlalu kalem yah, jadinya aku berusaha punya pacar”

kataku.

 

 

“ya, jangan alasannya itu, alasan harus cinta, supaya langgeng” kata ayah.

 

 

“nanti kaya ayah ya, kan dijodohin, jadi gak cinta bener” kataku.

 

 

“gak juga” kata ayah sambil mencubit pinggangku.

 

 

“yah, ada anak SMA, ngajak kenalan, tapi cowok, terus mau kasih-kasih hadiah

gitu, aku gak mau, kata teman-teman jangan-jangan dia homo” kataku.

 

 

“iya, kamu harus hati, tapi ingat, kamu jangan sampai memperlihatkan

ketidaksukaan kamu, kan gak ada orang yang mau jadi homo” kata ayah.

 

 

Aku agak tertegun mendengar jawaban ayah, kalau gak ada yang mau, kenapa ayahku

homo.

 

 

“lalu kenapa dia jadi homo” tanyaku.

 

 

“banyak faktor, ada bawaan, salah gaul, coba-coba” kata ayah,

 

 

“dulu aku ada yang ngeledek gitu juga ya, gara-gara akrabnya sama Danang, jadinya

males lagi pramuka” kataku.

 

 

“yang ledek jangan didengerin” kata ayah.

 

“kalau aku homo, ayah gimana?"

tanyaku.

 

 

“wah, jangan sampai, tapi apaun kamu, kamu tetap anak ayah dan ayah akan selau

sayang sama kamu."

 

 

Entah, ayah selau bijak dalam menjawab, tapi ketika bersama pria, kulihat ayah

seperti seorang gadis dilanda cinta, aku jadi bingung.

 

 

Hal-hal yang kusaksikan pada ayah, membuatku terus melamun, sesekali, bayangan

badan mas Slamet, yang berotot, dan berkontol besar, kadang menganggu fikiranku.

Meski akhirnya aku mempunyai pacar wanita cantik, tapi disisi lain, bayangan

pria yang menyetubuhi ayah, atau bayangan wajah ayah yang sepertinya melambung

ke angkasa kadang selalu terlintas. Hingga akhirnya, rasa penasaranku

mengalahkan segalanya. Hari itu aku sengaja menyakan Danang tentang kaset, meski

dia telah ke SMA, tapi kami tetap berhubungan baik.

 

 

“ada nanti kerumah aja" kata Danang siang itu.

 

 

Akhirnya sore hari, aku main ke tempatnya.

 

 

“ibu kamu ke mana?" tanyaku.

 

 

“biasa, jam 8 malam baru pulang" kata Danang.

 

 

Akhirnya kamipun menyaksikan adegan demi adegan. Biasanya kami hanya diam dan

menonton tanpa membahas. Tapi saat itu aku bertanya kepadanya.

 

 

“duh, gimana ya rasanya di isap gitu?" kataku.

 

 

“iya” kata Danang.

 

 

“Mir kamu bangun gak?" tanyaku.

 

 

Danang mengangguk,

 

 

"aku juga." kataku. “arab katanya gede ya?" kataku.

 

 

“ah, biasa aja, tapi bulunya mayan banyak, sejak 6 SD, aku dah berbulu”

katanya.

 

 

“aku sih sekarang aja masih jarang."

 

 

“liat coba” kata Danang.

 

 

“tapi kamu dulu aku liat” kataku.

 

 

Danang akhirnya membuka seletingnya, perasaanku saat itu campur aduk, dan benar

saja, kontol Danang ternyata diatas rata-rata anak SMA, dengan sedikit melengkung

bagian atas dan batang lebih lebar.

 

 

“aku mah kecil” kataku.

 

 

“mana?" kata Danang melihat kearah kontolku, perlahan akupun membukanya.

Itulah, selama ini kalau nonton saling diam.

 

 

”ah, mayan juga, lurus lagi" kata Danang. Tiba-tiba Danang meraba kontolku.

Akupun melakukan hal yang sama, kami saling cekikikan.

 

 

“dah pernah ma cewek?" kataku.

 

 

“belum lah, takut hamil”. Aku mengangguk.

 

 

“berani gak ngisap” kataku.

 

 

“berani, asal kamu juga, aku kan belum pernah ”kata Danang.

 

 

“tapi kamu duluan” kataku.

 

 

Akhirnya perlahan Danang mendekatkan mulutnya, aku antusias, malah celananya

makin lebar ku buka. Kurasakan nikmat saat Danang mengulumnya, walau hanya

gerakan ringan naik turun mulut, kemudian Danang berhenti.

 

 

“aku sekarang” kata Danang.

 

 

Akupun melakukan hal yang sama, juga hanya naik turun mulut dan sebentar.

 

 

“ih, rasanya aneh” kataku, dan kurasakan ada bulu nyangkut di gigiku, Danang

mengangguk dan tersenyum.

