Sunday, December 7, 2014

Teman Kos Yang Nakal....

Sore itu aku berencana mo pergi ke luar. maka aku pun mulai siap-siap.
selesai mandi dan baru saja masuk kabar tiba-tiba hujan deras mengguyur
daerahku.
Alangkah kecewanya. akhirnya sambil mengenakan kaos dan celana kolor aku
mulai melamun di dekat jendela membayangkan pacarku yang sedari tadi
menungguku di rumahnya.
Tanpa aku sadari, teman kosku yang bernama hendra nyelonong masuk ke
kamarku. Ternyata waktu itu tinggal kami berdua yang masih tersisa di
tempat kos. lalu diam-diam hendra mulai merangkulku dari belakang,
menciumi tengkukku dengan penuh nafsu.
Kontan saja aku mengelaknya. aku membalikkan badanku dan mendorong tubuh
hendra yang tinggi besar itu. Namun hendra telah lupa daratan, aku tetap
diseruduknya. pinggangku dicengkernya dengan kuat. tubuhku mulai meronta
tapi aku tak kuasa menyingi tubuhnya yang sangat kuat itu.
Hengra mulai menciumku, ciuma yang terasa hangat melekat di bibirku, aku
mulai tak kuasa menolaknya. Diam-diam aku menikmati permainan ini
"Jack, sudah lama aku ingin berduaan denganmu", katanya berterus terang.
hatiku tersentak juga, padahal selama ini aku tak berprasangka apapun
pada hendra. kemudian ia mulai mebuka kaosnya. Tampak tubuhnya yang
atletis dan dadanya yang bidang. lalu ia pun mulai melucuti celana
pendeknya dan, astaga... ternyata dia tidak memakai celana dalam.
Pantas saja tadi aku merasakan kontolnya yanng besar itu tergesek-gesek
di pantatku.
"Kamu mau ini, jack?" tanyanya,"ayo, cobain aja, kamu kan belon pernah
nyobain yang beginian, kan? lupain sebentar saja pacarmu itu." sambil
berkata demikian, hendra menuntun kepalaku ke bawah.

"Ayo' hisaap, jack...." aku terpaksa membukamulutku. dengan gemetaran,
aku mulai memasukkan kontol hendra yang kira-kira berukuran 21 cm
itu."uuukhhh....rasanya mo muntah,"kataku"ngak apa-apa, jack, ayo terus
kulum semuanya."

Mulutku terasa penuh disumbat oleh kontol hendra. baru kali ini aku
melihat dan langsung merasakan kontol cowok yang amat super panjang dan
besar itu. hendra menjambak rambut belakangku, kemudian pantatnya
digoyangkan maju mundur , ke kiri dan kanan. lalu aku disuruhnya
berdiri. dengan cepat dicopotnya kaos dan kolorku. hendra terpana demi
melihat dadaku yang lebat ditumbuhi rambut.

Dijilatinya dadaku, aku merasakan geli tapi nikmat. tangan kirinya
mempermainkan pentil susuku dan tangan kanannya mempermainkan kontolku
yang telah dari tadi ngaceng...

"Oooogh...hen, terussssssss...." aku merasakan ada yang mo keluar dari
dalam kontolku." hen...aku sudah mo kkkkeluuuuuuuuaar...". tiba-tiba
hendra menghentikan rangsangannya. kami berganti posisi 69. kini aku
mulai mengghisap dan menciumi punya hendra.

Terus sja kukulum dan kujilati semuanya, dari kepala, batang, dan buah
pelernya ke batangnya lagi begitu seterusnya.... Dalam hati aku senang
juga, tak menyangka kalo main sama cowok ternyata enak
juga."jack.....aku udaaaah ngggaaaak taaaahhhannnn...." kemudian
menyemprotlah pejuh hendra ke wajahku mulai dahi, pipi, hingga bibirku.

"Maapin gua jack..." hendra kemudian menjilati pejuhnya sendiri dan
menelannya hingga habisss.

"Permainan belum selesai.."kata hendra. dia menuju ke bawah, dan
kontolku yang mulai lemas dibangunkannya lagi. ia mulai menocok
kontolku. setelah tegang dan keras hendra memohonku untuk menyodominya.
aku menggeleng tanda tak setuju. tapi hendra nekat.

Ia ambil posisi jongkok dan mulai menduduki kontilku. "aaaaghhhh....."
aku dan hendra menjerit kenikmatan. hendra turun naik di atas kontolku
dan aku mengimbanginya dengan menggoyangkan pantatku ke kiri dan kanan.
tak lama kemudia menyemburlah cairan pejuku ke pantatnya hendra.

Sebagian menetes ke sprei. hendra melepaskan kontolku dari bokongnya
kemudian menjilati kontolku sampai bersih. setelah merapikan pakaiannya
hendra kembali mencium bibirku "thanks ya jack..." setelah itu dia
keluar kamarku...

Itulah pengalamanku ngentot sama cowok. enak juga ternyata...he...he...

Monday, November 24, 2014

Si Rupawan yang belum sunat

Setelah makan dia tanggalkan pakaiannya di ruang TV sampai telanjang bulat. Aku jadi sesak karena dirangsang oleh pemandangan cowok ganteng, tinggi besar kekar, putih, berotot, bertelanjang-bu
lat dengan kontol yang besar dan dengan jembut serta bulu ketiak yang hitamm dan lebbatt. Setelah itu dia menyuruh aku menjilati tubuhnya yang agak lengket dan asin karena sedang berkeringat.

Kemudian, dia minta aku melayani pelampiasan nafsu sexualnya. Dia bilang sesudah sunat, dia harus puasa sex selama dua minggu dan hal itu berat buat dia. Karena itu dia ingin memuaskan nafsunya malam itu. Gila!

Dia menelanjangi aku sampai aku bugil telanjang bulat dan tak berpenutup selembar benang pun!. Aku disuruh menelentang dan dia mengambil posisi 69. Dia memaksa aku mengisap kontolnya dan juga menjilati lobang pantatnya. Dia juga sibuk menyedot kontolku dan menjilati lobang pantatku.

Perbuatan nya membikin aku geli dan menggeliat. Rupanya itu membikin dia terangsang dan begitulah akhirnya terjadi gerakan harmonis aku dan dia saling isap kontol dan jilat lobang pantat. Terus menerus sampai kami tak bisa mempertahankan pejuh kami untuk tidak keluar. Dia memberi isyarat dengan menggesekkan bagian depan tubuhnya.Lalu kami atur agar dalam posisi 69 itu pejuh kami muncrat bersama dan..akhirnya. Agh,dia mendesis kaget dan CRROTT…CRROTT..CRROTT.. pejuh kami menyembur dan muncrat bersamaan. Kontol kami berdenyut-denyut dengan spontan memompakan lendir surgawi yang nikmaat bukan alang kepalang itu.

Malamnya pukul dua, aku dia bangunkan lagi untuk melakukan blow-job untuk dia – dalam posisi 69. Pejuhnya dan pejuhku muncrat lagi bersama. Cerita sex sesama jenis bisa anda nikmati lainya di ceritaserudewasa.info Tiga jam kemudian, waktu subuh, dia masih minta lagi untuk disedot kontolnya.Anehnya dia masih sanggup keluar pejuh kental sampai tiga kali tanpa lemes, walaupun dia tampak mengantuk.

Besoknya, sesudah mandi dia minta aku mencukur rambut ketiaknya dan merapikan jembutnya. Aku bahagia sekali. Bulu ketiaknya tidak aku cukur tapi aku cabuti satu persatu dengan pinset sampai bersih gundul. Lalu jembutnya aku "trim" agar tampak rapi.

Lalu dia mengenakan kamer-jas tipis tanpa pakaian dalam. Waktu Dr. Rizki datang, dia menelentang di atas tempat tidur dan tali pinggang kamer jas-nya di buka sehingga bagian depas tubuhnya telanjang.

Hanya tiga menit kontol aktor ganteng itu sudah rapih disunat.Setelah Dr. Rizki dan Rizal pulang, Si Rupawan mengatakan dia mau bertelanjang-bulat saja sampai luka sunatnya sembuh. "Silahkan" kataku. Rizki telanjang bulat sepanjang hari di apartemnnya samapi luka sunatnya kering...

Sunday, August 31, 2014

Masa Lalu: Memori Sex Pertama

Tak ada yang tahu sejak kapan aku jadi gay. Pastinya, aku sudah mengagumi
tubuh pria sejak menginjak kelas satu SMA dulu. Sekitar 12 tahun yang
lalu. Di kampungku di sebuah kota di Jawa Timur. Layaknya anak di
pedesaan, aku tumbuh di lingkungan yang dikelilingi sawah dan ladang.
Zaman dulu belum ada Playstation yang membuat anak-anak kurang bertualang
seperti sekarang.

Ada salah satu temanku, Kusumo, kami biasa memanggilnya Sumo. Sejatinya
dia setahun lebih tua dariku, namun karena kemampuan akademisnya yang
terbatas, dia kini jadi seangkatan denganku. Sumo anaknya bandel. Dikenal
sebagai jagoan di kalangan teman-temannya karena umurnya yang lebih tua.
Tingginya waktu itu saja sudah 178cm. Hampir sama denganku.

Uniknya, Sumo begitu dekat denganku. Dia sering mengajak aku bermain
sepulang sekolah atau sekadar memancing di kolam belakang rumahku.
Kulitnya sawo matang terbakar matahari. Wajahnya bergaris keras dan tubuh
yang lumayan terbentuk karena dia sering membantu orang tuanya di sawah
dan mengangkut beras. Aku sadar Sumo sering diam-diam memerhatikanku. Dan
aku pun juga. Hey, he's a good looking guy and I'm gay. Ada yang aneh?
Hahaha.

Entah lah. Kedekatanku dan Umo sudah dibatas tidak wajar. Dia suka
mengajakku mandi di sungai, nongkrong malam berdua melihat bintang, dan
sebagainya. Jangan bayangkan hubungan yang romantis. Saya dan Sumo ya
seperti anak muda biasa, namun sering menghabiskan waktu berdua saja.
Hingga akhirnya Sumo memutuskan untuk mengajak kemah di perkebunan ayahku
yang letaknya tak jauh dari rumah. Waktu itu malam minggu.

"Gak apa-apa lah. Toh kamu juga gak ngapa-ngapain malam minggu." Kata dia
setelah aku mengutarakan keraguan.

Akhirnya aku setuju. Toh ayah-ibu sedang keluar kota mengurusi bisnisnya.
Sumo sibuk mendirikan tenda sejak siang sepulang sekolah. Alih-alih
membantunya, aku malah tidur siang di rumah. Sore hari, Sumo menarik
kakiku sehingga aku jatuh dari tempat tidur. "Apa-apaan sih?!", teriakku
setengah pusing karena terbangun kaget. Dia tertawa terbahak-bahak. Mbok
Wiji, pembantuku, hanya bisa tersenyum melihat polah kedua remaja ini.
Sumo memang sudah bebas keluar masuk rumah karena dia juga sudah dianggap
saudara sendiri sama keluargaku.

Setelah mandi dan magrib berlalu, saya dan Sumo siap untuk berkemah. Kami
membawa camilan yang sudah disiapkan mbok tadi. Tak sampai 10 menit jalan
kaki, kami memasuki perkebunan milik keluargaku itu. Lokasi tendanya di
sebuah lapangan sehingga langit tidak tertutup pepohonan. Sumo menatap
saya dengan senyum lebar. Saya agak heran melihatnya. Dia juga telah
menyiapkan api unggun. Makin aneh melihat tingkahnya.

Setelah menata tikar dan selimut. Kami pun bersenda gurau. Saling meledek.
Duduk di pinggiran api unggun. Tak ada rasa khawatir karena memang tempat
ini sering dijadikan area berkemah oleh teman-teman sekampung saya. Lagi
pula, lokasinya masih dekat dengan rumah penduduk. Jadi kalaupun tidak
betah, aku bisa pulang.

Tak terasa sudah pukul 20:30. Udara menjadi dingin dan sekelilingnya sunyi
senyap. Saya mengajak Sumo masuk tenda. Sudah bosan rasanya duduk di luar
tanpa kegiatan berarti. Saya langsung menyelusup ke balik tenda sedangkan
Sumo menyusul setelah menutup tenda dari dalam agar tidak ada binatang
yang masuk.

"Tidur nih sekarang?", tanyanya.

"Iya ah. Emang mau ngapain? Aku bawa buku cerita sih," jawabku.

"Ah malas baca buku. Ngobrol aja kita."

Dia merapatkan tubuhnya di badanku. Jantungku tiba-tiba deg-degan. Dia
memang sering menginap di rumahku. Tapi ini memang baru pertama kami
benar-benar tidur berdua. Tanpa ada orang tua atau orang lain di
sekitarnya. Sepertinya aku tahu maksud dari semua ini.

Sumo memejamkan matanya. Ah, pura-pura tidur. Pikirku. Aku terdiam menatap
langit-langit tenda. Memikirkan hal-hal yang tak penting. Suasana sangat
sunyi sampai aku merasa bisa mendengarkan detak jantung Sumo. Tak lama
kemudian, dadaku terkesiap. Sumo tiba-tiba meraba pahaku. Menelusuri
celana pendek SMP yang aku pakai.

Aku terdiam, meskipun baru pertama diraba-raba cowok. Aku menengok ke arah
Sumo. Dia masih terpejam. Satu matanya terpicing melihatku.

"Dim, kamu gak keberatan kan?" Aku tak menjawab.

Hanya diam melihatnya yang kini mulai membuka kedua matanya. Dia
meneruskan aksinya. Aku terangsang. Kontolku yang berukuran 17cm ketika
ngaceng pun mulai mengeras. Sumo makin giras mengelus-elus rudalku dari
luar. Aku melenguh.

"Aku penasaran sama kamu Dim," ujarnya sambil terus meraba-raba kontolku
yang kini ngaceng sempurna. "Aku juga."

Tanpa peringatan, aku langsung mencium bibirnya. Dia kaget. Namun berusaha
menguasai keadaan dan membalas ciumanku. Lidah kita berpagut. Aku
menghisap lidahnya, lalu ganti dia yang menghisap lidahku. Entah dari mana
kita bisa ahli mempraktikkan hal tersebut. Mungkin dari film porno yang
sering kita tonton. He's a good kisser, though.

Aku beranikan tanganku meraba kontol Sumo dibalik sarungnya. Dia masih
memakai celana dalam ternyata. Aku tak terkejut mendapati kontolnya sudah
ngaceng dengan sempurna. Ukurannya sedikit lebih pendek dari punyaku dan
diameternya lebih besar. Sekitar 4,5 cm.

Sumo mulai lebih ganas. Dia tiba-tiba sudah berada di atas tubuhku. Kedua
tangannya menahan tubuhnya. Kita masih berpagut. Tanpa menunggu aba-aba,
aku tarik kaosnya ke atas. Kini dia bertelanjang dada. Sumo mulai mencium
dan menjilat leherku. Aku melenguh keenakan. Dia memasukkan tangan
kanannya ke dalam kaosku dan mulai memainkan putingku. Aku menggelinjang
keenakan. Puting adalah salah satu g-spotku.

Melihatku menggelinjang, Sumo tersenyum nakal. Tanpa babibu dia membuka
kaosku dan langsung menghisap pentil kiriku. Aku menjerit tertahan.

"AAAAAAAAGGGGHHH…….." Rasanya nikmat sekali.

Sumo berhenti sejenak menjilat pentil kiriku. Dibasahinya jempol tangan
kirinya dengan ludahnya. Kepalanya kini pindah ke pentil kananku yang
sudah mengeras. Dadaku yang dulu masih kerempeng dilibasnya. Lidahnya
tanpa henti memainkan pentil kananku sedangkan jempol basahnya memainkan
pentil kiriku. Enaknyaaaa....

Aku merasa seperti di surga. Kupegang kepalanya dan kutekan lebih dalam ke
dadaku. Entah dari mana dia mempelajari trik seperti itu. He must learnt
from someone.

"Agghhh…terus Mo. Ahh..uughhh..," rintihku.

Puas dengan dadaku, dia memainkan lidahnya menjilati perutku dan berhenti
tepat di bawah pusar. Dia membuka kancing dan resleting celanaku. Dengan
sekali tarik dia memelorotkan celana dan celana dalamku. Kontolku langsung
mencuat keluar. Bentuknya yang bengkok ke atas menuju perut. Tanpa
basa-basi Sumo langsung menghisap kontolku. Gerakannya yang penuh nafsu
sempat membuat kepala kontolku terkena giginya. Aku mengaduh.

Menyadari kesalahannya, kemudian dia melakukan hal tersebut dengan penuh
kelembutan. Dijilatnya kepala kontolku. Turun ke urat di bawah helmnya.
Sumo menjilatinya seperti menjilati es krim di siang yang panas. Tanpa
henti!

"Aahh..Dim, kontolmu enak banget. Hmmpphh.." Dimasukkannya lagi kontolku
ke mulutnya. Kali ini cukup dalam hingga dia nyaris tersedak.

Aku menggelinjang ketika kontolku menyentuh tenggorokannya. Dia menarik
maju mundur kepalanya. Aku nyaris orgasme. Untung selama ini aku rajin
onani sehingga aku bisa mengatur nafasku. Sesekali Sumo mengocok kontolku
yang basah dengan tangannya yang agak kasar. Oh, I loved the sensation.

Bocah tampan itu menghentikan kegiatannya. Dia lucuti sarungnya. Kontolnya
tegak berdiri. Aku makin nafsu. Aku langsung bangun dan menghisapnya. Sumo
dalam posisi berlutut. Dipegangnya kepalaku. Dimulutku dientotnya. Mulutku
terasa penuh, namun sensasi yang kurasakan sangat luar biasa. Nikmat
sekali.

Kontolnya sudah basah oleh liurku. Ku kocok alat kelaminnya untuk
memberikan sensasi. Kadang genggamanku berhenti di kepala kontolnya dan
bermain di situ. Dia keenakan.

"Ah, Dim.. enak sekali. Terus, Dim.. Aaahhhh…" Aku beralih ke dadanya yang
bidang. Kujilat pentilnya bergantian. Dia mendekap kepalaku seperti
seorang ibu menyusui anaknya. Aku makin liar menjilati pentilnya. Kadang
ku gigit sedikit. Entah dari mana aku punya ide seperti itu. Namun
sepertinya enak. Buktinya dia sempat mengejang sebentar.

Kontolnya kini penuh dengan precum. Kumasukkan ke dalam mulutku. Asin.
Jembutnya yang rapi menubruk hidungku ketika kucoba memasukkan kontolnya
jauh ke dalam tenggorokanku. Dia menggelinjang. Lagi.

Sumo masih dalam posisi berlutut. Aku terbaring terlentang. Ku susupkan
kepalaku di antara kedua pahanya. Bijinya yang bergelantungan kini jadi
sasaran jilatanku. Sepertinya dia mengerti. Kaki kanannya tiba-tiba
diangkat. Memberikan banyak ruang agar aku lebih leluasa menjilatinya. Ku
melihat lubang anusnya. Bersih tanpa bulu. Damn, aku selalu penasaran
dengan lubang anus gara-gara beberapa foto gay porn yang aku lihat.

Tanpa menunggu lama aku menjilati anusnya. Dia tersentak. Terkejut. Tidak
menyangka aku melakukan hal segila itu. Tapi lama-lama dia menikmati
permainan lidahku di antara belahan pantatnya. Aku sudah tidak memikirkan
kebersihan lagi. Yang penting enak. Tangan kananku mengocok kontolnya.
Sumo merasakan sensasi ganda yang tidak pernah dialaminya.

Mulutnya kini sudah menghisap kontolku. Kami mempraktikkan posisi 69.
Mulutku pun bergantian dari anus ke kontolnya. Keduanya basah oleh
ludahku. Sumo menarik tubuhnya. Mulutnya masih mengulum kontolku. Basah
semua. Dia menambahkan ludahnya ke kepala dan batangku.

Tak disangka-sangka, dia kini mengangkang di atasku. Menghadap ke aku. Aku
terkejut. Apa dia akan memasukkan kontolku ke anusnya? Tebakanku benar.
Tak butuh waktu lama untuk dia menduduki penisku. Seret. Susah masuk.
Namun Sumo memaksa. Dibukanya pantatnya yang sintal itu dengan kedua
tangannya. Burungku perlahan-lahan masuk. Sumo meringis. Pelan-pelan semua
masuk ke liang duburnya. Sumo teriak kesakitan. Buru-buru dicabutnya
penisku dari pantatnya. Sepertinya ini pertama kalinya dia disodomi.

Aku menggapai-gapai tasku. Teringat ada lotion di tasku. Tadi Mbok Wiji
terlalu rajin memasukkannya ke tasku beserta dengan lotion anti nyamuk. Ku
oleskan lotion secukupnya ke kontolku. Sumo tidur terlentang. Kakinya
mengangkang. Persis cewek-cewek di film-film yang dibintangi Asia Carera.
Kujilat lagi lubang anusnya hingga kuyup. Penisku sudah licin. Aku coba
lagi memasukkannya ke dalam liang anus Sumo.

Pelan-pelan. Kujilati pentilnya agar dia lebih merasa rileks. Otot
pantatnya mengendur dan kontolku masuk sempurna ke dalam lubangnya. Sumo
melenguh. Aku melenguh.

Pelan-pelan kugerakkan pantatku maju mundur. Kontolku merojok lubang anus
Sumo yang masih perawan. Awalnya dia merintih-rintih lalu kemudian dia
mulai bisa menikmati sensasi stimulan di daerah prostatnya. Dia
menggelinjang keenakan. Melihatnya menggelinjang antara keenakan dan
kesakitan, aku makin liar mengentotinya. Maju mundur. Kadang aku copot
penisku dan memasukkannya kembali. Sepertinya dia suka bila aku
melakukannya.

Aku tambah nafsu. Semakin ku buka lebar kakinya. Kedua tanganku menahan
pahanya agar tetap terbuka dan kontolku leluasa merojok pantat Sumo.

"AAAHH… Dimas! Enak se..se..kali.. Terus Dimaass.." Aku gemas. Aku lumat
lagi bibirnya sambil kita berdua melenguh. Kadang bergantian.

Kututup kedua kakinya, ku arahkan ke samping. Kali ini posisi dia
meringkuk. Kubaca—entah di mana—posisi meringkuk memudahkan akses ke
lubang anus. Itulah yang kadang dilakukan dokter ketika harus memasukkan
sesuatu ke anus pasiennya. Pergerakan kontolku di lubang Sumo semakin
lancar. Dia terus menjerit-jerit kecil keenakan. Kubuka lagi kakinya. Dia
mengangkang lagi. Kutuang lotion ke tanganku. Kukocok kontolnya dengan
segera. Aku harus mengakhiri permainan nikmat ini secepatnya. Aku sudah
tak kuat.

Irama kocokan ku dan entotanku ku samakan. Sumo makin menggelinjang
keenakan.

"Aaahh.. aahhh.. aahhhh.." dia melenguh minta ampun. Irama entotanku
kupercepat.

"Dim, aku mau keluar Dim. Ahh.. aahh.. ahhh.."

CROOTT.. CROOOTT..CROOOTT…

Pejuh Sumo muncrat jauh sekali. Sebagian jatuh di leher dan dagunya.
Nyaris mengenai mulut. Kucabut kontolku dari pantatnya. Ku satukan
kontolku dengan burung Sumo yang masih tegang. Aku kocok bersamaan. Nikmat
sekali. Kocokannya kupercemat. Tak sampai 30 detik kemudian aku juga
menumpahkan pejuhku ke tubuhnya.

CROOOTT…CROOOTT…

Pejuh kita bercampur di dada dan perut yang rata. Aku berlutut lemas.
Kuciumi bibirnya dengan lembut. Setelah puas, aku membantunya membersihkan
pejuh yang tumpah ruah tersebut. Ku rela kan kaosku menjadi alat
pembersih. Setelah memakai baju. Kami berdua lalu tidur berdampingan.
Kupeluk dia. Tak ada kata-kata yang terucap. Hanya bunyi jangkrik di luar
yang terdengar nyaring. Namun aku yakin, kepala Sumo penuh dengan pikiran
tentang apa yang baru saja terjadi. Seperti yang aku lakukan saat ini.
--
Using Opera's mail client: http://www.opera.com/mail/

Saturday, April 19, 2014

Mas Bima, Polisi suami kakakku

AKU mengenal mas Bima hanya karena dia adalah suami dari kakak sepupuku
mbak Tika. Saat mereka menikah dua tahun lalu, aku sudah mengagumi mas
Bima yang polisi itu karena kegagahan dan ketampanannya. Tentu saja aku
hanya berani mengagumi karena diriku yang pemalu ini tak berani kenal
lebih dekat dengan mas Bima. Padahal aku dengan mbak Tika walaupun hanya
sepupu, dia sudah seperti kakakku sendiri yang memang anak tunggal ini.
Sayang, selepas menikahi mas Bima, mbak Tika harus ikut suaminya keluar
kota sehingga aku jarang bertemu dengannya. Paling-paling jika ada
keluarga yang menikah atau di hari raya, mbak Tika dan suaminya barulah
datang ke kotaku. Bodohnya, momen-momen itu tak kumanfaatkan untuk lebih
mengenal Mas Bima yang kukagumi.

Tak pernah akan kulupakan momen pertama mbak Tika mengenalkan mas Bima ke
keluargaku . Mbak Tika sudah menganggap kedua orangtuaku seperti
orangtuanya sendiri, itulah sebabnya, untuk menghormati mereka, Mbak Tika
seperti harus meminta pendapat dari papa dan mama mengenai calon suaminya.
Aku diam saja saat menjabat tangan Mas Bima yang tampak gagah dengan tubuh
tinggi atletisnya. Pasti dia menganggapku sombong karena tak mau menatap
wajahnya. Padahal bukan karena itu, aku sebenarnya malu dan tak ingin
terlihat tersipu.

Pernah suatu ketika, enam bulan setelah mereka menikah, kami semua
menghadiri pernikahan seorang sepupu. Lagi-lagi aku tidak memiliki
keberanian untuk mengobrol lebih lama. Malahan aku sengaja menghindar
karena tak ingin Mas Bima mendeteksi kegugupanku.

"Fin!" suara Mas Bima yang menepuk pundakku mengejutkanku yang sedang
duduk di pojok ruang resepsi. Dia kelihatan sangat tampan dengan batik
kehijauan yang membalut tubuhnya.

"Eh, Mas…" sahutku pelan. Tenggorokanku terasa kering sehingga aku harus
berdeham sedikit meredakan salah tingkahku.

"Kapan lulus, Fin?" tanya mas Bima sambil tersenyum. Dia menarik sebuah
kursi lipat dan duduk dekat di sebelahku.

"Aku baru kelas XI mas, sebentar lagi naik kelas XII" jawabku.

"Ooo… rokok?" tawar Mas Bima. Rupanya dia bosan bersama tamu-tamu lain dan
memilih untuk menghindar.

Aku menggeleng sambil tersenyum.

"Enggak ngerokok? ya sudah…" Mas Bima memasukkan kembali kotak rokoknya ke
saku baju dan batal merokok.

Aku tidak tahan berada dekat dengan Mas Bima selama ini. Aku bisa
merasakan wajahku memanas yang artinya sudah mulai memerah. Jantungku
berdegup dan sedari tadi kakiku bergerak-gerak tak nyaman berganti-ganti
posisi.

"Fin, mas mau…"

Ucapan Mas Bima terpotong karena tiba-tiba saja aku beranjak pergi tanpa
berkata apa-apa saat semakin menyadari wajahku semakin memanas. Aku
menutup wajah kesal, karena pasti mas Bima menganggapku benar-benar
membencinya. Aku yakin, Mas Bima pasti memandangku dengan heran.

***

Sudah hampir setahun sejak peristiwa itu. Mbak Tika tidak pernah lagi
datang, bahkan lebaran terakhir pun dia batal berkunjung ke rumahku karena
kandungannya bermasalah sehingga keguguran. Paling-paling sesekali kami
hanya saling berkomunikasi melalui situs jejaring sosial, yang diam-diam
aku manfaatkan juga untuk melihat-lihat foto mas Bima di akun milik Mbak
Tika. Aku tak punya keberanian menambahkan Mas Bima sebagai teman di
facebook. Selain karena sungkan, tampaknya dia tak pernah aktif
berinteraksi di situs itu walaupun sudah memiliki akun. Sepupuku sebentar
lagi menikah. Aku, Papa dan Mama sedang menuju rumah pamanku yang juga
rumah nenekku. Aku tidak berharap bertemu Mbak Tika dan Mas Bima di sana,
tapi yah.. aku salah. Ternyata mereka sudah lebih dulu ada di sana.

"Findraaaaaa.." pekik Mbak Tika sambil datang memelukku. Aku membiarkan
dirinya mengacak-acak rambutku yang sudah susah payah kutata dengan wax.

"Gak ketemu sebentar aja, makin cakep sama makin tinggi aja adik Mbak yang
satu ini!" ujarnya dengan nada seperti berbicara kepada anak usia tujuh
tahun.

"Wiii… udah berisi ya sekarang? makin keren deh…" kata Mbak Tika sambil
meremas-remas lengan atasku yang memang makin berotot sejak aku rutin
berolah raga di sekolah.

Aku melirik ke meja makan. Ada Mas Bima di sana, dia hanya tersenyum
menyaksikan tingkah istrinya. Dia makin tampan. Badannya juga makin kekar
berisi. Saat matanya beralih menatapku, cepat-cepat aku alihkan
pandanganku ke arah Mbak Tika.

Setelah basa-basi sebentar dengan Nenek dan keluargaku yang lain, aku
beranjak keluar mencari udara segar. Udara di sini sangat sejuk, berbeda
dengan kotaku yang panas dan berpolusi. Setelah duduk di tangga teras
rumah yang sedikit berlumut dan lembab, aku menarik nafas dalam-dalam
sambil memejamkan mata sehingga tak sadar saat aku membuka mataku, Mas
Bima sudah duduk di sebelah.

"Enak ya, di sini?" tanya Mas Bima sambil memandangi pucuk-pucuk pohon
besar di kejauhan.

Aku tak menjawab. Suara serangga malam yang bersahutan menjadi latar
keheningan di antara kami berdua.

"Aku ngerokok ya?" tanya Mas Bima. Kali ini dia tidak peduli kalau aku
tidak merokok. Dia menyalakan sebatang dan mengisapnya dalam-dalam.
Sebagian asapnya terpapar ke wajahku, namun aku diam saja.

"Maaf ya…" kata Mas Bima.

"Ke… kenapa minta maaf mas?" tanyaku heran.

"Mas bersalah udah ngambil mbak kamu cepat-cepat, padahal kamu kayaknya
masih membutuhkan figur kakak di masa-masa remaja kayak gini…" lanjut Mas
Bima.

"Eh… enggak gitu juga kali, mas.." elakku sambil tertawa getir.

"Mas berusaha cari tahu kenapa kamu bersikap dingin sama Mas… padahal aku
berusaha lebih dekat sama kamu. Jadi ya, mas berkesimpulan semua karena
mas menikahi Mbak kamu terlalu cepat," kata Mas Bima lagi sambil menatap
kosong lurus ke depan.

Aku tak tahu harus berkata apa lagi. Sepertinya aku biarkan saja dia
berpikir demikian. Kemudian aku berusaha mencairkan suasana.

"Boleh minta rokoknya, mas?" tanyaku.

"Bukannya kamu gak ngerokok?" tanya Mas Bima balik. Tapi dia tetap
mengeluarkan kotak rokok dari saku kemejanya dan menawarkan padaku.