 

 

“lagi yuk, tapi bareng” kata Danang, aku mengangguk, akhirnya pelan tapi pasti,

kamipun saling mengulum kontol, sampai akhirnya kurasakan ada aliran yang akan

keluar.

 

 

“aku mau keluar” kataku dengan nafas terengah. Danang cepat mengambil handuk, lalu,

ahh, ahh, spermaku kutumpahkan di handuk. Kulihat Danang mengocok kepala

kontolnya, tak lama diapun mengambil handuk yang sama, akhirnya ahh ahh, sperma

ami kulihat tumpah, jauh lebih banyak, malah kulihat urat-uratnya sampai

seperti mau keluat saat kepala kontol Danang kembang kempis.

 

 

“enak ya, tapi janji, jangan bilang siapa-siapa ya?" katanya, aku

mengangguk.

 

 

3 hari kemudian, kami mengulanginya, bahkan kami berani saling mengisap

payudara, saat itu aku berfikir, inikah yang ayah rasakan. Usiaku belum lima

belas, tapi aku mulai memahami nikmatnya bercinta dengan sesama. Lebih gilanya,

hati kecilku berkata, aku ingin bercerita kepada ayah, hal yang selalu aku

lakukan jika mengalami sesuatu, bahkan mimpi basahpun aku berani cerita, tapi

apakah untuk hal ini aku berani, aku mungkin akan di kira ayahku gila.

 

 

Tapi akhirnya, akupun mencobanya, biar ayah fikir aku gila. Malam itu, aku

tidur dikamar ayah, hawa sedikit panas, aku membuka bajuku dan hanya mengenakan

boxer tanpa celana dalam. Kupeluk ayah dari belakang, akupun bersikap tenang

dan berusaha jail seperti dahulu waktu kecil. Kuraba-raba perut ayah.

 

 

“kamu ya, becanda aja” kata ayah.

 

 

”sana pake baju, nanti masuk angin” kata ayah.

 

 

“panas gini" kataku.

 

 

Pelan, aku mulai meraba bagian pusar ayah.

 

 

“yah, burung ayah kalau bangun gede ga?" kataku.

 

 

"ya biasa aja, kamu bukan dah liat” kata ayah, kemudian berbalik

menghadapku, lalu dia menarik tanganku dan meletakanya dipinggangya.

 

 

“belum kalau bangun, soalnya tidur melulu” kataku.

 

 

“mang gak bisa bangun ya yah” kataku.

 

 

“bisa, tapi harus sama cewek” kata ayah.

 

 

"kalau sama aku dipegang, bangun gak?" kataku.

 

 

“ya gak lah, anak sendiri masa bangun” kata ayah.

 

 

”aneh, ada apa nih, hayo cerita” kata ayah, aku asalnya menolak, tapi bujukan

ayah kembali menenagkanku.

 

 

“tapi ayah jangan marah” kataku, dia mengangguk.

 

 

“aku dipegang-pegang orang yah, jadi keluar” kataku. Ayahku sedikit kaget, tapi

kulihat dia tenang kembali.

 

 

"Cuma dipegang aja kan?" katanya, aku mengangguk.

 

 

“siapa, pacar kamu?" tanyanya,

 

 

”hati-hati, awalnya megang, lama-lama kebablasan” sambung ayah.

 

 

“bukan yah, teman sekelas, cowok, waktu kemarin renang” kataku bohong.

 

 

“wah, hati-hati, nanti melakukan lagi, lama-lama, kami jadi lebih jauh sama

cowok” kata ayah. “ayah marah ya?" kataku.

 

 

“gak, tapi hati-hati aja, kan kamu takut jadi homo” kata ayah.

 

 

“kalau aku homo, ayah pasti gak ngaku anak lagi ya?" tanyaku.

 

 

“jangan ngomong ngelantur ah, ayah akan selau sayang, tapi jangan jadi homo

ya?" katanya.

 

 

“mang napa ya?" kataku.

 

 

“kan dilarang agama” kata ayah.

 

 

Aku sempat diam, tapi kemudian kupeluk ayahku.

 

 

”yah, kok aku jadi bangun ya?" tanyaku sambil kukeluarkan kontolku.

 

 

“ih nih anak, masukin, mana bulunya dah hitam lagi, malu dong” kata Ayah.

 

 

“aku ma ayah gak malu, kan kata ayah kalau ada apa-apa ayah ingin ayah yang

pertama tahu." kataku.

 

 

“iya, makasih ya dah jujur, mudah-maudahan seterusnya kamu tetap terbuka sama

ayah” kataku.

 

 

“tapi ayah terbuka juga gak ma aku” kataku.

 

 

Kesempatan fikirku waktu itu.

 

 

”ya iya, mana ayah ada rahasia” kata ayah.