Aku menelan ludah. Walau sedikit ragu, kuberanikan diriku untuk mengambil
batang rokok yang sudah dinyalakan dari tangan Mas Bima. Mas Bima
terheran-heran, namun dia membiarkan aku mengambil rokoknya dan
mengisapnya dalam-dalam. Ah…. dadaku berdesir membayangkan diriku
berciuman dengan mas Bima saat bibirku menempel pada filter rokoknya yang
sebelumnya menempel di bibirnya.

Aku yang tak biasa merokok langsung terbatuk-batuk. Mas Bima tertawa, lalu
mengambil rokok itu dari tanganku dan membuangnya.

"Udah, gak usah sok tahu.. syukuri aja kamu gak ngerokok, Fin! Mas mau
berhenti aja susahnya minta ampun," kata Mas Bima.

Aku tersenyum malu.

"Damai?" tanya Mas Bima sambil mengulurkan tangannya.

Aku tak menjawab. Kujabat tangannya sambil tersenyum.

"Yuk, masuk!" ajak Mas Bima sambil bangkit dan beranjak ke pintu. Dan aku
pun mengikutinya.

****

"Wah! dua cowok ganteng kesayangan Mbak abis dari luar ternyata? Mbak mau
kasih tau, karena kamar di sini sudah penuh, Mbak tidur sama nenek ya?
papa sama mama kamu di kamar atas, jadi kamu terpaksa tidur sama Mas Bima
malam ini. Gapapa kan?" kata Mbak Tika sesaat setelah kami berdua muncul
di ruang keluarga.

Wajahku terasa memanas saat membayangkan harus seranjang dengan Mas Bima.
Cepat-cepat kukuasai keadaan dan bersikap biasa saja.

"Aku sih gak keberatan, asal Findra tahan sama suara ngorok aku," kata Mas
Bima sambil terkekeh.

"Cuma semalam aja kan? tahan lah.. aku pasang earphone denger musik aja…"
sahutku.

Mbak Tika tertawa.

"Sudah.. sudah.. sana tidur! udah lewat tengah malam. Besok pagi kan harus
siap-siap ke tempat resepsi!" usir Mbak Tika. Setelah kami semua
berpamitan, aku dan Mas Bima menuju kamar kami tepat di dekat ruang tamu.

Kami sama-sama tak berbicara saat masuk ke kamar. Di kamar itu hanya ada
satu ranjang kayu tua yang cukup besar.

"Mau tidur di sebelah mana?" tanya Mas Bima. Saat dia membuka kemejanya,
aku mengalihkan pandanganku.

"Aku dipojok mas, dekat jendela," usulku.

Mas Bima kini hanya mengenakan singlet dan celana training pendek. Aku
melirik ke arah selangkangannya, tampak samar tercetak penis yang tertutup
dibaliknya dengan ukuran yang lumayan.

Aku melepas kemeja dan celana panjangku sehingga tinggal menggunakan kaus
lengan buntung dan celana bokser saja.

Tanpa berlama-lama memandang Mas Bima, aku memanjat ke atas ranjang dan
menutup tubuhku dengan selimut kain. Aku membalik badanku menghadap
jendela membelakangi Mas Bima.

Mas Bima rupanya tak langsung naik ke ranjang. Dia menekan-nekan tombol
remote pendingin udara yang tampaknya tak berfungsi.

"Hufh! kok di dalam sini panas ya?" katanya.

"Mau kubuka jendelanya aja, Mas?" tawarku sambil membalik badan.

"Iya, boleh, tolong Fin!" pintanya sambil mengibas-ngibaskan kausnya.

Aku menuruti keinginannya dan bangkit untuk membuka jendela kamar.
Kurasakan angin sejuk sedikit mengaliri kamar, namun tampaknya hal itu tak
cukup bagi Mas Bima. Mendadak dia melepas kausnya dan melemparnya ke kursi.

Ya Tuhan! aku tak pernah melihat Mas Bima tanpa atasan. Kali ini terekam
jelas di otakku tubuhnya yang kekar, puting kecoklatannya yang mencuat
serta perutnya yang rata. Ya Tuhan! bagaimana aku bisa tidur malam ini?
membayangkan tubuh itu tepat berada di sampingku sepanjang malam.

"Tidur dulu, Fin!" ujarnya sambil merebahkan diri di ranjang dan menarik
selimut kain yang sama hingga ke bawah dadanya.

Aku tak menjawab, sambil meneguk ludah sekali, aku kembali ke posisiku
membelakanginya namun mata ini tetap terebelalak tak bisa terpejam.

Setelah beberapa lama, saat aku mulai mendengar dengkuran Mas Bima, aku
akhirnya bisa bersantai… mataku sedikit demi sedikit mulai terasa berat
hingga akhinya tertidur.

Bluk! sebuah benda cukup berat menimpa pinggangku hingga aku terbangun.
Sepertinya baru sebentar aku terlelap. Aku melirik ke arah pinggangku.
Rupanya tanpa sadar tangan Mas Bima yang sedikit berbulu itu menimpa
pinggangku seperti posisi merangkul. Aku berdebar-debar. Suara dengkuran
Mas Bima masih terdengar walau tak senyaring tadi. Hembusan nafasnya
terasa sedikit di tengkuk aku. Sialan! mungkin dia kebiasaan memeluk Mbak
Tika saat tidur, jadinya tanpa sadar dia memelukku.

Tubuhku menjadi kaku, tak berani bergerak. Sebagian karena tak ingin
membuat Mas Bima terbangun sehingga dia tersadar dan tak lagi merangkulku.
Kurasakan telapak tangan Mas Bima yang tadinya terjuntai lemas kini
bergerak-gerak sedikit. Dengkurannya masih terdengar.

Jari-jarinya mulai bergerak-gerak mencoba menelusup ke balik kausku. Aku
menahan nafas dan tubuhku menjadi lebih kaku. "Mmmmm… ummm…." Mas Bima
mengeluarkan gumaman tak jelas saat tanpa sadar lengannya menggosok-gosok
perutku dan mengusap-usap dadaku.

Ya Tuhaaaaann!! pekik aku dalam hati. Hatiku terbagi antara menikmati
kejadian ini sekaligus merasa bersalah karena hal ini tak benar! Tapi
nafsu kepada Mas Bima mengalahkan akal sehatku. Kunikmati usapan tangan
Mas Bima yang kini semakin nakal meraba putingku dan memainkannya dengan
ujung-ujung jarinya. Kupejamkan mata sambil menggigit bibir.. Oh, Tuhan..
ini tak benar… Mas Bima adalah suami kakak sepupuku.. tapi.. tapi… ooh…
nikmat sekali… kurasakan penisku mengeras akibat terangsang.

Kubuka mataku saat kusadari dengkuran Mas Bima berhenti. Tangannya masih
memain-mainkan putingku. Kupalingkan wajahku. Betapa terkejutnya aku saat
melihat Mas Bima ternyata sudah terbangun. Matanya sayu memandangku.

"Mas…" kataku lirih. "Jangan…" aku mencoba menolak.

Tampaknya Mas Bima tahu bahwa penolakanku tak sungguh-sungguh. Tangannya
bergeser dan masuk ke dalam celana bokserku seraya meraih batang penisku
yang sudah menegang dan menggenggamnya.

"Mas…" desisku. Tubuhku bergetar saat Mas Bima mulai mengocok penisku
perlahan dalam genggamannya yang solid namun tak menyakitkan itu.

"Nggg… ngh… ngh…" hanya suara tertahan itu yang keluar dari mulutku
mencoba untuk tak bersuara terlalu keras. Aku masih menatap mata Mas Bima
yang sayu namun nafasnya terasa makin berat dan cepat.

Mimpi apa aku semalam? pria yang kupuja selama ini sekarang sedang
merangsang penisku dengan kocokan mautnya. Ingin rasanya membalas apa yang
dilakukan Mas Bima, namun aku terlalu takut melakukannya.

***

Setelah cukup lama aku mendesah-desah menikmati genggaman naik-turun
tangan Mas Bima pada penisku, dia kemudian menghentikan gerakannya.
Syukurlah, aku juga tak ingin sampai 'keluar' dulu walau sepertinya tak
akan bisa kutahan lagi apabila Mas Bima melakukan itu sedikit lebih lama.

Tangannya yang sesaat tadi berada dalam celana bokserku, kini meraih
tanganku dan perlahan mengarahkannya pada selangkangan Mas Bima.
Tatapannya masih sayu memandangku, namun aku paham keinginannya. Jantungku
berdegup kencang saat menyadari diriku akan memegang penis Mas Bima untuk
pertama kalinya, penis yang hanya sanggup aku impikan bentuk, warna dan
ukurannya itu…

Perlahan kubiarkan tanganku masuk ke dalam celana training pendeknya,
mencari tahu tekstur dan ukuran penis yang sempat tercetak jelas dari
balik celananya karena sudah ikut menegang bersamaan dengan penisku.

Oh Tuhaaaaan…. ujarku dalam hati. Aku menahan nafas saat menggenggam penis
Mas Bima. Benar-benar seperti yang kubayangkan, bahkan lebih… Penis yang
panjang, berdiameter cukup tebal dengan tonjolan urat itu benar-benar
membuatku gila! aku mencoba menikmati setiap detik momen saat Mas Bima
mendesah-desah ketika mengocok penisnya yang kukeluarkan dari celananya
agar lebih leluasa.

Mas Bima meraih kepalaku dan mengusapnya. Aku menatap wajahnya. Matanya
masih tampak sayu. Dengan lirih dia berkata, "hisap Fin…" pintanya.

Aku menuruti keinginan Mas Bima. Kudekatkan kepalaku pada batang penisnya
dan mulai mengulumnya walau pada awalnya terasa susah karena ukurannya.

Mas Bima mengerang. Dia menutup wajahnya dengan bantal untuk mengurangi
kebisingan sehingga dadanya terlihat naik turun dan ketiaknya terlihat
jelas. Seksi sekali…

Kulanjutkan dengan makin rakus mengulum, menjilat, menggigit batang penis
dan buah zakarnya. Kukerahkan semua kemampuanku untuk bisa membuat Mas
Bima merasa enak dan nikmat. Sayup-sayup dari balik bantal kudengar
pekikan Mas Bima yang tertahan. Tubuhnya meliuk-liuk liar. Aku
menghentikan gerakanku, dan menciumi perut Mas Bima, naik ke atas hingga
akhirnya kumainkan kedua putingnya dengan lidahku.

Mas Bima membuka bantal yang menutup wajahnya. Dia tampak terkesima saat
aku membuatnya enak dengan isapan mulutku pada putingnya.

"Nakal kamu Fin…" protes Mas Bima. Aku nyengir.

Tiba-tiba Mas Bima merubah posisi badannya. Dengan sekali gerakan,
lengannya yang kuat memaksa tubuhku rebah di atas ranjang hingga kami
bertukar posisi, Mas Bima lah yang ada di atasku sekarang.

Tanpa aba-aba, Mas Bima mulai menciumi dan menjilati leherku hingga aku
memekik tertahan. "sssssh…. ssssshhh…." Mas Bima buru-buru menutup mulutku
dengan telapak tangannya, khawatir suaraku membangunkan isi rumah. Aku
mengatur nafas agar lebih tenang. Aku menahan nafas berusaha tak bersuara
kencang walau sulit karena cumbuan Mas Bima benar-benar membuatku seperti
melayang ke langit ke-7.

Aku nyaris berteriak saat mulut Mas Bima mulai mengisap, menggigit dan
melumat putingku. Lagi-lagi Mas Bima terpaksa membekap mulutku agar
suaraku teredam. Cukup lama Mas Bima melakukan itu hingga tubuhku
meronta-ronta liar dan Mas Bima sedikit kewalahan menahan tubuhku dengan
lengan satunya.

Tangan Mas Bima yang menutup mulutku kini berusaha memasukkan jari
telunjuk dan tengahnya ke dalam mulutku. Aku menyambut jari Mas Bima dan
mengulumnya seolah-olah sedang mengulum penisnya hingga basah. Aku masih
terus merintih menikmati cumbuan Mas Bima. Setelah cukup lama Mas Bima
membiarkan dua jarinya dikulum olehku, dia menariknya dan
menggosok-gosokkan jari basah itu tepat di lubang pantatku.

"Mas…?" tanyaku khawatir. Terus terang, walau sering membayangkan
bagaimana rasanya anusku dimasuki sebatang penis, aku belum pernah berani
melakukannya. Dan kini sepertinya Mas Bima tertarik dengan daerah
pribadiku yang belum pernah dijamah oleh siapapun. Aku bersedia bila Mas
Bima menjadi yang pertama untukku, namun di sisi lain aku khawatir dengan
kemungkinan rasa sakit yang ada.

"Mas..? aku.. aku.. belum pernah…" kataku mencoba menjelaskan. Mas Bima
tak menjawab, dia malah menyeringai gembira seperti orang yang senang
mendapati durian-durian berjatuhan di kebun. Dia tak menjawab. Dia terus
memijat lubang anusku dengan jarinya. Aku dapat perawan, nih! mungkin
begitu yang ada dalam pikiran Mas Bima sekarang. Tapi itulah kenyataannya.

Perlahan Mas Bima memasukkan jari tengahnya ke dalam lubang anusku. Aku
mendesis kesakitan. Pantatku berdenyut-denyut seolah protes ingin
menyingkirkan benda asing yang berusaha masuk ke dalamnya.

"Mas…" rintihku. Aku merasakan air mata mengalir sedikit di ujung mataku.

"Ssssshh… ssshh…." desis Mas Bima berusaha meyakinkanku agar tetap tenang
dan tak bersuara. Dengan lembut dia memberiku semangat dengan mendaratkan
kecupan-kecupan di pipi dan leherku.

Aku menahan nafas merasakan jari Mas Bima semakin masuk ke dalam. Rasanya
pedih dan sedikit panas walau sudah terlubrikasi oleh ludahku sendiri.
"Hmmmppp…" erangku. Ketika Mas Bima merasa sudah cukup dalam membiarkan
jari tengahnya masuk di lubang anusku, dia menghentikan gerakannya.
Setelah aku merasa mulai terbiasa dan nafasku kembali teratur, Mas Bima
mulai menggerakkan jarinya maju dan mundur. Lagi-lagi aku memekik pelan
karena terasa pedih. Anehnya, ujung jemari Mas Bima memijat suatu bagian
di kedalaman yang membuatku berdesir karena terasa enak. Aku menatap
wajahnya heran, rasa pedih itu telah berkurang. Otot-otot dinding anusku
pun mulai rileks tak lagi meronta. Mas Bima kembali menyeringai seolah dia
tahu kalau dia telah melakukan hal yang benar. Dia melanjutkan gerakannya
hingga, Ya ampun! tanpa disentuh penisku kembali menegang akibat sensasi
yang kurasakan dari gerakan tangan Mas Bima.

Setelah agak lama Mas Bima melakukan itu dengan satu jarinya, dia kembali
berusaha memasukkan satu jarinya lagi. Kembali aku memekik, namun usaha
kedua Mas Bima tak sesulit pertama. Sensasi dua jari yang terasa penuh di
lubang anusku, memijat-mijat titik yang membuatku nikmat dua kali lipat
pula.

"Ahh… Mas…" ujarku ingin memuji tindakannya, namun hanya desahan yang
keluar.

"Mas Bima….." kataku lirih sambil menatapnya sayu. Aku tahu kalau dia tahu
apa yang kuinginkan. Aku sudah siap. Tak ada lagi yang kuinginkan saat itu
kecuali penis Mas Bima yang masuk menggantikan dua jarinya. Dan Mas Bima
pun mengerti, dia menyeringai kembali dan mencabut perlahan dua jarinya
dari lubang anusku.

"Basahin dulu Fin…" ujar Mas Bima. Dia bergeser hingga posisinya berbaring
telentang. Aku mengerti yang dia maksud. Kembali kugunakan mulutku untuk
mengulum kemaluan Mas Bima yang masih tegang itu. Namun kali ini
kupastikan air liurku cukup banyak melapisinya agar tak membuatku sakit
nanti.

Setelah Mas Bima merasa cukup, dia kembali merebahkan aku. Diangkatnya
satu kakiku melingkari pinggangnya yang ramping. "Aku masukkin ya, Fin?"
pinta Mas Bima. Aku menjawabnya dengan anggukan.

"Hmmmff…" dua jari Mas Bima tidaklah sebesar batang penisnya. Aku kembali
harus membiasakan diri. Namun keinginan untuk memuaskan pria yang
kukagumi, membuatnya merasakan kenikmatan memerawani diriku, membuatku
terus berusaha tenang dan rileks.

"Akh… Mas…" pekikku tertahan saat kepala penisnya berhasil menerobos masuk
lubang anusku. Kembali otot-otot dinding anusku berdenyut-denyut hebat,
memprotes benda lebih besar yang berusaha masuk kedalammnya.

****

"Ssssssshh…." lagi-lagi Mas Bima berusaha membuatku diam. Aku menggigit
bibir keras-keras berharap penis Mas Bima dengan mudah masuk
keseluruhannya. Mas Bima menciumi pipiku sementara tangannya
memain-mainkan putingku.

"Nggggghhh……" erangku sambil mencengkeram kuat-kuat lengan Mas Bima yang
berotot.

Rupanya Mas Bima sudah tak lagi memedulikan diriku yang merintih
kesakitan. Semuanya dia pusatkan pada keinginannya meraih kepuasan
sendiri. Kulihat matanya terpejam menikmati proses saat-saat batang
penisnya menerobos lubang anusku. Kudengar dia mendesah pelan "Uh…
sempit.."

Perjuangan itu akhirnya berhasil juga. Pantatku terasa penuh oleh batang
penis Mas Bima. Dia sendiri sedang berusaha mengatur nafasnya sambil
menikmati denyutan-denyutan liar dinding anusku yang terasa meremas-remas
penisnya.

Lalu Mas Bima mulai menggenjot batang penisnya keluar masuk. Aku hanya
bisa memekik menahan pedih sekaligus merasakan sensasi aneh namun nikmat
ketika hentakan pinggul Mas Bima membuat aku serasa melayang ke angkasa.
Setiap kali Mas Bima menghentakkan pinggulnya, mataku serasa melihat
kilatan cahaya, zap! zap! zap! tubuhku serasa tersetrum listrik, bedanya,
yang kurasakan sensasinya adalah bercampur rasa nikmat.

"Aah… aah…. " tanpa sadar mulutku mengeluarkan erangan yang cukup membuat
Mas Bima khawatir terdengar seisi rumah. Dengan tangannya dia berusaha
kembali membekap mulutku. Aku meronta-ronta karena sulit bernafas. "Hmmff…
mmmfff…" jeritku tertahan merasakan goyangan pinggul mas Bima yang semakin
panas.

"Ahh… pantat perawan emang paling enak… sempit…" racau Mas Bima sambil
memejamkan mata dan terus menggenjot penisnya.

"Mas Bima…" ujarku sambil menatapnya sayu. Aku ingin mengatakan padanya
bahwa sodokan penisnya di pantatku terasa nikmat sekali sekarang. Namun
kata-kata itu urung keluar dari mulutku.

"Kenapa Fin? enak?" seringai Mas Bima.

Aku mengangguk. "Iya Mas… terus mas… kontol mas Bima…" aku tak
menyelesaikan kalimatku. Seringai Mas Bima makin lebar tanda kemenangan.

Kuusap peluh dari dahi Mas Bima. Kuangkat kepalaku dan menjilati puting
Mas Bima yang sedikit basah oleh keringatnya. "Umm… umm.." gumamku sambil
terus mengisap puting Mas Bima.

"Aaah…" desah Mas Bima. Kombinasi antara penis yang diremas-remas pantatku
dan hisapan mulutku pada putingnya membuatnya semakin bergairah. Aku
lingkarkan kedua kakiku pada pinggangnya dan mengaitkannya erat agar
setiap tusukan penis Mas Bima semakin dalam kunikmati.

Gerakan pinggulnya yang semakin cepat rupanya berhasil menghujamkan
penisnya tepat pada titik kenikmatanku di prostat. Sebagai reaksinya,
penisku yang sudah tegang kini berdenyut-denyut ingin mengeluarkan cairan
sperma tanpa harus kusentuh. Aku takjub mengetahui bahwa seks anal bisa
membuatku orgasme tanpa melibatkan kocokan tangan. "Oh.. oh… oh…" erangku
seiring penisku yang semakin mengeras.

"Mas Bima….. aku.. aku mau keluar…" desisku sambil meringis mengalungkan
tanganku pada lehernya yang kokoh.

Beberapa detik kemudian peluru cair panas menyembur beberapa kali dari
penisku. Cairan itu membasahi dada dan perutku serta sebagian mengenai
dada dan perut Mas Bima. "Ooooouuuhhh…." erangku sambil meliukkan badan
tanpa sadar. Seluruh tubuhku berkontraksi. Dan efek ejakulasi itu menjalar
pada anusku yang otot-ototnya ikut berkontraksi maksimal sehingga
memberikan remasan dan pijatan yang tiada tara pada penis Mas Bima yang
ada di dalamnya.

"Oh.. Oh.. Fin! Fin!" pekik Mas Bima, matanya memutih, tubuhnya gemetar.
Rupanya sensasi pijatan otot anusku yang mencengkeram penis Mas Bima saat
aku ejakulasi membuatnya tak tahan lagi. Kedua lengannya mencengkeram
bahuku. Tubuhnya bergetar hebat, dan dengan hujaman terakhir dan paling
dalam, penisnya berdenyut-denyut dan memuntahkan lava putih di dalam
saluran rektumku hingga terasa hangat mengalir.

"Oooooooh…." erangnya. Semprotan demi semprotan sperma keluar dari batang
penisnya hingga ususku terasa makin penuh.

Mas Bima menjatuhkan tubuhnya di atas tubuhku. Nafasnya tersengal-sengal.
Punggung dan bahunya terlihat mengilap oleh tetesan keringat.

Aku mengusap-usap tubuh Mas Bima berusaha meredakan sisa-sisa permainan
panas kami. Perlahan penis Mas Bima mulai melunak dan keluar dengan
sendirinya dari lubang anusku. Tubuh Mas Bima bergulir ke sisi tubuhku dan
dia langsung tertidur. Perlahan aku beringsut turun dari ranjang menuju
kamar mandi untuk membersihkan diri. Aku tahu ini salah, tapi aku tak bisa
menyembunyikan kebahagiaanku. Setelah kembali ke ranjang, aku mengecup
pipi Mas Bima yang terlelap dan ikut tertidur.

Friday, April 4, 2014

Kenal Diskotik

Aku sebenarnya tidak suka dugem. Akan tetapi, karena malam itu temanku
lagi Ultah dan dirayain di café yang menyatu jadi diskotik. Akhirnya aku
masuk juga ke tempat dunia gemerlap malam ini. Aku datang ke diskotik itu
bersama teman-temanku. Setelah acara ultah, dilanjutkan dengan dugem. Kata
temen-temen, kebiasaan di party adalah tambah malam tambah ramai
Acara ultah dimulai sejak jam 8 malam tadi. Sekarang udah jam 10 malam.
Ternyata yang datang sudah lumayan banyak. Kira-kira jam 12 malam, sudah
banyak sekali orang yang disco, minum-minum dan merokok di smoking area.
Pokoknya suasananya rame banget. Terus aku minum-minum bersama temanku di
dekat barnya. Bar ini dekat sekali dengan tempat disco-nya, jadi sambil
minum-minum dan ngobrol kita bisa mengecengin orang yang sedang disco.
Temanku mengajakku minum, kuladeni tapi dia menyuruhku yang memesan
minumannya.

Ada satu cowok yang memandangiku terus sejak lampu disco dinyalakan.
Kemudia dia tersenyum saat aku menoleh padanya. Kupikir sama seperti
pengunjung lainnya, maka aku segera larut dengan teman-temanku. Waktu aku
akan ke toilet, aku melewati banyak kerumunan orang. Sesaat aku berhadapan
dengan dia, dan dia menyapaiku "hai". Kubalas "hai" juga sambil
menganggukkan kepala. Saat aku kembali dari toilet, dia melambaikan
tangannya ke arahku, agar aku mendekat ke mejanya. Dia bertanya namaku
dengan mendekatkan ke telingaku. Nama pria ini Jericho, seorang akuntan di
bank swasta. Suara musik yang berdetum detum membuat kita yang akan
berbicara harus keras dan mendekatkan telinga.

Dia bertanya lagi tentang rumahku, namun kali ini bibirnya sengaja
ditempelkan ke telingaku. Agak geli aku rasa. Aku sadar, dia sengaja
menggodaku. Lalu dia bilang mau mengajakku jalan-jalan di luar. Dia
menunjuk parkiran belakang diskotik, dekat baliho rokok. Aku mengiyakan,
tanpa yakin aku akan memenuhi permintaannya. Beberapa menit kulihat dia
sudah menghilang dan menuju keluar dikotik. Antara ragu dan takut, aku
masih terhenyak di tempat dudukku.

Tapi sadar aku telah membuat janji dan tidak ingin membuatnya marah, aku
melangkah keluar dan menemuinya di tempat yang ditunjuknya. Aku menoleh
dan mencari lokasi yang digambaran. Lalu sekilas kulihat dia sedang
memainkan HP sambil menungguku. Dia tersenyum lalu mengajakku ke mobilnya.
Aku mengikutinya dan masuk ke mobilnya. Kutanya "Ini mau jalan kemana mas"
"Terserah kamu, mau kemana. Ada ide?"balasnya.
Akhirnya mobil berputar putar di jalanan, dan setelah 20 menit ga ada
tujuan yang jelas, dia menawariku mampir di rumahnya. Ternyata rumahnya
dekat sekali. Ataukah mungkin dia telah merencanakan mau mengajakku ke
rumahnya, sehingga saat tai putar-putar dia mendekati jalan ke rumahnya.
Setelah parkir di halaman, dia mengajak masuk ke ruang tamu. Dia
menanyaiku mau minum apa. Ada banyak camilan di meja ruang tengah yang
menjadi ruang santai, sekaligus nonton TV atau home theathre ini.

Aku ambil remote TV dan mencoba menyalakan. Ternyata yang kupencet remote
home theathre. Dan alangkah terkejutnya saat kusaksikan tayangan adegan
"last memory" dari VCD yang sedang diputar. Tiga cowok sedang mengerjain
satu cewek secara bergantian. Lalu diantara cowok itu juga saling cium
hingga saling mengoral satu sama lain. Antara vrasa penasaran dan risih,
aku tetap menonton tayangan porno tersebut. Tidak terasa, rudalku menegang
pertanda aku terangsang melihat tayangan tersebut.

Tiba tiba Jericho berdiri dibelakangku sambil membawa kopi panas. Aku
panik dan malu. Tapi kepalang tanggung, aku terdiam terus menyaksikan
tayangan di layar TV. Lalu sambil menonton, kami selingi dengan
ngobrol-ngobrol. Ternyata ngobrol dengannya enak sekali sepertinya aku
sudah mengenalnya sejak dulu. Akhirnya omongannya merembet ke arah gituan.
Dia memancing mancingku tentang hubungan seks yang sudah aku lakukan.
Tiba-tiba dia mendekatkan wajahnya dan mencium tengkukku. Aku kaget dan
menepis wajahnya. Dia hanya tersenyum, dan berusaha tangannya meraih
tanganku. "Gak Papa Malik, toh ga ada siapa-siapa",bujuk Jericho.

Aku terhenyak, dan itu memberikan kesempatan Jericho memegang jendolan
selangkanganku yang terus menegang sejak tadi. Sesaat kulihat di tanyangan
TV, adengan dua pria sedang menghisap kontol pria yang lain, sementara
sang cewek disodomi pria satunya. Woww…aku yang belum pernah menyaksikan
adegan itu, hanya terhenyak. Tiba-tiba kurasakan ciuman telah mendarat di
pipiku lalu turun ke leher sampai akhirnya ke bibirku. Bagai terkena
jampi-jampi, aku hanya terdiam dan merasakan nikmatnya ciuman yang
diberikan Jericho. Sementara tangan Jercho sudah mulai gatal. Dua
tangannya berkelana. Pelan-pelan tangan kanannya menyelusup ke paha terus
ke daerah selangkanganku. Dia mengusap usap jendolan di celanaku. Aku
cukup menikmati benar elusanku. "Mmmh… mmh… ooohh… ohhh…" Setelah
kira-kira 10 menit aku merasa CD-ku mulai agak basah.

Ternyata Jericho agresif sekali. Kedua tangannya memeluk leherku, terus
kakinya ke pinggangku. Tangannya menjalar dan meremas-remas dadaku. Dia
nampaknya semakin nafsu saja. Kurasakan dia seolah sudah tidak tahan ingin
berbuat lebih jauh. Lalu dia membuka resleting celanaku dan melepas ikat
pinggang celanaku. Kancing bajuku dilepasnya satu persatu hingga akupun
telanjang. Celanaku ditariknya, hingga kini aku hanya memakai celana dalam
saja. Lalu kulihat dia juga membuka baju dan celananya. Sekarang dia
tinggal memakai CD G-String saja.

Lalu aku dipeluknya dari belakang sambil dielus-elusnya dadaku sambil
terus menciumi leherku.

Aku jadi terangsang sekali. Lalu tangannya menyusup ke balik celana
dalamku. Didapatinya bulu kemaluanku yang lebat nan hitam. Lalu dia
singkap celana dalamku itu. Kemaluanku sudah tegang sekali. Dia melihat
kemaluanku lalu mengelus-elus batang kemaluanku. "Oh… oh… mmhhh…" tidak
berapa lama otomatis dia menghisap batang kemaluanku "Oh… yes… oh…" Mainan
lidah dan mulutnya yang sudah professional itu membuat kemaluanku tegang
sempurna. Sudah 10 menit kira-kira dia menghisap batang kemaluanku. Aku
sudah hampir keluar tapi kutahan dan kusuruh dia berhenti.

Lalu dia menjilati dada dan puting susuku. Aku meringis kenikmatan.
Kira-kira jilatinya sekitar 5 menit dadaku ini secara bergiliran kanan dan
kiri. Terus dijilati dan dimainkan pula batang kemaluanku yang telah
mengeluaran precum karena begitu terangsangnya. Aku yang hanya diam,
dibimbingnya agar tanganku juga untuk menyentuh dia. Lalu dibimbingnya
tanganku mengelus-elus pahanya, sedang tangan yang lain dibimbingnya
mengelus-elus jendolan batang kemaluannya. Dia menikmati nikmatnya rabaan
dan remasanku, "Mmmhhh… ooh… yes… baby… uuhh… faster… uhhh…" Setelah
hampir 10 menit dia merasa terangsang hebat. Dia mencumbuku dan menciumi
bibirku. Akupun akhirnya memalas permainan lidahnya. Seseali lidahnya
terlepas dan menjilati telingaku.

Aku sudah seperti kemasukan setan, arena mengimbangi permainnya. Lalu dia
mempercepat gerakan lidahnya. Akhirnya lidah itu turun ke leherku, lalu
turun ke dadaku, ke perutku, hingga menjelujuri sejenak permukaan perutku
yang dipenuhi bulu-bulu halus itu. Lalu turun mendapati bulu-bulu
kemaluanku, dan turun menyentuh ujung kemaluanku. Ada rasa hangat dan
licin saat lidah itu menyentuh kemaluanku.