 

 

“coba jujur, apa ayah benar-benar cinta ibu?" kataku.

 

 

"kalu jujur, kamu marah gak?" kata ayah.

 

 

"aku janji gak akan marah apapun yang ayah ceritakan” kataku.

 

 

“ayah sebenarnya tidak begitu cinta, tapi ayah gak tega menolak keinginan orang

tua” kata ayah.

 

 

“lalu ayah kenapa mau dinikahkan” kataku.

 

 

“ayah hanya ingin menjadi anak baik, karena selama ini hidup ayah penuh dosa”

kata ayah.

 

 

“maksud ayah” tanyaku.

 

 

“ya iya, ayah belum bisa balas kebaikan orang tua, jadi ayah merasa dosa” kata

ayah.

 

 

Aku tahu bahwa ayah sedikit berbohong juga.

 

 

“ada satu lagi, tapi ayah jangan marah, dan akupun gak akan marah dan akan

berusaha memahami ayah” kataku,

 

 

”maksud kamu” kata ayah bengong sambil membelai rambutku.

 

 

“aku pernah ngintip ayah sama mas Slamet” kataku. Kulihat muka ayah merah.

 

 

"kamu” kata ayah.

 

 

“aku gak sengaja, tapi aku gak akan marah kok yah” kataku.

 

 

Kami akhirnya diam, entah, aku hanya menunggu ayah bicara. Tapi dia terus diam,

malah memandang langit-langit dan tak berani melihatku, kulihat sudut matanya

mengeluarkan air mata.

 

 

“ayah jangan nangis, mungkin sebaiknya aku tadi tak bilang."

 

 

“gakpapa, ayah malah aneh, merasa lega, tak menyangka kamu sedewasa itu,

maafkan ayahmu yang bejat ini ya?" kataku.

 

 

“aku juga dah sedikit bejat yah, hehehe" kataku.

 

 

“maksud kamu, pasti kamu gak hanya megang” kata ayah mendelik.

 

 

“sumpah yah, cuma onani bareng, tapi kemudian megang punya teman." kataku

berbohong.

 

 

“sama siapa?" kata ayah.

 

 

“nanti kalau sudah siap pasti aku kasih tahu” kataku.

 

 

“ah, paling Danang” kata ayah.

 

 

“ada deh" kataku.

 

 

Aku kembali memeluk ayah, sesekali aku iseng merba kontol ayah.

 

 

“kamu benar baru megang-megang aja?" tanya ayah lagi.

 

 

“bener yah, sebenarnya kan ayah bilang, apapun ayah harus yang pertama tahu,

asalnya aku malah ingin ayah yang onanin, tapi pasti ayah sangka aku gila”

kataku.

 

 

“iya, nanti ayah dikira ayah bejat dan gila"

 

 

“tapi yah, kalau aku sih, lebih baik tahu dari ayah dulu dari pada orang lain”

kataku.

 

 

“maksud kamu ayah yang nyabunin ini kamu” kata ayah sambil meremas kontolku.

Aku mengangguk.

 

 

“saraf kamu ya?" katanya tertawa.

 

 

“kan turunan ayah” kataku.

 

 

"yah, mas Slamet kontolnya gede ya? apa aku bisa segede itu nanti” kataku.

 

 

“kamu kan masih numbuh, pasti bisa, sekarang aja gede mau ngalahin ayah” kata

ayah .

 

 

”masa” kataku sambil meraba-raba daerah kemaluan ayah.

 

 

“ayah jangan marah yah kalau aku jujur dan gila” kataku.

 

 

“gak lah, semuanya juga mungkin karena ayah juga" kata ayah.

 

 

“aku sebenarnya maunya ayah yang pertama merasakan tubuh aku, atau sebaliknya,

aku gak mau orang lain” kataku.

 

 

"tapi mana mungkin, kita sedarah, nanti katanya bisa gila” kata ayah.

 

 

“gakpapa, kalau gilanya bareng ayah, nanti satu rumah sakit” kataku, ayah

tersenyum.

 

 

“yah, sebenarnya aku mau tahu yang lain, aku mau tahu rasanya nyodok atau

mungkin disodok, tapi sama siapa, sama teman aku gak mau, mereka takutnya dah

pernah sama orang lain, masa mereka dapet yang baru aku sisa” kataku.

 

 

“terus, maksudnya” tanya ayah.

 

 

“ajarin aku yah, sodok aku” kataku pelan.

 

 

“kamu ini, mana mungkin” kata ayah sambil meraba rambutku lembut.

 

 

“gakpapa, aku rela, aku ingin tahu rasanya” kataku.

 

 

Ayah merangkulku.

 

 

“ya yah.." kataku.

 

 

Ayahku diam, entah, saat itu, itu merupakan tanda dia mengijinkan fikirku saat

itu. Tanganku akhirnya kugerakan mencoba mengusap pusar ayah, ayah diam dan

hanya senyum, saat tanganku makin masuk, diapun hanya diam.