Cairan putih kental pertnada aku terangsang hebat meleleh di ujung
kemaluanku Jericho jilat cairan itu sampai habis. Lalu lidahnya
menjelujuri batang kemaluanku, hingga srotum yang keriput keriput itu
dikulumnya. Dua biji pelerku dikenyot kenyot dalam mulutnya. Ada rasa
geli, sakit karena kena giginya dan rasa nikmat yang kurasakan. Lalu
lidahnya berputar ptar dibawah buah skrotumku. Ada rasa nikmat yang
membuatku melayang. Kata orang, bagian itu adalah bagian tersensitif dan
ternikmatnya pria, seperti G-Spotnya lelaki. Aku terbuai oleh sapuan lidah
Jericho di bagian tersembunyiku itu. Lama lidah it berputar putar di
G-Spotku lalu pahaku sedikit diangkatnya dan astaga!!!! Lidah itu
menjelajahi belahan pantatku. Dan dengan sedikit dikuaknya pantatku, lidah
itupun menjelejajahi lubang anusku. Ada rasa sensasi luar biasa karena
seumur hidupku tak pernah aku alami. Ada rasa geli, rasa malu dan rasa
nikmat yang kurasakan membaur sehingga semua membuatku makin melayang
layang merasakan nikmat persetubuhan sejenis ini.

Lalu Jericho kembali ke arah depan, kembali mengulum batang kemaluanku.
Dikeluar masukkan batang kemaluanku ke rongga mulutnya, bahkan ditekannya
batang itu hingga habis dan masuk seluruhnya ke mulutnya. Kurasakan rasa
hangat tenggorokan Jericho, oleh karenanya kutekan-tekan batang kemaluanku
lebih ke dalam lagi. Namun nampak air mata Jericho meleleh pertanda dia
tersedak menahan batang kontolku yang memenuhi tenggorokannya. Selang
berapa saat, batang kemaluanku terasa berdenyut denyut, seakan ingin
memuntahkan magma panas spermaku dari dalam diiringi rasa nikmat yang
tertahan. "Aku mau keluarr Jerrrrr"teriakku.

Dan ternyata teriakanku disambut dengan dilepaskannya batang kemaluanku
dari mulutnya. Aku terkejut, karena rasa nikmat itu loenyap seketika. Aku
agak kecewa, karena rasa yang mau melesak keluar itu, tertahan dan kini
libidoku perlahan menurun lagi. Lalu Jericho berdiri dan mengarahkan
kemaluannya ke mukaku. Aku mencoba untuk meraih batang kontol itu. Kuciumi
sekilas. Ada aroma khas penguh bercampur keringat yang begitu maskulin.
Lalu kucoba julurkan lidahku dan menjilati batang kemaluan itu. Jericho
memaksa mulutku terbuka dan aku menlumat batang kemaluannya. Kubuka
mulutku dengan ragu, lalu Jericho melesakkan ujung kemaluannya ke bibirku.
Kumasukkan perlahan dan kulumat habis. Tapi Jericho berteriak "Aihhh
jangan kena gidi dah. Sakit neh". Oupsss…aku masih belum mengerti, mengapa
saat Jericho mengulum habis batang kemaluanku tadi tak kurasaan rasa
sakit, tapi justru rasa nikmat seolah di mulut Jericho tidak ada giginya.
Mungkin ada tekhnik khusus saat melakukan oral seks, sehingga kemaluan
pasangan tidak sakit terkena gigi saat diisep.

Sesaat Jericho mengambil posisi akan menduduki perutku. Sementara
tangannya memegangi kontolku dan dengan bantuan tangannya, kontol iru
diarahkan ke lubang anusnya. Perlahan ujung kemaluanku melesak di belahan
bongkahan pantat Jericho. Kuarahkan batang kemaluanku ke lubang anusnya
yang sudah terangsang sekali, terus kumasukkan pelan-pelan, "Bless…"
masuklah batang kemaluanku ke lubang anusnya, "Oh… mmhh…" aku tidak ada
masalah memasukkan batang kemaluanku ke lubang anusnya, soalnya dia sudah
terbiasa. Pelan-pelan kugenjot pantatnya sambil kuremas-remas punggungnya.
Beberapa saat kemudian, tempo permainanku kupercepat. Dia meringis
kenikmatan, kupercepat lagi, dia semakin agresif. Kira-kira 15 menit
permainan kami berlangsung, dia bergetar keras dan kocokan tangannya pada
batang kemaluannya semakin dipercepat. Akhirnya kemaluannya mengeluarkan
cairan yang meleleh, namun tidak sampai muncrat. Setelah mengambil nafas
sebentar, aku bilang mau ganti posisi doggy style. Terus dia menungging di
dekat pinggir ranjang. Kuelus-elus pantatnya yang montok, kemudian
kuarahkan kemaluanku dan memasukkan pelan-pelan. Tanganku mengelus-elus
punggungnya, "Ohh… uuuh… uhh…" dia kenikmatan. Terus kugenjot lagi semakin
cepat, dia mulai klimaks sekarang, "Ohh… ahhh…
aaahh…mmhhh…aku..aku..mau…." dia bilangmau keluar, tapi aku masih bisa
menahan punyaku.

Tapi aku merasa gaya yang tadi lebih enak. Aku rebahan lagi, lalu dia
dengan posisi jongkok di atas badanku mencoba memasukkan batang kemaluanku
ke lubang anusnya lagi. "Bless…" dia menggoyangkan pinggulnya dan
pantatnya. Dia percepat goyangannya "Aahh… aahhh… ahh…" aku bilang bahwa
aku sudah mau keluar. Dia menggenjot sebentar kemudian berdiri melepaskan
kemaluanku dari lubang anusnya, terus dia mengisap batang kemaluanku
dengan ganas. "Oh.. nikmat sekali…" Dia terus mengulum batang kemaluanku
sambil tangannya sibuk mengocok kemaluannya sendiri. Akhirnya spermaku
muncrat di dalam mulutnya, enak sekali rasanya. Dan disaat yang bersamaan,
kemaluannyapun memuncratkan cairan spermanya an mengenai pahaku. Dia
meregang regang saat semprotan demi semprotan spermanya keluar. Lalu dia
membersihkan batang kemaluanku dengan lidahnya dan menjilati spermaku yang
meleleh di batang kemaluanku sampai bersih. Sesudah permainan ini selesai,
kita tidur dalam keadaan bugil.

MODEL PORNO



Aku seorang mahasiswa yang nyambi ikutan lomba-lomba model. Beberapa lomba
kuikuti, namun seringnya hanya kekalahan yang kudapat. Mungkin belum
beruntung, begitu hiburku. Bahkan di lomba fashion terakhir, di ruang
ganti HP ku hilang. Sungguh sial!! Udah kalah, HP malah amblas diembat
maling.

Akhirnya setelah mendapat masukan dari beberapa teman yang menyarankan aku
ikut agency model, sekalian h kemampuan modelnya juga sekalian mencari
tambahan uang. Kata temenku, meskipun kita menjadi anggota agency, jika
ada job dan show, maka kita juga akan dibayar. Hitung hitung, biaya hidup
sebagai anak kost bisa diperingan. Akhirnya, aku mencari-cari informasi
tentang agensi model yang ada di Kota Malang ini. Dengan berbekal beberapa
nomor telpon yang kudapatkan, akhirnya aku memberanikan diri telpon
beberapa agency tersebut. Akhirnya jatuhlah pilihanku pada agency "Muda
Bergaya" yang jaranya tidak terlalu jauh dengan daerah tempat kost-ku.
Dengan naik taksi au berusaha mencari alamat yang diberikan saah satu staf
agency tersebut. Aku sengaja tidak naik angkot, demi menjaga gengsiku.
Namun ternyata lokasi agency tersebut tidak berada di pinggir jalan raya.
Jadi sia-sialah au naik taksi sampai habis banyak tadi.

Setelah memencet bel pagar, ada dua cowok yang bertanya dan kujawab kalau
akau sedang mencari info tentang agency model. Setelah dibukakan pagar,
aku dipersilahkan masuk dan nampak olehku ruang sanggar tempat latihan
agency tersebut.

Setelah menunggu beberap lama, lalu keluarlah seorang cowok yang lumayan
tinggi, berkulit putih dan berambut agak panjang. Belakangan kukenali
namanya Darmawan, asisten pimpinan agency. Dia mempersilahkan aku duduk di
depan meja, sambil menanyai maksud kedatanganku.

"Namanya siapa Mas..?" katanya.angan yang tadi

"Sony, Mas.." kataku sambil melihat wajahnya yang ayu.

"Boleh lihat kartu identitasnya Mas..?" katanya lagi.

"Ini Mas.." kataku sambil menyerahkan KTP.

Lalu setelah melihat KTPku, dia menyalakan komputer untuk ngeprint form
pendaftaran. Saat komputer itu menyala, nampak wallpaper omputer itu sosok
tubuh atletis nan macho dengan pose yang sangat artistik. Lalu setelah
form pendaftaran diprint, dia menyerahkan padaku. Aku mengisinya dan
menanda tangani form terseut.

Selanjutnya, aku disuruh masuk ke ruang sebelah, ternyata ruang sanggar
yang lebih luas dibandingkan ruangan yang tadi. Lalu muncullah Hanggoro,
pemilik modelling tersebut. Lalu dia memperkenalkan diri, dan sekilas
mengapati posturku. Setelah berbasa basi sebentar tentang jadwal dan
peraturan agency akhirnya aku pamit pulang.

Keesokan harinya, sesuai jadwal aku datang ke sanggar agency tersebut.
Tetapi rupanya aku salah membaca tanggal, karena yang betul adalah mash
minggu depan jadwal untuk pemula sepertiku ini. Akhirnya aku ditemui
Darmawan sang asisten. "Karena kamu terlanjur kesini, mending kamu ke
ruang audiens. Mas jalan aja lurus, terus belok kanan.., nach disitu Mas
masuk aja ya..!" katanya. Lalu aku pergi ke tempat yang ditunjukkan oleh
asisten tersebut itu.

Lalu nampak olehku Darmawan melambaikan tangan, dan langsung saja aku
masuk ke ruangan audiens itu. Disitu ada 2 cowok tanggung, dengan baju
3/4. Satunya berambut cepak, sedang satunya berambut mohawk. Ruangan itu
penuh dengan kain penutup yang menjuntai panjang. Sekilas aku nampak
peralatan audio yang menggantung serta payung untuk kebutuhan foto studio.
Mungkin ruangan ini ruang pemotretan, pikirku saat itu.

"Mas Sony ya..? Aduh gantengnya. Sudah pernah jadi model sebelumnya..?"
katanya.

"Belum pernah Mas.. Saya baru aja datang dari Manado.." kataku lugu.

"Ooo.. sekarang coba buka baju dan celananya Mas ya..?" katanya.

"Lho kok pake buka baju segala sih Mas..? Emangnya ini mau diapain..?"
kataku.

"Mas mau jadi model nggak..? Kalau mau jadi model, ya harus nurut..! Ya..,
ayo cepet gih buka bajunya.. sini biar kami bantu." katanya sambil terus
menuju ke arahku untuk melepaskan bajuku, sementara temannya yang satunya
melepaskan celana panjangku.

Lalu sekarang aku cuma memakai celana dalam saja. Aku sudah setengah
telanjang di depan mereka berdua. Gundukan batang kejantananku di balik
celana dalamku terpampang dengan jelas di depan mereka.

"Wow, besar juga ya kontol Mas. Mas Sony udah pernah ngeseks
sebelumnya..?" tanyanya ketika melihat gundukan senjata kemaluanku di
balik celana dalamku.

Lho..lho…apa apaan ini, kataku dalam hati. "Belum pernah Mas.. Emangnya
kenapa sih Mas kok nanya yang gituan..?" kataku sambil memandang mereka
yang kelihatannya tertarik dengan batang kejantananku yang lumayan besar.

"Begini Mas, kami mencari beberapa model yang masih 'hijau' pengalamannya,
untuk event kami"

"Apa hubungannya Mas jadi model sama pengalaman.. Khan justru lebih banyak
pengalamannya maka semakin bagus nantinya.." kataku.

"Kami hanya mencari cowok yang memiliki potensi"kata cowok yang berambut
cepak.

Lalu dia mendekatiku dan seolah mengukur tinggiku. Lalu tangannya memijit
otot lengaku dan meremas bagian gundukan kontolku. Oups…nih orang kurang
ajar banget, kataku dalam hati. "Aku ada job mahal, kamu mau ga bermain di
proyek film kami"tawarnya. Kalau mau, ini kamu terima cek untuk fee nya.
Sambil menyodorkan cek bank dengan tertera nominal uang. Aku yang memang
sedang butuh uang untuk membeli HP, langsung tertarik. Karena dua minggu
tidak pegang HP rasanya seperti orang gila. "OK.. sebelum job dijalani,
saya mau ngetest punya Mas.. ok..?" katanya sambil mendekatiku.

Dia memeluk tubuhku, menciumiku dan meraba-raba tubuhku. Dalam hati aku
bergumam, gak mungkin aku bisa terangsang oleh rabaan sesama pria, karena
aku bukan homo!!!. Sementara cowok yang satunya sudah melepas celana
¾-nya, dan nampak olehku betis dan pahanya yang penuh ditumbuhi bulu-bulu.
Dada dan perutnya juga peuh dengan bulu. Woww…aku yang tadi bersumpah
tidak akan terangsang, ternyata batang kejantananku menegang dan bertambah
besar gundukannya di celana dalamku. Cowok yang satunya mendekat dalam
keadaan setengah bugil, dan menggoyangkan tubuhnya sambil menempelkan
pantatnya ke gundukan batang kejantananku. Ohh…kenapa batang kejantananku
bertambah keras saja mendapatkan perlakuan seperti itu. Aku merasa aneh
dengan orientasi seksualku sekarang ini.

"Mas Son, CD-nya dibuka ya..? Kasihan yang di dalam pengen ketemu
temennya.." katanya sambil dipelorotkannya celana dalamku.

Seketika itu juga batang kejantananku berdiri dengan kokohnya bagaikan
"Pedang Nagapuspa".

"Aduh Mas.., kontolnya besar sekali.. eehhmm.." katanya lagi sambil
mengurut batang kemaluanku.

Akhirnya aku hanya bisa pasrah, dia terus dengan lembutnya mempermainkan
kemaluanku. Lalu aku disuruh tidur telentang. Sementara aku tidur di
lantai yang dingin, Mas itu dengan agresifnya terus mengulum batang
kemaluanku.

Sementara itu cowok yang satunya yang baru saja selesai membuka
pakaiannya, langsung saja mengangkangkan kakinya di atas wajahku.
Kemaluannya yang teracung keras dan dikelilingi bulu lebat itu
ditempelkannya di wajahku, lalu digeser-geserkan dengan irama lembut.

Lalu.., "Jilatin dong Mas Son.. eehhmm.." katanya memelas.

Akhirnya kudekatkan juga kepalaku ke batang kemaluannya. Tercium bau khas
selangkangan bercampur keringat cowok. Lalu kujulurkan lidahku menjilati
kemaluannya yang sudah bengkak itu. Dia mengerang dan menggelinjang kecil
menahan nikmat. Kulihat dia meremas remas dadanya dan memuntir-muntir
sendiri puting susunya.

"Oh.. yess.., jilat terus Mas.., ohh.. yess..!" katanya sambil tangannya
diangkat sebelah, sempat terlihat olehku bulu ketiaknya yang lebat sekali.

Cowok berambut cepak ini sungguh maniak sekali.

Beberapa saat kemudian dia meronta dengan kuat, "Aaahh.. ohh.. yess..
aargghh..," lalu dia menjepit kepalaku dengan pahanya, lalu menekan
tubuhnya ke bawah agar kepalaku menempel lebih kuat lagi ke batang
kontolnya. Aku jadi susah bernafas dibuatnya. Dia tambah mengerang,
sementara cowok yang satunya masih terus mengulum batang kejantananku yang
tambah mengeras.

"Lagi Mas.. arghh.. sshh.. yah.. yah.. lagi.. oohh.." makin menggila lagi
dia ketika aku mencoba mengulum ujung kontolnya dan memainkannya dengan
lidahku di dalam mulut.

Aku memasukkan lidahku ke lubang keluar kecing di ujung kemaluannya. Ada
cairan putih pertanda kontol itu terangsang berat mengalir dan menetes,
sehigga dengan jilatan lidahku batang kontol itu benar-benar sudah basah.
Tiba-tiba dia menjambak rambutku dengan kuat, dan menggerakkan badannya
naik turun dengan cepat dan kasar. Lalu dia menegang, dan tenang. Saat itu
juga aku merasakan cairan precum pertanda terangsang semakin banyak
mengalir keluar dari kontolnya. Kujilati semuanya. Rasa asin kurasakan.

"Ohh.. God.. Bener-bener hebat kamu Mas Son.. ahh.. ena banget kulumanmu..
shitt..!" dia rebahan di sampingku.

Aku hanya tersenyum, lalu cowok berambut mohawk yang tadi mengulum batang
kejantananku kini mulai mengangkangkan kakinya di atas senjataku. Dan,
"Bless.." dimasukkannya batangku pada lubang anusnya yang hangat.

Dia pun mulai menggoyangkan tubuhnya perlahan-lahan. Pertama dengan
gerakan naik turun, lalu disusul dengan gerakan memutar. Wah.., cowok yang
satu ini begitu bernafsu sekali. Lubang anusnya memang kurasakan masih
sangat sempit, makanya dia juga hanya berani gerak perlahan-lahan tetapi
teratur.

Dengan posisinya itu, cowok berambut mohawk itu terlihat sangat seksi,
kontolnya tergantung sangat menantang bergetar getar mengikuti gerakannya.
Aku dengan posisi setengah duduk berusaha untuk menghisap dan menjilati
tetek dadanya. Dia mengerang dan gerakannya bertambah cepat, jariku
berusaha meraih batang kontol yang tergantung dan berguncang guncang itu.
Sementara itu cowok yang berambut cepa, bangkit dan berjongkok di depanku
sehingga kontolnya tepat di mukaku. Sambil kujilati batang kontol itu, dan
kuraba-raba perut dan skrotumnya. Sesekali jari-jariku menjelajahi
bongkahan pantatnya dan berusaha enusuk ke lubang anusnya yang saat ini
menganga karena posisinya yang sedang berjongkok. Dengan mudah aku
memasukkan jari tengahku ke dalam lubang pantatnya. Cairan liur dan ludah
dari kulumanku pada penisnya menetes membasahi lubang pantatnya. Jari
tanganku juga kulumuri dengan ludah dan liur itu sehingga kini terasa
sangat licin. Aku mempermainkan jariku mengikuti irama turun naik
badannya, dia terlihat menikmati sambil melempar kepalanya ke belakang.

Dia kemudian mengerang, "Ooocchh.. aachh.. yess..!"

Aku mencoba memasukkan jari kedua ke dalam lubang pantatnya, dan berhasil
dengan mudah, lubangnya basah dan mulai relaks menerima benda asing.
Dengan dua jari memasuki lubang pantatnya, dan batang kejantanannya yang
kujilati dan kuhisap-hisap, dia setengah berteriak bilang, "Mas Son.., aku
mau keluar.., ohh.. yess..!"

Dia berhenti naik turun dan menekan pantatnya keras-keras ke pangkal
batangku. akibatnya mulutku penuh sesak oleh batang kontol berwarna coklat
muda itu. Tidak lama kemudian, terasa batang kemaluannya berdenyut denyut
seolah ada yang ingin melesak. Dia mengerang dengan keras sambil memelukku
dengan kuat. Reaksi dari itu, terjadi pijitan yang keras pada lubang
anusnya pada batang kontolku. Dinding anusnya seolah berkontraksi
meremas-remas batang kontolku. Sesaat aku tidak dapat menahan diri dan
bilang ke dia kalau aku juga akan keluar.

"Please.., give it to me, I want to feel it inside me.." katanya menjawab
desahanku tadi.

Semprotan spermaku terasa sangat kuat dan banyak sekali di lubang pantat
cowok berambut mohawk. Semprotan dengan pijitan dinding anus yang terasa
hangat dan berkedut-kedut. Dan bersamaan dengan semprotan spermaku itu,
dia bilang, "Aku juga mau keluar Mas Son.., oocchh.. it so goodd.."

Pantatnya ditekan keras-keras ke bawah, seakan-akan batang kejantananku
kurang dalam memasuki liang anusnya.. Terasa batang kemaluanku di dalam
dibatasi oleh dinding anusnya yang terus berkedut kedut. Dengan tetap
memeluk tubuhku, dia mengoyang goyangkan pantatnya. Sementara tangaku
dipaksa memeluk tubuhnya. Aku rasakan ada gesekan diperutku, ternyata
batang kontolnya yang tegang dan mengeras itu mengesek-gesek dan terjepit
diantara pelukan dua tubuh. Lalu aku rasakan kontol yang terjepit perutku
itu berkedut kedut dan akhirnya menyemprotkan cairan hangat yang membasahi
perutku. Wow…tanpa diapa-apain, kontolnya ternyata bisa mencapai klimaks
juga. Lalu kami rebah bersamaan ke tranjang dengan kaki cowok mohawk ini
masih tetap melingkar di pinggangku dan penisku tetap berada di dalam
lubang anusnya.

Wajah, mata, dahi, hidung, pokoknya seluruhnya habis diciumi oleh cowok
berambut mohawk itu sambil berkata, "Terima kasih Mas.. Mas Sony memang
perkasa."

Melihat aku sudah selesai dengan temannya yang sudah lemas itu, cowok
berambut jabrik mulai beraksi. Setelah selesai membersihkan batang
kejantananku, cowok ini langsung menjilat batang kemaluanku lagi. Dengan
tetap bersemangat, batang penisku dihisap dan dimasukkan ke dalam
mulutnya. Batang kemaluanku yang baru menyemprotkan sperma itu nampak
masih lemas. Namun dengan kuluman dan pijatan lidah cowok berambut cepak
ini, perlahan gairahku muncul lagi. Rasa geli pada batang kontolku begitu
hebat dan aku paksakan agar kontolku kembali mengeras dalam sekejap. Aku
lesakkan batang kontolku hingga mulut pria berambut cepak ini penuh dengan
kontolku. Rupanya cara ini ampuh, karena dengan cepat batang kejantanku
menjadi keras lagi, dan dia berkata, "Mas Son, please fuck me from behind."

Dia terus membelakangiku, dan pantatnya terlihat merekah dan telah siap
untuk aku sodomi. Sebelum aku memasukkan batang kemaluanku, kujilat dulu
pantatnya agar ludahku keluar sehingga jariku bisa kulumuri dan bisa masuk
ke lubang anusnya. Kedua jariku kutekan dalam-dalam ke lubang pantatnya
sambil kugoyang-goyangkan di dalamnya agar dia sedikit rileks.

Dari ujung penisku terlihat cairan menetes dari lubangnya. Campuran sperma
dan precum pertanda kontolku memang sedang terangsang hebat lagi.
Kuarahkan penisku ke lubang anusnya, dan menekan ke dalam dengan perlahan
sambil merasakan gesekan daging kami berdua. Suara becek terdengar dari
penisku dan lubang anusnya. Dan cukup lama aku memompanya dengan posisi
ini. Dia kemudian berdiri dan bersandar ke dinding sambil membuka pahanya
lebar-lebar. Satu dari kakinya diangkat ke atas, dari bawah lubang
pantatnya terlihat agak merah dan basah.

"Ayo Mas.., masukkan kontolnya.. please now." katanya sudah tidak sabaran.

Aku dengan senang hati berdiri dan memasukkan penisku ke lubang anusnya.
Dengan posisi ini aku bergerak memasuk-keluarkan penisku dengan hentakan
hentakan penuh. Hentakan yang melesakkan seluruh batang kontolku
menghunjam lubang anusnya tanpa hambatan. Kulihat cowok berambut cepak ini
begitu menikmat tiap hentakan sodokan kontolku. Setiaphentakan kontolku,
diiringi desisan dan erangan kenikmatan dari bibirnya.

Sambil memeluk tubuhnya dari belakang, aku berkata, "Mas aku mau
dikeluarin lagi, kita bisa keluar bersama-sama Mas.. ohh.. yess..!"

Lubang anusnya serasa diperkecil dan efeknya memijati penisku. Lalu
kuperkeras sodokan dan hentakan kontolku menghajar lubang anusnya.
Kurasakan rasa hangat diujung kontolku, mungkin mengenai dinding usus
cowok ini. Lalu kutarik kontolku setengah, kuambleskan seluruhnya. Lalu
kutarik sampai lepas, dan kumasukkan dengan sekejab Bless..blesss…kontolku
terus memompa dan menghunjami lubang anusnya. Lalu ketika ritme sodokan
itu semakin sering dan kontolku terasa panas, rasanya aku akan mencapai
klimaks. Lalu kubilang padanya agar secara bersamaan kami mencapai puncak
kenikmatan itu. Sungguh aku masih dapat juga keluar lagi, walaupun tadi
sudah keluar. Dan yang kali ini sama enaknya, karena semprotannya lebih
keras namun spermanya lebih encer. Kucabut batang kontolku dari anusnya,
dan kusemprotkan cairan spermaku pada semprotan yang kesekian di luar
anusnya. Namun cowok berambut cepak ini berbalik arah dan menyambut
seprotan spermaku ke mulutnya, sambil tangannya sibuk mengocok kontolnya
sendiri hingga cair sperma itu muncrat membasahi lantai dan perutnya. Aku
merasa sangat lemas, karena dalam waktu singkat keluar 2 kali dalam satu
ronde.

Lalu kulihat pria berambut mohawk berdiri dan keluar ruangan lalu
mematikan kamera dari balik jendela kaca. Ups…rupanya adegan tadi direkam
untuk video porno.

BERMAIN DILDO

Hari ini adalah hari pertama saya datang ke kota Malang, karena besok
pendaftaran ulang bagi mahasiswa baru (maba) sudah dimulai. Jadi sekalian
perkenalan dengan kampus yang menjadi pilihan kedua saat UMPT, juga
mencari tempat kost. Oh ya, nama saya Jeffry dan saya saat ini akan kuliah
di salah satu PTS di Kota Malang ini.

Saya berencana menaftar ulang besok pagi saja. Hari ini saya akan
konsentrasi mencari tempat kost. Sesampainya di rumah teman, saya langsung
minta antar ke daerah tempat kost yang dekat dengan calon kampus saya.
Baru masuk ke kompleks jalan kerto-kertoan, saya mendapati tulisan
menerima kost pria. Rumah JL Kertohardian No 12 H bercat kuning dengan 4
lantai. Saya memencet bel dan keluarlah seorang pria paruh baya. Setelah
itu pria ini segera membawa saya untuk masuk dan mengenalkan tempat
kostnya.

Setelah di dalamnya pria paruh baya itu segera menerangkan keadaan
rumahnya, rumah ini terdiri dari 4 tingkat. Tingkat 2 sudah ada
penghuninya yaitu dua pasang suami istri yang juga mahasiswa S2, Ada 2
mahasiswa lain kampus menyewa di lantai 2. Lalu ada 3 orang mahasiswa dari
luar pulau yang menghuni tingkat 4 yang terdiri dari 4 ruangan kamar 3×2
meter. Lalu dia menunjukkan kamar yang masih kosong. Ada 4 kamar yang ada
di lantai 4 tersebut. Setelah membanding bandingkan, saya tertarik dengan
kamar yang menghadap ke arah tempat jemuran.

Lalu setelah menanyakan harga sewa serta fasilitas lain yang bisa
dinikmati, saya berpamitan. Seharian itu saya telah melihat 10 lokasi kost
yang lain di daerah tersebut. Namun rupanya, saya lebih tertarik dengan
rumah di JL Kertorahardian tersbut. Akhirnya saya kembali ke rumah itu dan
menyatakan tertarik untuk kost di situ, dan langsung memberi uang muka.
Besoknya saya langsung membawa koper saya dan masuk ke kamar saya di
lantai 4. Setelah selesai menata kamar seperlunya, lalu saya pun keluar
kamar dan berkenalan dengan para mahasiswa penghuni kost tersebut.
Malamnya ketika kami sedang menonton TV (yang di letakkan di tingkat 3)
tercium oleh saya wangi parfum yang sangat mengoda. Ternyata seorang pria
yang kemaren sekilas saya lihat. Pria ini saya taksir berusia sekita 35
tahun naik ke atas dan dialah yang menghuni kamar di tingkat 3 ini.

Lalu saya pun segera berkenalan dengannya dan dia bernama Andreas, tapi
dilihat dari bentuk tubuh dan wajahnya dia tak beda dengan pria usia
20-an. Wajahnya terlihat sangat manis belum lagi otot tubuhnya yang
terbentuk bagus. Sungguh membuat saya menelan ludah. Lalu saya tahu dari
ketiga temen kos saya yang lain, kalau Mas Andreas ini bekerja di salon
dan mungkin saja dia seorang gay atau homoseks, lalu saya mengangguk tanda
mengerti.

Tak terasa saya sudah tinggal di kost itu hampir 2 minggu dan kalau di
pagi hari rumah itu selalu kosong karena selain ketiga teman baru saya itu
kuliahnya pagi, Mas Andreas juga selalu keluar rumah dan sepasang suami
istri yang kuliah S2 itu juga jarang pulang ke rumah ini. Singkatnya kalau
pagi hari saya selalu sendirian, dan pagi ini saya bangun tentu saja
suasana sunyi senyap dan saya melihat keluar jendela yang menghadap ke
tempat jemuran. Tampak oleh saya, dijemur celana dalam G-string yang
berwarna hitam dan tentu saja saya tahu kalau itu adalah celana dalam Mas
Andreas. Saya bermaksud keluar kamar untuk melihat CD itu, tapi baru
sampai di pintu saya melihat Mas Andreas Cuma memakai handuk. Rupanya baru
saja selesai mandi.

"Lho baru bangun yach?" lalu saya mengiyakannya dan bertanya, "Mas Andreas
nggak kerja hari ini?" dan dijawab, "Nggak, malas tuh," dan saya segera
masuk ke kamar saya dengan perasaan was-was lalu tak berapa lama kemudian
terdengar pintu kamar saya diketuk, dengan perasaan berdebar saya membuka
pintunya. Tampak di luar Mas Andreas dan dengan mata tajam Mas Andreas
berkata, "Boleh saya masuk? Saya ingin bicara sama kamu," dan saya pun
membiarkan Mas Andreas masuk lalu Mas Andreas masuk dan ngobrol dengan
saya.

Awalnya saya agak risih dan canggung ngobrol dengan Mas Andreas ini,
karena omongan dari teman-teman yang lain Namun ternyata setelah beberapa
kali ngobrol, saya mempunyai pendapat lain dan berbeda tentang kepribadian
Mas Andreas. Dia cukup menarik, lucu dan humoris serta royal. Selalu ada
saja makanan yang dibawa saat bertandang ke kamar saya, ataupun saya
diberi makanan camilan saat ngobrol di kamarnya.

Suatu waktu, saat aku dan Mas Andreas ngobrol di kamarnya. Sesaat ada
telpon masuk. Lalu Mas Andreas pamit dan minta izin menerima telp. Rupanya
telpon agak lama. Saya yang bengong, iseng melihat-lihat sekeliling kamar
Mas Andreas. Ada banyak majalah pria berserakan. Lalu saya melihat ada
asbak berbentuk penis. Ada kayu ukiran juga berbentuk penis. Hal yang
mengejutkan saya, ada penis terbuat dari lateks atau silikon, berwarna
bening yang dibungkus kondom. Sedang satunya berwarna hitam legam, tanpa
kondom. Dengan penuh rasa ingin tau, aku berusaha meraih penis-penisan
tersebut. Saat sedang mengamati benda itu, tiba-tiba Mas Andreas masuk.
Aku kaget setengah mati. Begitu juga Mas Andreas nampak terkejut.