 

 

“ayah marah gak?" tanyaku, dia mengeleng.

 

 

Perlahan aku melepaskan celanaku, kulihat kontolku telah berdiri.

 

 

“ayah buka juga dong” kataku.

 

 

Perlahan ayahku mulai menurunkan celanaya, kaosnya aku yang bantu buka, kami

akhirnya telanjang bulat, kami sempat cekikikan.

 

 

“ayah gak tega” kata ayah.

 

 

“gakpapa yah” kataku.

 

 

“terus habis gini ngapain” kata ayah.

 

 

“kok ayah yang tanya?" kataku sambil berbaring diatas tubuh ayah.

 

 

Tiba-tiba, saat kontolku berdempetan dengan kontol ayah, kurasakan kontolnya

bergerak.

 

 

“ih, katanya gak bisa bangun” kataku. Ayah hanya tersenyum.

 

 

“kamu sudah besar ya, ayah gak merhatiin, burungnya gede juga" kata ayah.

 

 

“ayah mau? boleh” kataku, aku kemudian menyuruh ayah tengkurap, aku lalu

memijat punggung ayah.

 

 

“ayah, lotionya ditaruh di mana?" kataku.

 

 

“ayah menunjuk lemari” aku membuka lacinya.

 

 

"kok kamu tahu" kata ayah.

 

 

“ngintip ayahnya kan bukan sekali, tapi ayah kok orangnya item-item” kataku.

 

 

“dasar” kata ayah.

 

 

Saat aku mengoleskan lotion di kontolku dan kemudian menganjal perut bawah

ayah. Ayah sempat berkata.

 

 

“Yud, mending jangan, kita dah terlanjur jauh, ayah gak mau kamu jadi rusak”

kata ayah.

 

 

“kalau gak sama ayah juga, nanti rusak ma orang, kalu mau rusak, rusak aja yah”

kataku.

 

 

Akhirnya ayah diam. Ayah menyuruhku mematikan lampu, hanya ada cahaya

samar-samar dari luar kamar. Saat perlahan aku mulai memasukan kontolku ke

pantat ayah, kulihat ayah hanya memejamkan mata sambil terus tertelungkup,

perlahan aku mulai memaju mundurkan kontolku, sesekali keluar kata ahhh dari

mulutnya.

 

 

Hanya kira-kira 15 menit, aku mengenjotkan kontolku di lubang pantat ayah.

 

 

“yah aku mau keluar” kataku.

 

 

Ayah kemudian bergerak, hingga kontolku lepas, dia kemudian menghadap kontolku.

 

 

 

“keluarinya di mulut ayah” katanya.

 

 

“ayah gak jijik” kataku.

 

 

“gak, ayah mau jadi yang pertama menelan sperma anak sendiri."

 

 

Akhirnya kuraskan ayah menghisap kontolku, lembut, tapi kuat dan nikmat,

akhinya akupun meregang dengan tangan ayah mendekap pantatku. Perlahan

kuperhatikan kontol ayahpun sudah memerah, aku lalu menghisapnya walau ayah

awalnya menolak, tapi kemudian, dia hanya bisa meremas kepalaku lembut. Diapun

kemudian menumpahkan spermanya, tapi diatas bantal.

 

 

“jangan Yud, jangan dimulut kamu, ayahkan sudah sering keluar” kata ayah.

 

 

Sejak itu, sesekali kami mengulangnya, bahkan kemudian, ayah yang pertama

menyodomiku, walau dia terus terang berkata, tidak suka, lebih suka menjadi

yang di sodomi. Aku sendiri akhirnya melakukanya dengan Danang. Danang menjadi

korban pertama kontolku, dia yang memang belum pernah dan tak suka di sodomi,

terpaksa mau melakukanya jika aku minta, karena kesepakan kami yang harus

menerima satu sama lain, walau akhirnyai aku kemudian menjadi lebih banyak di

sodok Danang. Bahkan bersama ayah, aku membuat sebuah kesepakantan. Aku membawa

Danang ke rumah, saat dia menyodomiku, ayah yang berpura-pura tak di rumah,

mengintipku, begitu juga ayah, jika ada mas Slamet atau yang lain, tanpa

sepengetahuan mereka aku mengintipnya. Bahkan ketika Danang memperkenalkan dengan

teman arabnya, yang berkontol jauh lebih besar dari mas Slamet, tapi usianya

lebih muda, dan berbulu sangat banyak. Ayah dengan diam-diam menyaksikan anak

kesayanganya di gempur oleh 2 orang pria. Ayah sendiri menyukai teman Danang,

tapi kesepakatan kami untuk tidak saling membuka kebobrokan kami, membuat ayah

hanya bisa meniru adegan kami dengan orang lain.