"Ini apa mas. Kok dibungkus kondom segala",tanyaku polos.

"Oh…ini aksesoris saja"jawab Mas Andreas.

Lalu diambilnya benda itu dan ditaruhnya di dalam lemari. Tapi sekilas
saat Mas Andreas membuka lemari, aku melihat beberapa majalah GAY dan ada
gambar cowok yang sedang dianal. Aku memperhatikan gambar itu, dan dengan
penuh ragu aku bertanya "Mas, suka koleksi majalah pria ya?"tanyaku.

"Iyah", jawab Mas Andreas.

"Boleh saya melihat majalah yang di lemari itu?", tanyaku

"Oh silahkan", balas Mas Andreas sambil memberiku beberapa majalah
tersebut.

Agak kaget dan terkejut juga aku membuka majalah dengan gambar gambar dua
pria telanjang dan melakukan hubungan seks sejenis. Antara perasaan aneh
dan ingin tahu, saya buka lembar demi lembar di majalah itu. Namun tak
terasa, batang kemaluan saya tiba-tiba berdiri melihat beberapa gambar
erotis itu. Karena hanya memakai celana pendek, tentu reaksi pada kemaluan
saya ini dapat terlihat oleh Mas Andreas. "Lho, kamu terangsang ya?"tanya
dia tiba-tiba.

Aku kaget dan menahan malu, kurapatkan pahaku menutupi jendolan di
selangkanganku yang menonjol.

"Gapapa, berarti kamu punya ketertarikan juga. Ga ada yang salah kok.
Karena setiap manusia itu dilahirkan biseks. Bisa tertarik dengan pria dan
tertarik dengan wanita", ujar Mas Andreas berteori.

Lalu Mas Andreas tersenyum dan berkata, "Apa kamu pernah melakukan
hubungan seks?"

Dengan gugup saya menjawab "Belum pernah"

"Oh..untuk cowok remaja seusiamu, kebanyakan cowok udah pernah mengalami.
Minimal saling onani dengan temennya"jawab Mas Andreas.

Hatiku bertanya tanya, oh ya? Benarkan?

"Apakah kamu mau nyoba? Kalau mau, aku bisa ngajari",pancing Mas Andreas.
Aku terdiam saja."Nggak kok, saya bercanda. Tapi kalau kamu nggak mau yach
sudah, Mas mandi dulu," sambil Mas Andreas membalikkan badannya.

Tapi saya segera menarik tangannya dan terdiam lagi.

"OK. Sekarang begini saja" ujar Mas Andreas sambil tangannya menutup pintu
kamarnya. Dia membuka lemari dan mengambil VCD boep, lalu disetel di DVD
player. Aku terdiam mengamati apa yang disetel Mas Andreas. Rupanya VCD
bokep cowok-cowok.

Aku terhenyak menyaksikan adegan demi adegan di laar TV itu. Kurasakan
kontolku semakin keras pertanda kau terangsang berat. Lalu perlahan
kurasakan tangan mas Andreas menyusup dan memegang jendolan di
selangkanganku. Aku terkejut dan berusaha menepis tangan itu. Mas Andreas
tersenyum dan berusaha meraih jendolan kontolku yang terbungkus celanaku.
Aku terdiam saat tangan Mas Andreas meremas batang kontolku. Aku merasakan
getaran listrik yang menyengat.

Kemudian Mas Andres mendorong tubuh saya untuk merapat di dinding, dan
kemudian tangan dia mulai bergerilya di daerah sensitif saya. Saya begitu
terangsang dan menikmati sensasi dari rabaan tangan itu.Tak lama kemudian
mas Andreas mengeluarkan batang kontol saya dari celana. Aku agak
malu-mau. Tapi rupanya diimbangi olehnya dengan segera membuka baju dan
meraih tangan saya untuk meraba raba jendolan di celananya. Karena tak
sabar Mas Andreas segera memasukkan tangan saya ke dalam CD-nya dan
menyentuh kemaluannya. Mas Andreas mendesah "Uuh.. geli Jeff.. tapi nikmat
sekali.. terus.. enak sekali.. uh.. ah.." Lalu tak lama kemudian kemaluan
Mas Andreas sudah mulai menegang. Karena sudah terangsang maka Mas Andreas
segera mendorong tubuh saya ke tempat tidur dan dengan segera Mas Andreas
memeloroti celana saya dan CD saya, lalu dengan pelan dia menjilat kepala
kemaluan saya yang sudah menegang itu kemudian memasukannya ke dalam
mulutnya. Batang ontol saya dikulumnya hingga masuk semuanya ke dalam
mulutnya. Mas Andreas mulai menghisapnya seperti menghisap es batangan.
Tanpa sadar karena keenakan saya mendesah, "Uh.. enak sekali Mas.. isap
terus Mas.. jangan berhenti..!" Lalu tangan saya mulai menjambak rambutnya
dan menekan kepalanya terus, sedangkan kaki saya mulai menegang karena
keenakan, lalu Mas Andreas menghentikan kegiatannya.

Kemudian Mas Andreas mulai membuka celananya dan tampaklah oleh saya
batang kontolnya yang terbungkus celana G-String yang unik sekali.
Tampaklah oleh saya pemandangan yang tidak pernah saya lihat. Batang
kontol berwarna kecoklatan, dengan rimbunan rambut kelamin yang lebat, dan
bulu-bulu yang hampir menutupi sekujur tubuh Mas Andres. Batang kontol itu
teracung keras dengan urat-urat yang jelas disekujur batangnya dan sungguh
membuat saya menelan ludah.

Lalu Mas Andreas naik ke atas tubuh saya, dan dalam posisi jongkok
kemudian mengarahkan batang kontolnya ke mulut saya. Saya merasa risih
dengan kontol itu dan hanya menutup mulutku rapat-rapat. Tapi aksi Mas
Andreas masih terus dengan menggeser geser bantang kontolnya ke wajah dan
hidung saya. Ada aroma khas lelaki yang sangat khas dan justru membuat
darah libido kelelakian saya bangkit.

Lalu mas Andreas turun dan tangannya meraih batang kontol saya. Kembali
dilumuri batang kontol saya oleh jilatan jilatan lidahnya. Kuluman dan
jepitan dua bibirnya yang mengeyot membuat syaraf kontol saya tertarik dan
merasakan geli campur nikmat. Sambil terus dikocok oleh tangannya, ujung
kepala batang kontol saya dihisap hisapnya. Ada sejuta aliran listrik
kurasakan saat lubang keluarnya kencingku dijilat-jilat oleh ujung lidah
Mas Andreas.

Lalu Mas Andreas bangkit mengambil dildo yang terbungkus kondom tadi.
Dengan diolesi pelicin KY-jelly, dildo itu dipegang tangan kirinya. Lalu
Mas Andreas jongkok lagi dan mengulum kontolku lagi. Sementara tangannya
sibuk mengubek ubek lubang anusnya sendiri dan mengarahkan dildo itu ke
lubang pantatnya. Aku hanay terdiam melihat aksi yang dilakuan Mas
Andreas. Lalu dia bertanya "Kamu pengen ngerasain ini juga ga?"

Belum sempat aku menjawab, benda berbentuk penis itu telah diarahkan ke
lubang pantatku sambil kontolku terus dihisap hisapnya. Aku merasakan
sesnsasi yang aneh, saat ujung benda berbentuk penis itu menyentuh lubang
anusku. Ada rasa sesa saat benda itu berusaha menerobos dinding anusku.
Tetapi dilain pihak, kurasakan jutaan watt aliran listrik mengalir dari
lubang anusku yang bercampur rasa nikmat tak terkira. Aku pasrah dengan
apa yang dilakukan Mas Andreas. Sesaat aku merasakan batang kntolku
berkedut kedut dan bergetar, seakan ada yang mau keluar. "Mass..aku
rasanya mau kelua"ujarku.

Dengan spontan Mas Andreas menghentikan kuluman pada bantang kontolku. Dia
menarik nafas dalam-dalam lalu dengan perlahan dildo yang sudah separuh
masuk di lubang anusku dilesakkan hingga hampir terbenam semuanya. Lalu
Mas Andreas naik ke perutku dan mengolesi batang kontolku dengan pelicin
tadi. Sesaat dia mengambil posisi menduduki batang kontolku dengan
mengarahkan kontolku ke belahan pantatnya.

Begitu lubang anus Mas Andreas tersentuh ujung kontol saya. Saya dan Mas
Andreas menjerit pelan bersamaan, "Uuh.." dan dengan pelan Mas Andreas
menekan lubang anusnya ke bawah sehingga kepala kemaluan saya amblas ke
dalamnya. Memang tidak terlalu susah batang kontol saya yang 17 cm itu
masuk, karena jepitan dinding anusnya kurasakan sudah tidak terlalu
sempit. Ada rasa hangat kurasakan pada batang kontol saya. Lalu Mas
Andreas berteriak, "Aduh.. enak sekali.. sungguh terasa nikmat," dan saya
tak hentinya menjerit, "Terus Mas.. nikmat sekali lubangnyaterus Mas.."
lalu Mas Andreas makin menekan turun tubuhnya dan tak lama kemudian maka
masuklah seluruh batang kemaluan saya yang termasuk ukuran besar itu ke
dalam lubang anusnya. Kemudian tubuh Mas Andreas segera menimpa badan saya
dan berteriak, "Aduh nikmat sekali.. uh.. aduh.. uh.. ahh.." Lalu dia
bergerak gerak sambil meraba raba dada dan memelintir kedua putting saya.
Sejenak, Mas Andreas berputar dan membelakangi saya. Kini puggungnya ada
di depan saya. Mas Andreas membelakangi saya dan segera dia meraih dildo
yang masih menancap di lubang anus saya.

Ejakulasi saya yang sempat hampir mencapai puncaknya tadi, terlupakan oleh
aksi duduk Mas Andres pada batang kontol saya. Lalu digerakkanya dildo
yang menancap di aus saya. Kurasakan sensasi yang sangat luar biasa,
karena kontol saya menusuk-nusk lubang anus Mas Andreas yang terasa
hangat. Sementara lubang anus aya disodok-sodok oleh benda kenyal
berbentuk penis. Saat putaran dan dorongan dildo penis itu beriringan
dengan goyangan pantat Mas Andreas, badanku bergetar dan serasa melayang
ke awang-awang karena rasa yang tak dapat kugambarkan dengan kata-kata.

Setelah istirahat hampir 5 menit lamanya Mas Andreas mulai bangkit dan
batang kemaluan saya tentu saja masih di dalam lubang anusnya. Lalu Mas
Andreas mulai menggerakkan pinggulnya maju-mundur sambil tangannya
menopang pada tubuh saya dan terdengar suara tubuh kami berbenturan, "Piak
pret piak.." dan dengan gerakan yang liar Mas Andreas menaiki tubuh saya
dan sambil terus menggoyang tubuhnya dan terus berpacu untuk mencapai
puncak kenikmatan dunia dan terus mendesah, "Uuh.. ah.. ah.. nikmat
sekali.. uh.. ah.." Sedangkan tangan saya tak hentinya memijiti
punggungnya sambil kucengkeram saat rasa nikmat itu menerpa.

Lalu sesudah hampir 10 menit Mas Andreas berkata, "Saya mau sampai.."

Saya pun berkata, "Saya juga Mas.. tahan sebentar lagi.."

Tak lama kemudian terdengar Mas Andreas menjerit "Uuh.. saya sampai.. uh.."

Dan saya juga merasa bendungan saya sudah jebol dan mendesah, "Uh.. saya
juga.. nikmat sekali.. ahh.. enakk.." dan terasa adanya cairan hangat
keluar dari kemaluan saya dan menyembur nyembur di lubang anus Mas
Andreas. Begitupun kurasakan sperma Mas Andreas menyembur dan menyemprot
mengenai paha dan kaki saya. Lalu Mas Andreas berbalik arah menghadap saya
dan jatuh lemas di tubuh saya. Sedangkan kemaluan saya juga belum dicabut
keluar dari lubang anusnya. Mas Andreas tersenyum sambil berkata, "Nikmat
sekali Jeff.. kamu hebat dech.." dan saya berkata, "Sekali lagi dong Mas..
yach..! Kita ganti posisi" tapi Mas Andreas berkata, "Lain kali aja yach,
Mas capek..' Lalu saya mengiyakannya dengan sangat kecewa.

PELAJARAN TAMBAHAN KEPONAKAN

Karena studyku tidak kunjung kelar. Sementara tiap bulan aku selalu minta
tambahan uang kiriman. Maka aku diultimatum ayah untuk melanjutkan kuliah
di kota kelahiranku, yaitu kota Malang saja. Memang kuliahku berantakan
karena aku terjerumus ke pergaulan bebas kota metropolitan, sehingga tidak
memperdulikan studyku.

Setelah mengurus semua surat-surat kepindahan dari Kota Jakarta, pindahlah
aku ke kota Malang dan mendaftar di salah satu perguruan tinggi swasta. Di
kota Malang, aku tinggal di rumah budhe dari ayahku. Budhe mempunyai 3
orang anak cowok. Anak pertama bernama Dion, umurnya 16 tahun. Anak kedua
bernama Ferdian berumur 13 tahun. Anak ketiga bernama Galih berumur 11
tahun. Walaupun mereka bertiga masih ABG tetapi tubuhnya bongsor dan
sehat, mungkin karena gizi dan hormon yang berlebihan.Untuk singkatnya,
aku mulai dengan pengalaman bersama Dion yang berumur 16 tahun dan baru
duduk di kelas I SMU. Pada suatu siang, kami berdua belajar di ruang
keluarga.

Kebetulan jika ada waktu lowong, ketiga ponakanku ini sering minta diajari
mengenrjakan PR atau dibimbing pelajaran yang kurang dimengerti. Aku
sebagai kakak ponakan yang telah mengenyam bangku kuliah, dengan senang
hati membimbing dan mengajari pelajaran yang mereka kurang mengerti. Aku
suka sekali mengajari dan membimbing para ponakanku ini. Karena mereka
baik-baik, penurut.

"Om.. tolong pijatin dong betis kakiku, capek nih tadi habis olah raga di
sekolah," kata Dion tiba tiba.Wah… kesempatan datang nih pikirku. "Ayo..
kamu tengkurap di sofa aja ya?" jawabku kegirangan karena merasa
mendapatkan kesempatan.Kemudian Dion telengkup di sofa dan aku duduk di
ujung sofa, telapak kakinya kuletakkan di atas pahaku dan aku mulai
memijat kakinya. Dengan pelan dan penuh perasaan, aku mulai memijat dari
pergelangan kaki terus naik ke atas betis, bergantian kaki kiri dan kanan.
Ketika aku asyik memijat betis kaki kanannya, tanpa aku sadari telapak
kaki Dion menempel sesaat di kemaluanku dan kontan darahku mengalir
kencang serta kemaluanku menjadi keras. Aku perhatikan Dion, apakah dia
sengaja atau tidak sengaja, tetapi dia santai saja. Kemudian aku teruskan
memijat betisnya dan kejadiannya berulang lagi, karena sekali ini aku
yakin Dion sengaja, maka aku nekat menarik telapak kakinya dan
menempelkannya di kemaluanku, ternyata Dion diam saja dan hal ini bagiku
merupakan lampu hijau.Kurasakan Dion merespon, telapak kakinya
menekan-nekan halus kemaluanku dan ini membuat kepalaku mulai sakit karena
nafsuku mulai naik.

"Dion.. kita pindah ke kamar kamu yuk.., supaya lebih rileks," kataku
penuh dengan harapan.

"Wew..kenapa? Kenapa ga disini saja"jawan Dion

"Ups…aku salah sangka neh."pikirku.

"Disini ga enak. Ayo di kamar kamu saja, boar Om bisa sambil liat VCD atau
dengerin mp3,"jawabku sekenanya.

"Boleh lahh..," kata Dion, dan ini membuatku kegirangan.

Setelah di dalam kamarnya, Dion langsung telungkup di atas ranjang dan aku
mulai melanjutkan pijatanku. Sebelumnya aku ke kamarku duu, mengambil VCD
di dalam tasku. Lalu sesampai di kamar Dion kuhidupkan VCD bokep itu. Aku
teruskan memijit Dion sambil melihat tayangan dari VCD. Saat pertengahan
CD, ada adegan cowok yang merintih-rintih saat dioral cowok dan cewek
bersamaan. Memang aku sengaja menyetel VCD threesome, dua cowok dan satu
cewek. Aku lihat reaksi Dion yang mengintip apa yang sedang aku setel di
VCD playernya. Ternyata Dion tidak protes, malah semakin konsentrasi
melihat VCD porno itu. Aku mulai lebih nekat, sambil memijat betisnya,
telapak kakinya kutempelkan di kemaluanku dan Dion masih terdiam saja.

Aku yang terangsang melihat VCD porno itu, semakin tidak terkontrol.
Telapak kakinya kugeser-geser dan di arah selanganganku. Rupanya Dion
bereaksi dan langsung menekan-nekan halus. Wajahku mulai terasa panas dan
nafasku pendek-pendek, aku mulai horny tetapi aku harus sabar dan tidak
boleh terburu-buru, takut Dion shock dan menyebabkan semuanya berantakan.
"Om ini kenapa? Kok kayaknya ada yang mengeras",tanya Dion. Aku diam saja
tapi dengan perlahan, aku melepaskan celana panjangku dan kini hanya
mengenakan celana saja.

Ketika merasakan benda asing yang mengeras, Dion tampaknya agak kaget dan
terdiam sebentar, tetapi tidak lama kemudian dia mulai menggerakan telapak
kakinya kembali. Mungkin dia merasakan perbedaan celana jins yang kupakai
dengan celana pendek tipis yang kupakai sekarang. Ujung jari kakinya
bergerak di luar celana pendekku yang tipis ini. Sesaat kakinya menyentuh
halus biji kemaluanku dan terus naik ke atas sampai ke batang penis dan
kepala penisku. Kadang-kadang ditempelkannya seluruh telapak kakinya dan
rasanya aku benar-benar terangsang hebat aibat ulahnya. Kupegang telapak
kakinya dan kulebarkan jari jempolnya, kuselipkan batang kejantananku di
antara jari jempol kakinya dan kujepitkan kejantananku naik turun.

"Heii…..apa-apaan neh",tanya Dion. Aku diam saja sambil terus memijit Dion
dengan lembut. Karena reaksi Dion tidak terlalu frontal, aku semakin
berani. Kontolku yang masih terbungkus celana dalam tipis itu terus
kugesek-gesekkan di kakinya. Wah.. rasanya benar-benar nikmat.
Kuperhatikan Dion diam saja, tapi aku yakin dia pasti sangat horny juga.
Karena aku takut air maniku cepat muncrat keluar, kuhentikan jepitan jari
kakinya dan kuteruskan memijat. Pelan tetapi pasti, aku mulai memijat
pahanya, karena dia juga memakai celana pendek maka dapat kurasakan
kehalusan kulit pahanya yang putih dan lembut. Tanganku terus naik ke
atas, ke pangkal dalam pahanya, bagian dalam pahanya kupijat pelan sambil
sekali-kali kuraba. Dapat kurasakan sekali-kali Dion mengencangkan
pahanya, aku yakin kontol Dionpun pasti lagi tegang. Kemudian aku pindah
ke pantatnya, di sana kupijat dengan memutar-mutarkan telapak tanganku
sambil menekan-nekan.

Kulihat Dion mulai menggigit bantal dan menggesek-gesekan badannya di
ranjang. Karena aku tidak mau permainan ini cepat selesai, karena aku
cepet ejakulasi maka aku memutuskan menurunkan libidoku sedikit. Tanganku
mulai memijat pinggang dan punggung Dion. Gerakan tanganku biasa saja
karena aku menginginkan libido Dion menurun sedikit. Ketika aku memijat
bahu Dion, aku sengaja duduk menimpa pantatnya. Sekarang saatnya naik
lagi, sambil memijat dan meraba lehernya, batang kejantananku
kugesek-gesekan di bokongnya. Sekali-kali kumasukkan jari kelingkingku ke
dalam kupingnya dan Dion menggelinjang kegelian. Aku semakin horny, dengan
telungkup di atas tubuhnya kujilat-jilat leher dan belakang kupingnya.
Dion mendesah-desah kegelian dan keenakan.

"Oke Dion.. sekarang pijat bagian depan," kataku sambil membalikkan
badannya yang telungkup.

"He eh.." jawab Dion terdengar lemas.

Setelah Dion terlentang, aku duduk di samping tubuhnya dan mulai memijat
pahanya. Kupijat pelan-pelan bagian dalam pahanya, Dion memejamkan matanya
dan begitu menikmatinya. Tanganku kunaikkan sedikit, tetapi tidak sampai
menyentuh kemaluannya, aku ingin Dion benar-benar terbakar. Kemudian
tanganku pindah ke perutnya, kaosnya kusibakkan sedikit. Sambil
meraba-raba perutnya yang kencang dan putih, kusempatkan menggelitik
pusarnya dengan jari kelingkingku. Nafas Dion terdengar menderu-deru dan
dia mulai mendesah-desah keenakan.

"Aduh Om… geli sekali..," katanya sambil membuka mata.

"Ngga apa-apa Dion, tahan sedikit dan nikmati saja." kataku berusaha
menenangkannya.

Posisi duduk kugeser ke samping kepalanya. Sambil tetap memijat dan
meraba-raba perutnya.

Tanganku turun ke bawah, kurasakan kontol Dion juga telah tegang sekali.
Aku elus-elus dari luar celana pendeknya. Dion melenguh dan menikmati
helusan tanganku. Aku semakin berani. Kuselipkan tanganku ke balik celana
pendeknya. Kudapati bulu-bulu jembutnya. Dengan hati hati kusentuh kontol
Dion yang telah tegang dengan ujung jariku. Dion menggeliat sambil terus
terpejam matanya. Karena tidak ada respon penolakan, aku jadi lebih berani
bertindak jauh. Kupelorotkan celana dalamnya, lalu kupegang kontol Dion
yang teracung keras itu. Aku kocok dan kuelus dengan lembut. Tubuh Dion
bergetar menikmati kocokan tanganku pada kontolnya. Aku semakin bertindak
jauh, kudekatkan mukaku dan mulutku ke kontolnya. Kulihat kontol itu
berwarna kemerahan, dengan warna batang kuning kecoklatan bersih.
Panjangnya sekitar 17 cm lebih. Cukup panjang juga untuk anak seumuran
dia. Tapi ukurannya tidak terlalu besar dan kontol itu belum berurat. Dan
jujur aku suka sekali dengan kontol yang lurus dan tidak terlalu besar
seperti ini.

Lidah kujulurkan dan kusentuh kepala kontol Dion. Tubuh Dion terhenyak
kaget merasakan sensasi dingin dari ujung lidahku. Mata Dion terbuka dan
melihat ke arahku. Aku tersenyum dan mengangguk. "Mau diapain Om?"tanyanya
polos. Kamu diam saja, nikati saja yah. Pokoknya enak kok",rayuku. Dion
terdiam, sehingga aku semakin berani lanjutkan aksiku. Kujulurkan lidahku
dan kulingkari kepala kontolnya. Kujejali ujung kontol Dion, tepat di
mulut lubang keluarnya kencing. Lalu kulumuri seluruh batang kontol itu,
dan kulumat habis. Kukulum kepala kontol Dion, hingga seluruh batang masuk
ke mulut dan menyentuh tengorokanku. Aku hampir tersedak, karena kontol
itu begitu panjangnya. Ada kepuasaan saat ujung kontol itu menyentuh
langit-langit tenggorokan dan menerobos masuk tenggorokanku. Badan Dion
bergetar dan mulutnya mendesis-desis merasakan kuluman dan rasa hangat
kuluman mulutku.

Lalu aku keluarkan kontol itu dan kumaju mundurkan mulutku. Sehingga
Dionpun menggeliat geliat merasakan sensasi oral seks yang mungkin belum
pernah dirasakannya. Sambil terus mengulum kontol Dion, aku berputar
posisi. Kini kaki Dion tepat di atasku. Dan aku raih tangan Dion agar
meraba dan memegang kontolku. Awalnya kurasakan tangan itu agak ogah
melakukannya. Kubimbing tangan itu tetap di dalam calana dalamku. Kini
kontolku ada dalam genggaman tangan Dion. Karena sudah tidak kuat menahan
hasrat dan gejolak. Ku keluarkan penisku yang sudah semakin keras itu.
Lalu perlahan kudekatkan ke wajah Dion. Bibirnya bergetar karena baru
sekali ini melihat penis dan dari dekat sekali. Kubiarkan Dion memandang
dan menikmatinya dari dekat. Biarlah kontolku tidak dihisapnya. Karena
memang kurasa belum waktunya, bagi anak remaja yang baru mengalami
permainan sejenis ini.

Mulutku terus menghisap dan mengulum kontolnya. Sesekali jari tanganku
mempermainkan buah pelernya dan bergerak kebawah dan kuselipkan ke lipatan
bongkahan pantatnya. Terasa bulu anusnya yang halus. Kupijat-pijat sambil
kuraba-raba. Sekali kali kusentuh lubang anusnya. Dion mengelinjang
kegelian dan keenakan. Batang kejantananku semakin kudekatkan ke wajahnya
dan kugosok-gosokan di pipinya yang halus, mata Dion terpejam malu, tetapi
aku yakin ia menikmatinya karena wajahnya memerah dan nafasnya menjadi
sangat berat.

"Om… kepala Dion sakit, nyut-nyutan..," katanya sambil membuka matanya
yang terpejam tadi.

"Oke Dion… Om tuntaskan permainan ini ya..?" kataku melepaskan celana
dalamnya total. Aku berubah posisi lagi, dan kii aku ada dihadapan Dion.

Kubuka pahanya lebar-lebar dan kakinya kuangkat dan kutaruh di bahuku.
Kulihat kontolnya tegang teracung. Kontol itu basah mengkilap oleh
ludahku. Pelan-pelan kujilat pahanya dan terus turun ke bagian dalam
lipatan bawah kontolnya.

"Shhh… ah… geli Om…," Dion menggelinjang. Kuangkat paha Dion, sehingga
lubang anusnya tampak.

Kujilat-jilat sekitar lubang anusnya, dan sekitar selangkangannya.

"Ah… Om… Dion ngga tahan Om..," Dion mulai meracau liar.

Sementara itu pinggulnya mulai bergoyang-goyang.

"Tahan Dion dan nikmati saja," kataku.

Terus kujilat dan kuhisap kontolnya sambil jari telunjukku kutusuk
sedikit-sedikit ke lubang anusnya, sementara tanganku yang satunya
meremas-remas dada dan memilin-milin putingnya yang sudah keras.

"Aduh… ampun… Om… shhh… ahhh..," suaranya serak.

"Om… Om.., enak… geli… ahhh… aduhhh..," racaunya.

Kupikir sekaranglah saatnya untuk membuat Dion merasakan nikmatnya seks
yang sesungguhnya. Kupercepat semua gerakanku menghisap dan mengulum
kontolnya, semakin cepat dan cepat. Sambil pinggulnya kuangkat, jari
telunjukku telah masuk ke lubang anusnya. Kulumuri dengan lelehan ludah di
skrotumnya. Lalu kuganti dengan dua jari tangan. Setelah kurasakan Dion
agak relaks, kukocok kontolku sambil kuarahkan ke lubang pantat itu.
Dengan lumuran air liur dan ludah di kepala ontolku, aku yakin akan
mempermudah masuknya kepala kontolku ke lubang anus Dion.

Dengan sedikit menekan pantatku, kepala kontolku masuk di lubang anus
Dion. Kulihat Dion terhenyak merasakan benda asing masuk ke lubang
pembuangannya. Aku tidak mau tergesa-gesa dan menimbulkan trauma sakit
pada Dion. Maka kutahan gerakanku, dan kucabut lagi kepala ontolku. Lalu
aku lumuri lagi dengan ludahku. Sambil mulutku terus melumat dan mengulum
batang kontol yang panjang itu. Rupanya ada keuntungan dengan posisi
seperti ini, ditunjang batang kontol Dion yang panjang. Sehingga aku bisa
tetap mengulum kontolnya sementara kontolku menerobos lubang anusnya.
Kucoba kesempatan kedua ini dengan lebih pelan agar Dion relaks. Kepala
kontol itu masuk dan reaksi Dion tidak lagi seperti tadi. Aku bersabar
diri agar Dion cukup relaks dan dinding anusnya bisa menerima desakan
kontolku. Selang beberapa menit, kulusakkan secara perlahan batang
kontolku ke lubang anus Dion. Tapi rupanya reaksinya sungguh hebat, ketika
batang kontolku mulai masuk setengahnya dan melesak masuk di lubang anus
Dion. Kurasakan kontol Dion di mulutku berkedut-kedut dan berdenyut denyut
seolah akan memuncratkan sesuatu.

"Omm….Dion…Dioonn. mauu….Dion mauu."kata katanya tidak sempat
diselesaikan, tetapi sperma panas sudah melesak muncrat dan menyembur di
mulutku. Satu semburan mengenai tenggorokanku dan kurasakan rasa getir
campur asin. Saat itulah kontolku kelesakkan seluruhnya hingga batang
kontolku amblas semuanya di lubang anus Dion. Rupanya Dion mencapai
kenikmatan dan klimas yang luar biasa karena kontolnya hangat dalam
kulumanku dan anusnya disodok oleh kontolku. Saat semprotan sperma itu
muncrat, kuiringi dengan hentakan kontolku menusuk lubang anusnya. Sungguh
kurasakan nikmat dan hangat saat kontolku dijepit jepit oleh anusnya yang
berkontraksi karena spermanya terpompa keluar. Dua semprotan, anusnya
berkedut. Tiga semprotan, dinding anusnya berkontraksi. Empat semprotan
rasa hangat kurasakan di dinding anusnya. Lima semburan, hingga sembilan
semburan diiringi hentakan badan Dion membuatku juga merasakan sensasi
luar biasa oleh lubang sempit anus Dion ini.

Karena takut akan efek sensitif setelah seorang cowok mencapai ejakulasi,
maka kucabut kontolku dari lubang anusnya. Mungkin bisa kucoba lain kali
saja untuk menyodomi anus Dion dengan hajaran dan hentakan yang lebih
hebat, sambil aku ejakulasi di dalam. Untuk kali ini, biar aku selesaikan
ejakulasiku dengan onani di depan muka Dion. Saat kucabut kontolku,
kurasakan Dion terhenyak dan kaget. Lalu kuarahkan kontolku tepat dimuka
Dion. Kukocok kocok kontolku dengan pijatan dan remasan agar cepat keluar.
Hingga akhirnya kurasakan desakan dari dalam magma spermaku yang akan
muncrat. Crottt…spermaku muncrat dan mengenai pipi Dion. Crottt…semburan
kedua mengenai bibir dan hidungnya. Crtoottt…semburan sprmaku yang ketiga
mengenai dahi dan kelopak matanya. Crottt..semburan ke empat dan kelima
agak melemah, dan spermaku hanya mengalir saja dan jatuh di leher Dion.

Kemudian aku merasakan sendi sendiku melemas. Aku merebahkan diri di
sebalah Dion yang juga kulihat kelelahan. Sesaat kubelai belai tangannya,
dan kuusap spermaku yang memenuhi mukanya. Sperma itu mulai meleleh dan
aku ambil kaos singletku untuk melapnya. Sambil kubersihkan sperma itu,
kucium kening dan bibir Dion. Dan Dion memandangiku dengan penuh tanda
tanya. Setelah kubersihkan sisa-sisa spemaku di muka Dion, aku keluar dari
kamarnya, menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

--
Using Opera's mail client: http://www.opera.com/mail/